Ketika aku terlahir kembali, aku dipaksa makan serangga oleh anak-anak yang suka menindasku.
"Kalau kamu tidak mau memakannya, lepas celananya dan masukkan serangga itu ke sana!"
Namun, mereka tidak tahu bahwa besok akan ada wabah serangga yang mengerikan di sekolah dan mereka akan menghadapi raja serangga itu.
1
Dalam kehidupan baru ini, aku kembali ke waktu ketika aku ditarik masuk ke toilet perempuan dan diintimidasi.
Beberapa gadis menjambak rambutku dan menekan wajahku ke dalam toilet.
Sama seperti di kehidupan sebelumnya, aku disiksa oleh mereka di toilet dengan berbagai macam cara.Mereka bahkan memaksaku untuk makan serangga.
Aku mendorong mereka dengan sekuat tenaga dan bersembunyi di gedung olahraga hingga malam hari.
Namun, ketika aku kembali ke asrama di malam hari, mereka tidak membukakan pintu untukku.
Tiba-tiba, sekawanan besar serangga pemakan manusia muncul di koridor.
Seketika itu juga, aku menjadi hidangan pertama mereka.
Setelah kematian yang menyakitkan itu, aku menjadi hantu yang melayang-layang di udara dan melihat mayatku yang tinggal tulang belulang saja. Kemudian, seluruh sekolah terjangkit wabah serangga ini.
Orang-orang yang menindasku bisa bertahan hidup sampai akhir karena mereka meninggalkan dan memanfaatkanku.
Aku merasa tidak rela dan terus memantau teman-temanku yang sudah membuatku terbunuh.
Mungkin, dendamku terlalu besar sehingga aku benar-benar terlahir kembali.
Saat ini, situasinya masih sama seperti di kehidupan sebelumnya. Jena berdiri di depanku dan menyodorkan serangga ke arahku sambil menginjak perutku.
Di kehidupan sebelumnya, aku bisa melihat dengan jelas dari langit bahwa serangga itu ternyata adalah raja serangga yang sedang tidur.
Jena membuka mulutku dengan paksa. Namun, sebelum dia bisa mendekat ….
Aku langsung melepaskan diri dan menelan serangga itu dengan satu teguk.
2
Serangga itu menggeliat di tenggorokanku, tetapi aku tidak bisa menghancurkannya begitu saja
Satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil maksimal dari kekuatan serangga itu adalah dengan membiarkannya tetap hidup di dalam tubuhku.
Inilah satu-satunya kelebihan yang bisa kupertahankan untuk diriku sendiri.
"Kamu ... kamu benar-benar gila!"
Aku menyeka mulutku dan melihat ekspresi jijik Jena.
Setelah itu, aku menarik napas dalam-dalam sambil meludahi wajahnya.
Jena berteriak dengan histeris dan beberapa orang membantunya ke wastafel. Mereka terlalu jijik untuk menyentuhnya.
Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri. Berdasarkan garis waktu di kehidupan sebelumnya, seluruh sekolah akan terkena wabah serangga pada pukul 9 malam.
"Aku harus menelepon polisi!"
Aku bergegas kembali ke kelas dan ruang yang ribut tiba-tiba menjadi hening.
Aku langsung menghampiri ketua kelas dan meraih lengan bajunya.
"Ketua kelas! Di mana ponselmu? Berikan padaku!"
Wajahnya menjadi pucat pasi dan dia langsung menarikku keluar ruangan.
"Apa yang kamu katakan? Guru masih ada di depan pintu!"
"Hari ini akan kiamat!Sekolah kita akan hancur!
Dia mengangkat ponselnya dan berkata, "Sejak tadi siang tidak ada sinyal di ponselku."
Tebakanku benar.
Seseorang memang sengaja memblokir tempat ini!
3
Sekarang pukul tujuh malam.
Masih ada dua jam lagi sebelum bencana serangga terjadi.
Aku meraih tangan Fendi.
Kemudian, dia melepaskan pakaiannya dan memakaikannya padaku sambil menghela napas.
"Apa Jena dan yang lainnya mengganggumu lagi? Aku akan menemanimu ke ruang guru ...."
Saat dia berbalik, tiba-tiba aku merasakan rasa sakit yang tajam di perutku. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggerogoti organ-organ dalamku dan menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Rasanya saraf-sarafku akan meledak.
"Ah!"
Aku membungkuk dan jatuh berlutut di lantai. Dalam penglihatanku yang kabur, aku melihat pembuluh darah di punggung tanganku mulai membesar.
Fendi memanggil guru, tetapi tidak ada yang menanggapinya.
Dia berbalik dan menggendongku di punggungnya. Kemudian, dia membawaku ke ruang perawatan dan membaringkanku di tempat tidur.
Dia menatapku dan berkata dengan penuh kekhawatiran, "Ada apa denganmu? Aku akan menelepon ambulans untuk membawamu ke rumah sakit!"
"Jembatan sekolah sudah terputus dan air di luar berwarna merah darah! Sesuatu akan terjadi pada sekolah ini!"
Fendi tertegun sejenak dan sepertinya mempercayaiku.
Aku berusaha untuk duduk dan tidak sengaja menyentuh tanaman dalam pot yang ada di atas meja.
Dalam sekejap, tanaman dalam pot yang tadinya subur langsung menjadi layu.
Fendi terlihat bingung dan tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat. Aku melihat jam dan waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"Setengah jam lagi, kita tidak bisa pergi ke mana-mana."
Aku hendak menuangkan alkohol ke gagang pintu ketika tiba-tiba aku mendengar suara ketukan.
Aku bertukar pandang dengan Fendi dan ketika pintu terbuka sedikit ….
Pintu itu memperlihatkan sepasang mata, tetapi mata itu berbentuk batang vertikal yang panjang.
Guru kami berdiri di luar pintu, tetapi tubuhnya terlihat seperti tubuh kupu-kupu. Matanya berubah menjadi garis saat dia melihat melalui celah.
"Aku mau masuk."
4
Saat melihat situasi yang mengerikan dan menjijikkan di depanku, rasa mual langsung melanda dan membuatku muntah.
"Fendi! Di mana korekmu?"
Dia merasa sangat terkejut saat melihat makhluk aneh yang sedang berjuang masuk melalui celah pintu. "Di saku kiri!"
Aku mengeluarkan korek api itu dan mengayunkannya ke depan. Seketika itu juga, aku bisa mendengar suara raungan yang sangat keras.
Alkohol menyala bersamaan dengan nyala api dan kacamata guru itu jatuh ke lantai. Kemudian, seluruh tubuhnya terpelintir menjadi bentuk yang mengerikan.
Dalam sekejap, tubuh guru itu berubah menjadi abu hitam.
Fendi langsung menutup pintu dan mengambil beberapa botol alkohol lagi. Kemudian, dia menuangkan semua ke depan.
Aku melihat ke arah jam.
Pukul sembilan kurang sepuluh menit. Sepuluh menit lebih awal dari kehidupan sebelumnya.
Berarti, tempat yang awalnya diserang bukanlah asrama putri, tetapi tempat ini.
Kamar mandi sangat sunyi dan beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.
Dari celah yang terbuka, seekor serangga bergigi tajam muncul dengan tubuh yang berlekuk-lekuk. Namun, wajahnya adalah wajah manusia. "Apa-apaan ini?"
Fendi memelukku dengan satu tangan sambil terus menyemprotkan alkohol ke udara dengan tangan yang lain.
"Tidak ada gunanya! Jumlah mereka terlalu banyak!"
"Bakar! Cepat bakar!"
Aku membuka tutup botol dan menuangkan semua alkoholnya. Kemudian, aku buru-buru menyalakan korek yang ada di tanganku.
Api langsung membumbung tinggi dan menyebar sampai ke langit-langit!
Aku melihat ke bawah dan ada serangga merayap di punggung tangan kananku dengan tubuh yang menggeliat-geliat.
Serangga itu berdiam diri di punggung tanganku, tetapi tidak menyerang.
Kemudian, sayapnya mengepak dan perahan-lahan terbang ke atas. Kemudian ….
Fendi memukul serangga itu hingga mati menggunakan papan kayu.
5
Asap di ruang perawatan langsung mengepul dan dengungan serangga menghilang. Saat ini, tidak ada lagi serangga yang beterbangan dari kamar mandi.l
Namun, kami berdua juga kesulitan untuk bernapas.
"Sepertinya sudah tidak ada suara lagi di luar, ayo keluar!"
Saat ini, tidak ada yang tahu di mana serangga-serangga itu akan keluar. Namun, aku memiliki kelebihan.
Setiap kali serangga itu menyentuh bagian tubuhku, mereka akan langsung mati.
Fendi tiba-tiba meraih lenganku dan berkata, "Selain api, apa lagi yang ditakuti serangga?"
"Air?"
Matanya berbinar dan kami berdua berkata secara serempak, "Ayo pergi ke kolam renang!"
Situasi di luar pintu terlihat seperti neraka ….
Teriakan terus bergema dan orang-orang berlarian ke sana ke mari. Beberapa guru mendorong para siswa ke depan dan menendang mereka tanpa ampun.
Dalam sekejap, serangga-serangga itu langsung melahap orang-orang yang mereka tempeli.
Saat kami berlari ke sudut ruangan, Fendi menendang pintu dan menarikku masuk. Namun, saat aku menoleh ke arahnya ....
"Sialan! Tidak ada air di kolam renang!" Semua siswa yang mengikuti kami terlihat kebingungan. Aku melihat orang yang berdiri di pintu dan berteriak dengan keras.
"Nyalakan kerannya! Cepat!"
Orang itu panik dan langsung gemetaran. Saat ini, tubuhnya sudah penuh darah saat membuka keran. Saat mereka melihatku, mereka mematung di tempat
Ternyata, orang itu adalah Jena.
6
Sebelum aku bisa bereaksi, semua orang mendorongku untuk melompat ke dalam kolam renang. Mereka semua berdesakan di saluran air dan berusaha untuk membasahi tubuh mereka.
"Jangan menghalangi saluran air! Mereka akan segera datang!"
Fendi berteriak dengan keras dan suaranya menjadi serak. Namun, semua orang sudah kehilangan akal dan mereka berebut menghalangi saluran air.
Jena menendang anak-anak lain dan mengambil belati yang entah dia dapatkan dari mana. Kemudian, dia melambai-lambaikan belati itu ke depan dengan penuh semangat.
"Jangan mendorongku!"
"Siapa pun yang mendorongku, akan aku bunuh dengan belati ini!"
Semua orang menatapnya dengan wajah pucat.
Tiba-tiba, saluran air yang ada di belakangnya mengalirkan air berwarna hitam pekat.
Perlahan-lahan, sebuah kepala dari makhluk yang aneh muncul di sana.
Kepala makhluk itu mirip seperti kepala belalang sentadu. Tubuhnya lebih kecil dari kepalanya dan saat ini makhluk itu merayap keluar.
7
Belalang sentadu itu memiliki panjang sekitar satu meter. Tubuhnya sangat lunak dan dari kejauhan terlihat seperti rumput laut yang memiliki mata. Saat ini, tubuhnya mengambang di air.
"Makhluk itu tidak takut air! Cepat lari!"
Air di kolam itu sudah mulai tinggi dan Jena terpeleset hingga jatuh saat berusaha untuk melarikan diri.
Dalam sekejap, tubuhnya langsung dililit oleh belalang sentadu berbadan lunak itu.
Di kehidupan sebelumnya, tubuhku digerogoti sampai tinggal tulang-tulangnya saja dan dia hanya menutupiku dengan sehelai pakaian saat melarikan diri.
Saat melihat Jena akan diseret ke dalam lubang saluran air, aku menerobos kerumunan dan bergegas mendekat. Kemudian, aku menggenggam tubuh belalang sentadu itu dengan tangan kananku.
Makhluk itu meronta dengan keras dan aku sadar bahwa aku sudah menggenggam matanya. Saat ini, jari-jariku mencungkil bola mata belalang itu. Namun, makhluk itu menggeliat dan berusaha dengan keras untuk menggigitku.