Hello,nama aku Lala, usiaku 13 tahun. Aku memiliki penyakit bawaan sejak kecil, rumah sakit adalah rumahku. Tapi aku bersyukur karena Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk melihat dunia sampai umurku yang ke-13. Langka dalam hidup ini sangat tidak mudah, rasa sakit yang hanya bisa dirasakan penderita penyakit A membuatku semakin lemah setiap harinya, namun di sela rasa sakit ini aku memiliki sahabat pena yang baik hati. Dia selalu menemani ku dan mengirim buku baru setiap tiga hari sekali.
Diari yang ia berikan sudah penuh dengan cerita kami. Awalnya Dia tidak mengenaliku tapi kami menjadi teman saat dia mengalami kecelakaan dan mengharuskan dia menginap beberapa malam di rumah sakit. Kami bertemu di taman saat aku Sedang berjemur. Saat itu kondisi ku tidak memburuk dan masih memiliki energi untuk bergerak walau sebentar.
....
Langka kakiku terhenti saat melihat seoarang gadis yang berjemur. Dia terlihat tenang, sambil menikmati cahaya matahari yang mengenai kulit pucatnya. Tubuhnya terlihat besar namun rapuh, aku memandanginya cukup lama dan tersadar saat wajahnya berpaling dan mata kami bertemu.
" Apa kamu baru disini? " Tanya gadis itu dengan senyum cerahnya.
" Yah, aku baru. Dimana kita? " Balas ku sembari berjalan mendekati gadis itu.
" Ini taman, apa matamu buta?" Tanya gadis itu heran.
"Tidak, mataku baik-baik saja. Aku bertanya karena tidak tahu. " Balasku dengan wajah kesal.
" Ini taman khusus, tidak semua orang bisa masuk di tempat ini. Apa kamu tersesat? " Tanya gadis itu sekali lagi.
" Tidak. " Balasku dengan cepat, tapi sesungguhnya aku tersesat. Rumah sakit ini sangat besar, aku hanya bermain sebentar dan tanpa sadar terpisah dari kedua orang tuaku.
"Apa penyakitmu? aku akan membantu mengantar. " Jawabnya sembari berdiri dihadapan ku.
Mendengar ucapannya aku sedikit terkejut. Tubuh mungil ini ingin membantu? Dengan dorongan kecil dia bisa terjatuh. Aku berpikir keras, mengapa gadis yang berwajah pucat ini berada sendirian di taman.
" Jadi....? " Katanya sembari memiringkan wajahnya.
" Aku tidak sengaja terluka dan kakiku patah. Aku harus berada di ruangan ku sekarang karena orang tuaku pasti khwatir. " Jawabku dengan malu. Dengan langka kecil dia menuntun ke arah kamarku setelah bertanya ruang tempatku nginap. Setelah mengantar, gadis itu menghilang dari pandangan ku dan kami tidak bertemu sampai...
" Tolong beri jalan... Ini keadaan darurat. " Teriak dokter sembari mendorong tempat tidur pasien.
Kami memberikan jalan dan saat memperhatikan tempat tidur pasien aku melihat gadis itu. Dia terlihat kesakitan dan semakin lemah, wajah pucatnya terlihat semakin parah. Aku berteriak pada kedua orang tua ku bahwa gadis itu yang membantu ku. Setelah mendengar, orangtuaku mencoba melihat keadaan gadis itu dan mencari tahu penyakitnya.
Beberapa saat setelah itu, kedua orang tua ku menjelaskan bahwa gadis itu memiliki penyakit yang sangat serius. Belum ada obat dan dia terus berjuang.
Setelah mendengar perkataan mereka aku memutuskan untuk menunggu dan menjadi temannya.
Setelah menunggu beberapa hari gadis itu sadar namun tubuhnya tidak mampu berjalan.
" Apa kamu mau lolipop? " Tanya ku memecahkan keheningan.
" Aku mau. " Jawabnya dengan senyuman.
" Namaku Doni. Siapa namamu? " Tanyaku sembari melirik kearahnya.
" Lala..."
" Tubuhmu, baik-baik saja? " Tanyaku khawatir dengannya.
" Sangat baik. Ada apa mencari ku? "
" Ini..... Buku diari ini bisa kamu tulis sesukamu. Anggap saja ucapan terimakasih untuk waktu itu.
Lala tersenyum setelah mendengar pendapatku. Sejak saat itu aku mengenalnya, sesekali datang diwaktu luangku. Tapi aku tak lupa mengirimkan buku untuk dibaca Lala agar tidak bosan.
Senang rasanya bisa berbicara dan menjadi sahabat penanya. Yah, kami menjadi sahabat pena karena Lala tidak bisa banyak bicara, kami berbicara lewat surat.
Tapi, waktu sangat jahat... Saat aku berkunjung ke rumah sakit tempat Lala di rawat, mereka memberitahu orang tuaku bahwa Lala telah meninggal. Dia meminta dokter memberikan surat terkahirnya.
Dear Doni
Aku sangat senang bisa mengenal mu. Kamu tahu, saat kita pertama kali bertemu? Aku melihat seorang bocah sedang kebingungan mencari jalan. Aku berpikir siapa anak yang memakai tongkat sembari menyeret sebelah kakinya? Hahaha... Kamu terlihat lucu.
Aku sangat senang saat kamu berbicara dan menjadi malu. Kamu sahabat pena pertamaku dan kamu sangat baik, sampai aku berpikir Tuhan mengirimkan seorang malaikat.
Disaat itu pun aku ragu mau berbicara atau tidak. Seperti yang kamu lihat tubuhku yang kecil dibungkus pakaian rumah sakit yang ukuran besar. Tapi aku sangat senang karena kamu datang mengunjungi ku dan Terima kasih untuk hadiahnya.
Aku senang karena kamu adalah hadiah terbaik yang Tuhan berikan. Pertemanan kita tidak lama namun sangat berbekas dihatiku.
Aku berharap kamu menjadi pilot seperti cita-citamu. Oh yah, saat kamu baca surat ini... Aku sudah di tempat terbaik dan sedang tertawa melihat wajahmu yang lucu.
Sahabat pena ku...
Jangan bersedih dan Terima kasih. Salam dari sabahat jauhmu Lala.
....
Setelah membaca surat peninggalan Lala, kami mengunjungi keluarga serta makamnya. Aku sangat bersedih dan terpukul, sahabatku meninggal dan masih memberikan semangat didetik terakhir. Terima kasih Lala
....
Aku memiliki teman pena yang aneh, dia baik dan menyenangkan. Kami bertemu sekali dan pertemuan kedua kami menjadi sahabat. Banyak hal yang kami lakukan disaat terkahir ku. Banyak hadiah dan kenangan baik yang kami lakukan, aku ingin bersekolah namun tidak bisa tapi sabahat penaku menjadi guru yang baik. Dia menceritakan dunia luar, kehidupan sekolahnya dan merekomendasikan buku.
Setiap dia berada didekatku, aku sangat menikmati hal itu.
Namun, beberapa saat lalu tubuhku menjadi tidak terkendali dan aku kehilangan kesadaran. Sebelum semuanya galap, terdengar tangisan ibuku dan ayah. Aku berjuang... Yah, aku terus berjuang... Tapi aku masih kalah dengan malaikat maut di depanku.
Dunia sekitar ku terasa kembali ke masa kanak-kanak sebelum penyakit ini kambuh. Orangtua yang mengetahui situasinya selalu memberikan kasih sayang yang lebih padaku. Aku belum sempat mengucapkan terimakasih tapi aku pun tidak menyesalinya. Ayah-ibu terimakasih untuk 13 tahun ini, sudah sabar menungguku. Aku mencintai kalian, teruslah hidup dan jangan pernah menyesali keadaan ini. Sahabat penakut jangan menyerah, taklukkan semuanya dan jadilah pilot.
....
Dear Ayah- Ibu
Lala berterima kasih karena sudah membantu dan menjaga Lala selama 13 tahun. Lala sangat senang karena hidup memberikan waktu agar Lala bisa bersama kalian. Lala tahu, hal ini membuat ayah-ibu sedih tapi tolong jangan terus bersedih karena Lala sudah bahagia.
Ayah-ibu, Lala sangat menyayangi kalian. Teruslah hidup dan jangan pernah menyesali hal ini. Aku mencintai kalian.
TAMAT