Sinopsis
Seorang gadis terpaksa dijual oleh pamannya sendiri yang tidak bisa membayar hutang judinya kepada seorang Duke di Kekaisaran.
Namun anehnya, gadis itu datang dengan memakai sebuah kain hitam besar yang menutupi seluruh kepalanya.
“Kenapa dia memakai tudung?” Ujar Duke itu seraya mengernyitkan dahinya.
Paman sang gadis kemudian menjawab, “Wajahnya dikutuk karena buruk rupa. Rumor pun menyebar, siapa pun yang melihat wajahnya akan ikut terkena kutukan menjadi jelek juga.”
Cerita 1
Sebuah mansion seorang Viscount bergaya Eropa klasik itu sedang dilanda kepanikan, sebab kediamannya tengah didatangi oleh seorang Duke yang amat terpandang di kekaisaran.
Duke Ciel namanya, pria tinggi dengan garis wajah yang tegas, sedang menatap seorang pria paruh baya dan seorang gadis yang berdiri di depannya.
Pria paruh baya di depan Ciel adalah Viscount Riedl, sang pemilik mansion, orang yang suka sekali berjudi dan terkenal sangat angkuh di kalangan bangsawan. Bahkan ia juga terkenal karena tidak pernah bisa melunasi seluruh utang-utangnya pada para debiturnya.
Tiba-tiba, Viscount Riedl mendorong kasar seorang gadis yang merupakan keponakannya itu ke arah Ciel hingga ia tersungkur di kaki Ciel, sebagai upaya terakhirnya untuk melunasi utangnya yang sudah menggunung.
Riedl melihat Ciel dengan tatapan ingin dikasihani, lalu dia memohon, “Tuan Duke yang terhormat, gadis ini adalah keponakan saya. Anda bisa mengambilnya sebagai pembayaran utang saya pada Anda.” Ujar Viscount Riedl dengan tatapan mengiba.
“Anda dapat menyuruhnya melakukan pekerjaan rumah tangga, menjadi budak atau apa pun yang Anda inginkan. Tolong, beri saya kesempatan!” Lanjutnya lagi dengan tatapan menuntut pada Duke.
Gadis bertudung itu terkejut dengan tindakan pamannya dan memandangnya sendu, ia merasa benar-benar dikhianati oleh pamannya sendiri.
Ia tidak menyangka tiba-tiba pamannya menyeretnya paksa ke ruang tamu sebab ingin menjualnya pada pria bergelar Duke yang tiba-tiba saja datang ke kediaman itu.
Ciel dan kesatria pribadi yang selalu mendampinginya, Ian, dikejutkan dengan kejadian tak terduga ini. Mereka datang ingin meminta pelunasan utang yang sudah jatuh tempo, tapi malah disodorkan seorang gadis.
Bagaimana bisa seorang paman menjual keponakannya sendiri untuk melunasi utangnya?
Cerita 2
Ciel mengernyitkan dahinya, ia tampak memegang keningnya karena tak tega menyaksikan insiden seorang paman yang sedang gencar menjual keponakannya sendiri pada pria lain.
Perlahan, Ciel menatap gadis yang menutupi seluruh kepalanya menggunakan tudung hitam besar, menyipitkan matanya karena penasaran. “Kenapa dia memakai tudung?”
Riedl melirik ponakannya lalu menjawab, “Menurut mendiang istri saya, wajahnya sangat buruk rupa, dan diyakini telah dikutuk. Rumor tersebut juga sudah menyebar di seluruh mansion ini, jika kita melihat wajahnya, kita mungkin mendapat kutukan dan menjadi jelek juga.”
Riedl menghentikan ucapannya seraya meneguk kasar air liurnya, “Bahkan saya tidak pernah melihat wajahnya selama ini. Atas perhatian istri saya, dia memakaikan tudung pada anak ini untuk mencegah kutukan menyebar ke orang lain.”
Ciel dan Ian saling melempar pandang tidak percaya omong kosong yang baru saja diucapkan oleh Viscount.
‘Memang gadis itu siapa, Medusa?’
Cerita 3
Ciel memandang Riedl dan berkata dengan wajah datar, “Apanya yang kutukan? Tanpa dikutuk pun kau sudah jelek pria tua,”
Ucapan menohok dari Duke Ciel membuat semua orang di rumah Riedl, termasuk para pelayan, tercengang.
“Pfftt,”
Gadis muda yang seharusnya bersedih hati malah terkikik geli mendengar ucapan Ciel pada pamannya, namun sedetik kemudian ia berhasil menahan diri.
Sementara itu, Ian tetap memasang wajah datar, tapi siapa pun bisa melihat Ian berusaha keras menahan tawanya. Riedl merasa malu setelah mendengar ejekan Ciel yang dilontarkan padanya.
Cerita 4
Ciel tidak berhenti sampai di situ. Dia mengangkat sebelah alisnya dan bertanya pada Riedl, “Apakah istrimu berubah jadi jelek? Karena kau bilang dialah yang meminta keponakanmu memakai tudung itu. Dia pasti sudah melihat wajah keponakanmu sebelumnya. Jika ucapannya benar harusnya istrimu sudah menjadi jelek karena kutukan.”
Sekarang, ucapan Ciel sangat masuk akal. Para pelayan di mansion itu saling berpandangan, dan beberapa dari mereka mulai berbisik, “Tetapi wajah Nyonya Lilia, istri Viscount, sangatlah cantik. Menurutku dia tidak terkena kutukan. Apakah tuan sedang berbohong?” Begitu kata mereka.
Riedl dengan keras menyangkal gunjingan para pelayan, dengan mengatakan “Istri saya tidak mendapat kutukan karena dia adalah adik kandung dari mendiang ibu gadis ini! Kutukan itu hanya menimpa orang yang bukan saudara sedarahnya!”
Cerita 5
Perkataan Riedl didasarkan pada cerita mendiang istrinya sewaktu beliau masih hidup. Tentu saja Riedl sempat tak percaya dan pernah mempunyai pikiran yang sama dengan Duke Ciel, tetapi gadis itu membenarkan ucapan mendiang istri Viscount kepadanya.
Ucapan gadis misterius itu menyebabkan semua orang mengangguk yakin pada perkataan Viscountess dan takut untuk melihat wajah yang tersembunyi dibalik tudung nona muda mereka.
Namun, Duke Ciel mempunyai pandangan berbeda. Dia tidak peduli dengan kutukan atau semacamnya, sebaliknya, dia menatap gadis itu dengan rasa iba.
Entah kenapa, Ciel merasakan dorongan kuat untuk melindungi gadis misterius itu.
Ciel menghela nafas dan menatap gadis di depannya sambil tersenyum, lalu berkata, “Siapa namamu nona muda? Saya Duke Ciel dari Duchy Dragster.”
Suara lembut dan pertanyaannya membungkam semua orang di mansion. Keheningan itu begitu mendalam sehingga bahkan Viscount Riedl tidak percaya Duke Ciel begitu baik kepada keponakannya.
Gadis itu terkejut dan membungkuk padanya saat dia mengungkapkan namanya, “F-Frela, Tuanku.”
Dia melirik sekilas ke arah Ciel dari balik tudungnya, jantungnya berdebar kencang.
Ketampanan sang Duke kekaisaran sesuai dengan rumor yang beredar. Rambut hitam mencolok bagai langit malam, mata biru pekat bak taburan bintang di angkasa, kulit kecokelatan akibat paparan sinar matahari saat perang, suaranya yang dalam dan lesung pipi yang menawan.
Dia juga terkenal karena sikapnya yang lembut dan sifatnya yang baik hati. Apa yang tadinya hanya sebatas rumor di kalangan atas kini tampak sepenuhnya benar di hadapan gadis itu.
“Frela, nama yang indah sekali. Jangan khawatir nona, mulai sekarang aku akan menjagamu,” Kata Ciel lembut pada gadis itu.
Ciel kemudian menoleh ke Riedl, ekspresinya sekarang berubah serius ketika dia menyatakan, “Saya akan mengambil gadis ini sebagai istri saya. Kami akan mempertimbangkan pelunasan hutang yang kau bicarakan.”
Ian, yang mendengarnya, memandang Ciel dengan terkejut, tidak dapat mempercayai telinganya.
Cerita 6
“!!!”
Frela juga tertegun dengan pernyataan dari sang Duke, tatapan matanya tertuju lurus pada Ciel.
Ian melirik Ciel dan berbisik, “Tuan, ini tidak seperti Anda yang biasanya.”
Ciel, yang sekilas menyadari kekhawatiran Ian, memberi isyarat padanya untuk tetap diam dan mengikuti arahannya dengan patuh. “Ayo pergi ke rumahku.” Kata Ciel pada Frela.
Riedl tidak percaya orang seperti Duke Ciel Dragster mau menikahi gadis yang diisukan buruk rupa.
Kemudian Riedl bertanya dengan keraguannya, “Yang mulia Duke, apakah Anda yakin? Wajahnya sangat buruk rupa, dan dia akan mempermalukan keluarga saya jika menjadi istri Anda. Jika Anda melihatnya, Anda akan menyesal karena kutukan.”
Ciel mencelang pada Viscount Riedl dan menjawab dengan tegas, “Ya, ya. Aku tahu rumor itu karena kau mengulanginya terus, tetapi aku ingin memperjelas.”
“Aku tidak peduli betapa jelek wajahnya. Jika itu satu-satunya kekurangan yang ia miliki, aku tetap akan menganggapnya sebagai istriku. Aku menginginkannya, dan aku tahu dia wanita yang baik, itu yang lebih penting.” Ciel menatap dingin pada Viscount seraya mengangkat wajahnya sedikit ke atas.
Cerita 7
Ciel memandang ke arah gadis itu dengan tekad dan tidak goyah menghadapi rumor kutukan yang mengiringinya.
Ian dan Riedl terkejut dengan pernyataan Ciel, dan mata Frela membelalak lebar hampir keluar dari rongga matanya karena terkejut.
Ciel terus menatap Frela, “Aku berjanji, semua akan baik-baik saja,” dia meyakinkan Frela seraya meraih tangannya lembut dan membawanya pergi dari rumah Riedl.
“A-ah?”, Frela masih terlihat kebingungan, dan jantungnya berdetak menggila saat dia mengikuti Ciel melenggang ke luar dari kediaman Viscount Riedl.
Cerita 8
Apa yang baru saja terjadi?
Bagaimana Frela tiba-tiba mendapati dirinya mempunyai seorang suami, terutama yang setenar dan setampan pahlawan kekaisaran yang terkenal itu?
Rasanya seperti sebuah keberuntungan yang luar biasa membanjiri dirinya. Dia berada dalam kondisi yang masih tidak percaya.
“Ian! Kembalilah lebih dulu dan beri tahu yang lain bahwa Frela akan tinggal di rumahku mulai sekarang.” Perintah Ciel.
“Baik, yang mulia.” Jawab Ian patuh.
Sementara itu, dia menatap tuannya, sulit percaya bahwa Ciel telah memutuskan untuk menikahi gadis yang dikabarkan buruk rupa dan memiliki kutukan.
Ian tahu bahwa Ciel selalu memercayai instingnya, sebuah kepercayaan yang telah membantunya dengan baik bahkan dalam kekacauan di medan perang sekalipun.
Dia menyadari bahwa Ciel telah membuat keputusan ini berdasarkan intuisinya juga.
Namun jauh di lubuk hatinya, Ian merasakan rasa sedih. Itu bukan karena kenyataan ini, tapi dia berharap setelah semua yang dilaluinya, Ciel akan menikahi seorang wanita muda yang cantik dan terhormat, seperti seorang putri atau seorang wanita bangsawan berpangkat tinggi.
Dia percaya bahwa seseorang yang baik dan terhormat seperti Duke Ciel pantas mendapatkan hal yang lebih dari itu. Namun, Ian menghormati keputusan Ciel dan memilih tetap diam.
Cerita 9
Frela menatap Ciel saat mereka berjalan keluar mansion kediaman Viscount.
“Yang mulia, mengapa Anda melakukan ini?” Frela bertanya dengan perasaan gelisah.
Ciel mengangkat alisnya dan tersenyum ramah. “Aku punya alasannya. Oh, ini adalah kereta kudaku,” Katanya sambil membukakan pintu kereta kuda untuk calon istrinya. Frela tetap diam, kebingungannya terlihat jelas dari pergerakannya yang kikuk.
Seiring berjalannya waktu, mereka tiba di kastel milik Ciel, gerbang besar nan kokoh menyambut kedatangan kereta kudanya.
Para pelayan berbaris menyambut pemilik kastel dan membukakan pintu untuknya. Ciel dan Frela memasuki kastel Duke dengan berjalan beriringan.
“Aku yakin kau pasti lelah, biarkan aku antar ke kamarmu, kamu istirahat di sana,” Ucap Ciel dan mengajak Frela ke kamar tamu.
Ciel melihat tudung Frela yang masih menutupi wajahnya dan berkata, “Kamu bisa melepas tadungmu itu. Pasti tidak nyaman.”
Frela memandangnya dengan rasa ingin tahu dan bertanya, “Anda tidak takut dengan kutukan saya, Yang mulia?”
Ciel berjalan mendekati Frela, memandangnya dengan sungguh-sungguh seakan menembus masuk ke dalam tudungnya.
“Aku tidak takut dengan kutukan, dan aku ingin melihat wajahmu. Aku penasaran dengan wajah calon istriku dan ibu dari anakku.” Ciel tersenyum dan membelai pipinya dengan lembut.
Cerita 10
“??!”
Frela tertegun dan bingung. Dia tidak pernah menyangka pria ini akan menggodanya dengan wajah tanpa ekspresi.
‘Apakah dia serius?’ Batin Frela.
Namun, ada sesuatu yang menggoda dari sikap Ciel padanya. Sekarang, gadis itu hanya bisa tersipu malu, pipinya merona.
Frela perlahan melepas tudungnya dan menatap calon suaminya dengan rasa malu. Ciel terlihat terkejut dan tersentak saat dia menatapnya.
Di balik kerudung itu, rambut hitam panjangnya sehalus sutra, matanya sedalam dan bulat seperti galaksi, wajahnya seputih salju dan bibirnya semerah buah ceri.
Ciel menatap wajah cantik calon istrinya dengan terkagum kagum, detak jantungnya memburu semakin cepat. Tatapannya tertuju pada wajah bak bidadari di hadapannya.
“Rumor dan kutukan itu tidak benar? M-maksudku, h-hah?” Ciel terlalu terkejut untuk berbicara. Pada saat itu, Ciel menyadari, dia semakin jatuh cinta pada Frela, calon istrinya.
Cerita 11
“Iya yang mulia, kutukan itu tidak benar. Aku dan bibiku hanya mengada-ada. Bibiku berusaha melindungiku dari pamanku. Dia tidak mempercayainya bahkan setelah pernikahan mereka,” kata Frela sambil tersenyum, ekspresinya malu-malu.
Perlahan Ciel melepaskan tangan kekarnya dari wajah Frela, wajahnya berubah dari kaget menjadi senyuman yang bahagia, “Pantas saja, dengan kelakuan pamanmu yang sudah tersohor dimana-mana. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada gadis secantik dirimu sebelum aku bertemu denganmu.”
Ciel menatapnya dengan tatapan penuh kasih dan mencondongkan tubuhnya ke arah Frela, perlahan mendekatkan wajahnya, kini bibir mereka hanya berjarak beberapa inci satu sama lain.
Frela buru-buru menutup bibirnya dengan tangannya, wajahnya memerah. “A-Aku tidak mencium pria sebelum menikah,” katanya sambil tersipu.
Ciel menyadari apa yang dia lakukan dan melangkah mundur, wajahnya memerah, “A-aku minta maaf. Aku terlalu terburu-buru.” Ciel ingin memukul dirinya sendiri karena bersikap tidak sopan pada seorang wanita bangsawan.
Ciel buru-buru membuang muka dan berusaha menutupi wajahnya yang tengah merah pIan.
Cerita 12
Apa yang salah padanya?
Kenapa dia seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta?
Ya benar, ini merupakan pertama kalinya untuk Ciel. Dia tidak pernah merasakan perasaan jatuh cinta karena terlalu sibuk di medan perang.
Ciel memandang Frela dan berlutut di depannya, meraih tangannya dengan lembut dan mencium punggung tangan yang sehalus sutra.
“Saya akan bersabar menunggu sampai pernikahan kita terlaksana, Nyonya.” Kata Ciel sambil tersenyum sambil menatapnya.
“??!!!!!”
Pernyataan yang dilontarkan calon suaminya itu membuat Frela merasa jantungnya ingin melompat keluar dari dadanya dan berguling-guling di lantai.
Cerita 13
Saat makan siang, Ian memandang Frela dan Ciel, lalu kembali ke Frela.
“???”
Ian memandang Ciel lagi dan berbisik, “Tuan, apakah Anda melihatnya?”
Ciel memandang Ian heran dan bertanya sambil asyik mengunyah makanannya, “Ada apa?”
Ian tak henti-hentinya memandangi wajah cantik Frela. “Wajahnya sangat cantik, tidak seperti rumor yang beredar.”
Ciel tersenyum dan menjawab, “Terkadang rumor hanya sekedar rumor.”
Ian tidak percaya, sepertinya dia tidak bisa meragukan intuisi tuannya. Dia berpikir dalam hati, ‘Anda benar-benar beruntung, tuanku. Aku seharusnya tidak ragu dengan keputusanmu.’
Cerita 14
Selanjutnya acara pernikahan pun digelar setelah tepat sebulan Frela tinggal di kastel Ciel.
Acara pernikahan mereka sangat megah dan meriah hingga mengundang Kaisar dan Ratu yang merupakan kerabat jauh Ciel.
Seluruh rakyat kekaisaran pun mengetahui betapa semaraknya pernikahan sang pahlawan perang dan seorang wanita cantik seperti peri. Kecantikan dari Frela bahkan tersohor hingga ke negeri seberang.
Setelah pernikahan mereka yang spektakuler itu, Ciel dan Frela dikaruniai lima anak yang terdiri dari tiga putra dan dua putri yang sangat menggemaskan. Mereka pun hidup bahagia selama-lamanya.
Selesai.