Kenapa marah?
Ha? Kenapa musti marah?
Aku kaget ketika aku telah kembali dari membeli hansaplast dan snack di toko untuk anak-anak, dia tiba-tiba mengatakan, "Hish! Lama! Mana uangnya?!"
Lalu dia naik motor langsung tancap gas untuk segera pergi.
Kenapa dia marah?
Apa karna terlalu lama menungguku kembali? Atau karna aku menyelanya saat kakak ipar menanyakan keadaanku yang pulang kepanasan dan kehausan?
"Kenapa kamu? Kepanasan?" Tanya kakak ipar perempuanku.
"Iya nih, baru jam sembilan udah panas banget udaranya dan aku sampe mual karna kehausan. Houg," balasku.
Sejenak terkikik bersama, suamiku malah langsung naik motor dan pergi sendiri.
"Kenapa dia? Marah kah? Katanya mau ajak aku?" Hmm.. Aku merasa bersalah.
"Emang mau kemana?" Tanya kakak Ipar perempuanku lagi.
"Itu, beli HPL. Katanya sama aku, tapi dia malah langsung pergi aja. Gak sabar banget. Selalu saja buru-buru"
Ya sudah. Lalu, aku naik ke lantai dua. Di sana ada anak-anak pada bermain bersama. Aku tetap saja kepikiran. Apa dia marah? Kenapa bisa marah sih? Ah! Ceroboh banget aku bikin dia marah lagi. Huff!!
Ya sudah. Aku sampe malas mau ngapa-ngapain. Sampe tertidur sejenak. Lalu, handphoneku berdering. Aku tidak mengetahuinya karena sedang dipinjam Mamas Husain.
Ternyata sudah setengah jam. Waduh! Aku langsung bergegas meneleponnya lagi. Tapi, akhirnya suami telfon dan aku mengangkatnya segera.
"Yunx, kunci kamar mana?"
"Deg!"
Aku langsung lemas. Baru aja dia badmood sama aku tadi, eh ini ditambah tanya kunci kamar rumah. Waduh! Kuncinya aku bawa, pikirku.
Aku mengatakan yang sejujurnya bahwa kuncinya ada di tas aku. Seketika dia mengeluh, "Adududuh aduh aduh aduh aduh.. Hmm duh aduh aduh," gitu.
"Apa perlu aku antar?" Tanyaku tenang mencoba mengendalikan keadaan.
"Ah! Gak usah! Gak perlu! Kamu itu lama! Kamu bakalan lama datang kesini! Wis ga usah, gak usah! Tutup aja telfonnya!" Perintahnya.
Ya sudah. Aku menutup telefonnya. Astaga, dia mudah banget marah dan aku bingung.