Malam hari tepatnya jam 10 malam, suasana lelap karena semua tertidur pulas di rumah itu. Namun, di sebuah ruangan terdapat suara krasak krusuk seperti ada yang masih menulis. Benar saja, itu adalah seorang gadis kelas 9 yang sedang menyelesaikan tugas sekolahnya menuliskan cerita tentang cinta pertamanya.
Gadis yang bernama Sabrina itu sedang mencoba berpikir dan mengingat kembali masa lalunya.
Pergi ke masa lalu ingatan Sabrina
Cerita ini tepatnya pada kelas 2 SD dan sedang ingin menjalani ujian tengah semester. Sabrina diantar oleh ayahnya menuju sekolah, Sabrina pun masuk ke kelas setelah menyalami ayahnya dan segera masuk ke kelas mencari tempat duduknya.
Betapa terkejutnya Sabrina melihat dia duduk dengan lawan jenis, karena sebelumnya dia duduk dengan perempuan.
"Raihan Fahlefi Aydin? Semoga dia bukan anak nakal," celetuknya.
Lalu Raihan pun datang mengenakan tas ransel hitam dengan dinginnya duduk di sebelah Sabrina, dia berkulit putih memiliki tahi lalat di kedua pipinya dan terlihat chubby serta berambut menyamping seperti penguasa Eropa.
Sabrina hanya diam membuka buku sesekali melihat lelaki itu, sesekali juga lelaki itu menatap Sabrina sambil menggambar. Kadang juga ada teman temannya Raihan seperti Faresta Quadarius Bahri, Madava Alexander Brighton Oke dan Maxime Yeshua Mufarrij.
Sabrina lebih mengenal teman teman Raihan ketimbang Raihan karena Sabrina sering tak sengaja pulang bersama dengan 3 manusia ini, kadang menjengkelkan juga karena saat naik angkot Sabrina yang disuruh bayar ga ada angin ga ada hujan terpaksa Sabrina pun membayarnya.
Tak lama bel tanda ujian pun berbunyi, mereka kembali ke tempat masing-masing. Guru pengawas pun berdatangan dan membagikan kertas ujian. Ujian pertama adalah Al Quran Hadits, Sabrina ini berada di sekolah swasta.
Suasana terasa damai karena tidak ada yang berani bersuara, tapi terdengar sedikit sayup-sayup suara bisikan yang saling menanyakan soal. Tak heran kadang Sabrina juga ditanya oleh Roseanne Ayu Almira teman di sebelahnya.
Kadang Sabrina memberikan jawaban yang benar kadang Sabrina mengacak jawabannya, yaa iming-iming agar jawabannya tidak sama dengan temannya ini.
Raihan yang sedari tadi melihat Sabrina menjawab soal kepada Rose dia pun jadi ikut ikutan bertanya, terkadang dia tertawa karena katanya dia baru pertama kalinya bisa menyelesaikan ujiannya dengan cepat.
"Rin, cara jawab essay gimana?" tanya Raihan.
"Deuhh ni anak," Sabrina pun menyerahkan kertas ujiannya kepada Raihan. "Bedain ya jangan sama," perintah Sabrina.
"Iya," respon Raihan.
Tak lama semuanya pun selesai dan semua mengumpulkan kertas soal dan jawabannya kepada guru.
Jam istirahat pun berbunyi, Sabrina jarang ke kantin selama ujian. Hanya duduk untuk membaca buku untuk menghemat uang jajannya juga, saat sedang membaca buku dapatlah ucapan terimakasih dari Raihan dan Raihan pun sesekali memuji Sabrina yang rajin dan pintar.
Kapan saat merasakan cinta pertamanya? Tentu saja saat hari Rabu tepatnya pelajaran IPS, saat itu ujiannya berhubungan dengan essay yang cukup panjang.
Sabrina dan Raihan mengerjakannya masing-masing karena ujian IPS ini sangat sulit untuk menyontek.
"Aduh, kok katanya gini sih," keluh Sabrina dan segera mengambil Penghapusnya.
Saat mengambil penghapus, tiba-tiba tangan Raihan berada di atas tangan Sabrina. Sama-sama ingin memakai penghapus itu.
"Kamu aja dulu Rai," ujar Sabrina halus.
"Engga, kamu aja Rin," jawab Raihan.
Agar tak ribut berkepanjangan, akhirnya Sabrina lah yang memakainya duluan baru Raihan. Kejadian tadi disaksikan oleh Rose, Alex dan Muthi.
"Cie ribut mulu, entar jodoh loh," ujar Alex.
"Engga, ga mungkin," respon Sabrina singkat.
Akhirnya suasana kembali hening, tapi tidak dengan perasaan Sabrina yang tercampur aduk. Perasaan apa ini? Dia kan masih kecil.
Ujian berakhir dan cerita cinta ini bermulai lagi ketika kelas 4 karena saat kelas 3 kelasnya berbeda.
Di kelas 4, cerita terasa lebih manis dan seru. Sabrina mengingat kalau dia saat sedang belajar, Raihan selalu datang ke bangkunya. Sambil mencontek Raihan pun sambil bercerita tentang keluarganya, teman temannya dan membahas hal yang menjadi rahasia laki-laki yang Sabrina merasa penasaran.
Saat pelajaran tematik, pa Yahya saat sedang duduk di mejanya. Raihan membuat pesawat kertas untuk memberikan pesan kepadaku, dulu handphone belum terlalu tersebar dan lebih surat menyurat.
Sabrina pun menjawab dan melemparkan lagi pesawat kertas itu saat pa Yahya tidak menjelaskan, saat Raihan ingin melemparkan lagi ternyata pesawat kertas itu terbang mengenai kepala pa Yahya.
"Jujur, siapa yang lempar pesawat kertas?" tanya pa Yahya dengan nada tinggi.
"Raihan sama Sabrina!!!" ucap semua siswa bersamaan.
"Raihan! Sabrina! Berdiri di depan sekarang!" ucap pa Yahya.
Raihan dan Sabrina pun berdiri, pa Yahya memarahi mereka dan menanyakan untuk apa melakukan itu. Pa Yahya pun membuka isi suratnya, tiba-tiba pa Yahya malah tertawa.
"He, kalian saling mencinta atau gimana?" tanya pa Yahya. "Isinya romantis banget," lanjut pa Yahya.
Sontak sekelas mencie ciekan Raihan dan Sabrina, Sabrina merasa malu dan berteriak bahwa dia ga ada rasa sama Raihan. Serius ga ada rasa?
Skip hingga jam istirahat, Sabrina pun duduk selesai dihukum membersihkan halaman kelas bersama Raihan. Sabrina menyalahkan Raihan terus menerus selama dihukum sedangkan Raihan hanya diam saja.
Ternyata, kejadian ini tidak disukai oleh sebuah geng yang diketuai oleh Gissele. Gissele adalah orang yang menyukai Raihan namun ditolak mentah-mentah.
"Dih, pacarnya si culun itu?" ejek Gissele.
"Iya, kok Raihan itu mau sih pake pelet apa Sabrina itu?" timpal Rose. Rose ini berada di pihak Gissele sebenarnya, tapi Sabrina terlalu baik dan tidak tahu kalau Rose ini bermuka dua.
Gissele ini juga sama, bermuka dua namun lebih terlihat tidak menyukai Sabrina. Beberapa kali dia ingin melabrak Sabrina ini tapi tidak jadi karena jika takut kehilangan hubungan, dia tidak bisa mendapatkan jawaban lagi.
Akhirnya Gissele menggunakan cara yang lebih bagus lagi, dia akan mempengaruhi Raihan agar tidak dekat lagi dengan Sabrina. Dia akan menjelek jelekkan Sabrina di depan Raihan.
Gissele terus begitu, namun Raihan selalu diam tidak menanggapi Gissele dan gengnya ini. Gissele merasa gagal karena selalu tidak ditanggapi oleh Raihan, akhirnya Gissele mempengaruhi Sabrina juga yaitu dengan cara memberitahu Sabrina bahwa Sabrina itu sebenarnya sedang dimanfaatkan oleh Raihan dan Raihan tidak cinta padanya.
Sabrina dengan lembutnya menanggapi.
"Mohon maaf sel, terimakasih yaa udah ngasih tau. Tapi, aku memang ingin berbagi jawaban dengan ikhlas sama semuanya. Kamu juga suka dapet jawaban kan? Semuanya rata, tidak ada yang istimewa,"
Gissele pun akhirnya mengerti, masalah ini pun dianggap selesai.
Pada ulangan akhir tahun menuju kelas 5, tepatnya hari Rabu ujian Sejarah Kebudayaan Islam. Banyak sekali soal yang tidak ada jawabannya di buku.
Akhirnya Sabrina, Raihan dan Rose sepakat untuk mencari jawabannya di buku. Mereka pun membuat rencananya.
Pertama, Sabrina dan Rose izin ke kamar mandi. Kedua, Raihan izin melihat sesuatu di jendela dan ternyata menyerahkan bukunya lalu langsung berlari izin ke kamar mandi juga. Ketiga, Rose jaga di luar sedangkan Sabrina dan Raihan masuk ke kamar mandi perempuan.
Dengan cepat Sabrina mengkrasak krusuk buku dan mencarinya, benar saja jawabannya juga tidak ada di buku. Pantas saja saat mengerjakan soal terasa asing bagi Sabrina.
Tiba-tiba Rose berkata bahwa pa Iman guru olahraga terlihat segera menuju kamar mandi, sontak Sabrina dan Raihan keluar dan Raihan segera naik ke atas dinding jadi ke arah kamar mandi laki-laki agar tidak dicurigai. Bukunya Sabrina taruh di dalam seragamnya.
Sepertinya mereka dicurigai satgas dan guru olahraga, tapi ternyata mereka tidak tahu hal itu. Dan bagi Sabrina itu adalah cara menyontek terseru karena penuh rintangan dan rencana yang serius.
Yap, itu hanyalah hari Rabu. Besoknya, adalah hari yang menyedihkan bagi Sabrina. Tiba-tiba Raihan diam dingin beda seperti sebelumnya, Sabrina pun merasa heran karena baru pertama kali melihat Raihan bersikap tidak seperti kemarin.
Sabrina menanyakan kepada teman temannya Raihan kenapa dia tiba-tiba begitu, ternyata Raihan mencoba menjaga jarak karena dia sudah memiliki pacar seorang kakak kelas yang menjadi satgas.
Sabrina pun mengerti, rasanya berat juga karena seperti ada yang hilang walau dia baru dingin sehari saja. Se sensitif itulah perasaan Sabrina, hari-hari yang penuh tawa dan cerita berubah seketika.
Keesokan harinya saat hari Jumat, Sabrina segera berangkat naik angkot. Dia terus memikirkan Raihan, untuk apa memikirkannya? Rasa pun tidak ada.
Tak disadari, Sabrina ternyata ditabrak motor. Sabrina terpental dengan kepala bocor, bahu robek berdarah dan kening yang berwarna biru menghitam.
Sabrina pun segera dibawa ke puskesmas untuk dijahit dulu pendarahannya dan ditelpon orang tuanya agar segera dirujuk ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Sabrina koma selama 3 hari. Saat minggu pagi Sabrina pun terbangun, badannya terasa sakit sekali dan mulai sedikit lupa apa yang dilakukannya saat itu sampai tidak sadar bahwa dirinya kecelakaan.
Akhirnya Sabrina dirawat selama 2 minggu di rumah sakit, saat akhirnya bisa pulang pun dia boleh sekolah 3 hari setelahnya. Bekas luka kecelakaan pun masih banyak terlihat terutama di kening.
Dia selalu ditanya teman teman dan gurunya tentang kondisinya, Sabrina selalu mengatakan kalau dia sudah baik baik saja. Namun kondisi terasa tidak baik-baik saja saat melihat Raihan bersama dengan kakak kelas itu.
Teman teman Sabrina pun berusaha menenangkan Sabrina saat Sabrina melihat pemandangan itu, namun Sabrina mengatakan untuk apa dia sedih tidak ada hubungan apapun juga dengannya.
Namun apa daya, ucapan dan isi hati berbeda. Saat perjalanan menuju pulang, cuaca sedang hujan. Sabrina menangis sejadi-jadinya karena dengan adanya hujan bisa menutupi tangisnya itu.
Mungkin tiada hubungan apapun dengannya, namun rasa yang lebih tak terduga dan kenangan indah bersamanya itu membuat diri nyaman. Ketika semua berubah, kita tak bisa melakukan apapun hanya menangis dan sedih dalam hati dan terus terpikirkan masa lalunya.
Keesokan harinya, suasana Sabrina biasa lagi dan ceria lagi. Namun tetap kecanggungan antara Sabrina dan Raihan ada, Sabrina pun akhirnya berpikir jika berlarut-larut dalam kesedihan maka hanya akan memperlelah dirinya sendiri. Semangatlah dan keluarkan aura positif, maka hidup ini akan lebih baik terus kedepannya.