Aku jatuh pingsan selama latihan militer dan ditertawai, kemudian jiwa seorang pria masuk ke dalam tubuhku.
Dalam latihan menembak, dia memanipulasi tubuhku untuk mendapatkan empat skor tinggi.
Pelatih pun terkejut.
Teman-teman sekelasku saling memandang satu sama lain.
Pelatihan militer ini kini berubah menjadi bidang yang aku kuasai.
Jika permainanku buruk, dia langsung menguasai tubuhku.
Kemudian, ketika teman sekelasku melihat aku berlari sambil memegang senter pada malam hari di taman, mereka hanya menghela napas.
"Mulai sekarang, tidak perlu ada obor di taman, kamu akan menjadi satu-satunya lampu penerangan di sini."
1
Aku terbangun di ruang UKS, pikiranku terasa kacau.
Dokter sekolah mengatakan aku terkena sengatan panas.
Aku menutupi kepalaku dan berkata, "Aku mendengar suara seorang pria di kepalaku, dia bertanya di mana aku dan siapa aku."
Dokter sekolah dengan cepat memberiku pemeriksaan menyeluruh di tubuhku lagi.
Setelah memastikan tidak ada masalah, dia ragu-ragu untuk berbicara dan akhirnya bertanya.
"Apakah kamu memiliki gejala ini sebelumnya, atau baru mengalami kejadian ini sekarang?"
2
Agar tidak dikirim ke rumah sakit jiwa, aku segera berpura-pura baik-baik saja.
Tapi suara di kepalaku belum hilang.
Aku menyadari bahwa selama aku tidur atau performa latihanku buruk.
Dia bisa memanipulasi tubuhku.
Aku mengetahuinya dari obrolan yang kami lakukan setiap hari bersamanya.
Oh, jadi pria yang bersuara di kepalaku berusia di bawah 25 tahun saat dia meninggal.
3
Pelatihan militer ini akan berlangsung selama satu bulan.
Kami harus bangun pukul 6 pagi dan semua lampu sudah harus dimatikan pada pukul 10 malam.
Kecuali saat istirahat, makan malam dan makan siang, sepanjang hari kami akan berada di tempat latihan.
Setiap kali performaku buruk, selalu ada suara di kepalaku yang mengatakan :
"Tahan sedikit lebih lama."
Lalu aku langsung menyerah.
Dia mengambil alih kendali tubuhku dan berlari melintasi taman seperti ayam gila.
Mereka semua mengira aku sudah gila.
Aku juga berpikir kalau aku sudah gila.
4
Pada hari pertama pelatihan yang cukup intens, aku kelelahan dan pingsan.
Ketika aku masih setengah telanjang, aku ingat, "Sementara aku berganti pakaian... apa kamu melihat tubuhku?"
Dia terdiam.
Sudah dua hari sejak dia memasuki pikiranku.
Aku sedikit meringis. "Kalau begitu, bisakah kamu menutup mata?"
Dia berkata, "Yah, aku tidak akan melihatnya."
Aku berkata, "Lalu bagaimana saat aku menyeka tubuhku?"
"Yah, aku berpura-pura tidak merasakannya," katanya.
Ahhh!
Aku sudah tidak suci lagi!
5
Di hari ketiga pelatihan militer, pelatih membawa kami untuk berlatih menembak sasaran.
Aku hampir terjatuh begitu mengambil senapan.
Senapan ini terlalu berat.
Bocah berambut pendek berwajah persegi di sebelahku mencibir, "Kamu masih ingin menembak dengan tubuh sekecil itu?"
Aku merasa jengkel. "Jika kamu saja bisa, mengapa aku tidak bisa?"
Anak laki-laki itu berkata, "Aku bisa menembak empat puluh lingkaran, kalau kamu?"
Teman sekamar aku yang bernama Zachary diam-diam berkata kepada aku, "Dia adalah penggemar senjata api. Biasanya, keluarganya sering membawanya ke lapangan tembak untuk berlatih. Menurut rumor yang beredar, dia dijuluki sebagai penembak jitu."
Dalam benakku, pria itu berkata, "Apa yang kamu takutkan? Ketika aku berada di medan perang, kakekmu bahkan belum lahir."
Anak berambut pendek itu memegang senapan. "Dor! Dor! Dor!" Dia langsung menembakkan lima tembakan berturut-turut.
Skor segera dilaporkan dari sisi sasaram. "Enam lingkaran, delapan lingkaran, sembilan lingkaran, sembilan lingkaran, delapan lingkaran, lima tembakan dengan total empat puluh lingkaran!"
Bocah itu berjalan dengan senapan di satu tangan seolah-olah sedang pamer. "Bagaimana? Bisakah kamu melakukannya, dasar ayam kecil yang lemah."
Ada suara berbisik-bisik dan kekaguman dari orang-orang di sekitar.
Pria dalam kepalaku berkata, "Jangan takut."
Aku mencoba membidik seperti yang dia katakan, dan menembak dari sudut yang dia arahkan.
Kokang besar senapan itu menyebabkan rasa sakit di bahuku, aku sedikit tersentak, dan tangan dan kakiku dingin karena sangat tegang.
Aku berhenti sejenak dan tidak berani melepaskan tembakan kedua, tetapi hasilnya mengatakan, "Tembakan pertama meleset dari sasaran."
6
Aku baru hendak meletakkan senapan itu dan melempar handukku.
Aku bisa merasakan sesosok bayangan berdiri di belakangku, lengannya yang kuat memelukku.
Suaranya bergema lembut di telingaku saat dia berkata.
"Ke mana pun senapan itu mengarah, tembakanmu tidak akan meleset."
Dalam sekejap, tubuhku dipenuhi dengan kekuatan dan rasa aman, aku kini penuh percaya diri!
"Dor! Dor! Dor! Dor!" Empat tembakan dilepaskan berturut-turut, kokang ditransmisikan ke posisi semula setelah semuanya selesai, dan bahu kananku rasanya mati rasa.
Aku mendengar suara-suara di kejauhan.
Empat … Empat tembakan semuanya mengenai 10 lingkaran!
Pelatih William terkejut.
Para pelatih pergi ke tempat sasaran dan memeriksanya lagi, dan hasilnya memang akurat.
Aku kembali membawa kemenangan besar, dan aku dapat satu atau dua makanan tambahan pada malam harinya.
7
Aku disambut dengan meriah di kafetaria.
Aku tidak ingin membicarakan keberhasilanku pada awalnya, tetapi mereka semua memanggilku dengan julukan 'Dewa Senapan'.
Ke mana pun aku pergi, ada kekaguman dan pujian.
Dan pria di dalam kepaku tertawa.
Dia bisa merasakan emosiku.
Aku jadi banyak bicara dan sedikit sombong.
Lalu tengah malam aku diajak latihan menembak.
Tanpa peluru asli, dia mengajari aku cara memegang senjata.
Sikap menembak itu penting, dengan kaki selebar bahu, badan tegap, dan punggung condong ke depan.
Hanya dengan berdiri di sana dengan memegang senjata di tanganku, seluruh tubuh aku sudah gemetar.
Aku sudah ingin menyerah.
Akan tetapi, pria di dalam kepalaku berkata, "Tunggu."
Dia berkata, "Apa yang telah kamu pelajari adalah milikmu, dan kamu tidak boleh melupakan apa pun."
Aku berdiri di taman yang remang-remang sambil memegang senjata dan berlatih, dan seberkas cahaya tiba-tiba menyapu pandanganku.
Itu adalah Pelatih William yang sedang berpatroli.
8
Aku kembali jadi siswa populer lagi.
Aku tidak hanya mendapat banyak pujian dari para pelatih, tetapi aku juga mendapat kesempatan untuk berlatih dengan tambahan lima peluru asli setiap hari.
Pelatih William juga secara khusus menyewa tempat latihan menembak untuk aku gunakan di malam hari.
Aku mengajak pria di dalam kepalaku untuk bermain game.
Jika dia terlahir beberapa dekade kemudian, dia pasti akan menjadi pecandu internet.
Padahal, dia sudah memenangkan dua dari tiga permainan game.
Aku menepuk dadaku dan berkata kepadanya, "Ketika aku sudah menyelesaikan pelatihan militerku, aku akan mengajak kamu bermain di komputer, kualitas gambarnya akan lebih jelas!"
Dia berkata, "Baiklah!"
Kami akhirnya bergadang sambil bermain game selama dua malam berturut-turut.
Lingkaran hitam di mataku jadi sedikit menghitam.
Demi menjaga kesehatan tubuhku, dia akhirnya berhenti bermain game di malam hari.
9
Artinya, waktu latihan tengah malam akan diperpanjang lagi.
Setelah berlatih selama dua hari, anak laki-laki berambut pendek yang mengajak aku adu senjata tempo hari juga datang.
Nama anak laki-laki itu adalah Jody.
Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya dengan tatapan heran. "Kamu juga di sini?"
Jody akhirnya menundukkan kepalanya kepadaku. "Tolong ajari aku cara menembak!"
"Huh?"
Huh?
Aku tercengang, sama seperti pria yang ada di kepalaku.
Sejak saat itu, saat latihan menembak lagi di malam hari, Jody juga ikut berlatih bersama.
Jody bertanya kepadaku bagaimana aku bisa mencapai 10 lingkaran.
Aku menyerahkan kendali atas tubuhku kepada pria dalam kepalaku.
Aku langsung menjadi tinggi dan tegap, dengan postur yang tampak kuat dan meyakinkan.
Pria itu berkata, "Aku akan mengajari Jody, jadi kamu juga harus belajar dengan giat."
Posturnya tampan, dia memegang pistol, membidik, dan menembak sekaligus.
Ketika aku melihat pria itu pertama kali, aku pikir dia tampan. "Persis seperti bayanganku!"
Dia langsung meluruskan postur Jody dengan tangannya, Jody sedikit pemalu tetapi dia tidak berani melawan.
Pada akhirnya, Jody bersikeras mengundang aku ke sebuah kedai makanan dan berkata, "Zachary bilang kamu suka makan makanan ringan, anggaplah ini sebagai imbalan karena telah mengajariku."
10
Sesi latihan tambahan di malam hari telah berakhir, dan aku tidak bisa mengendalikan tubuhku.
Malam hari adalah miliknya.
Dia dapat menggunakan ponselku untuk mempelajari lebih lanjut tentang dunia ini.
Pelatihan militer berlangsung selama satu bulan, dan sekolah sangat mementingkan pelatihan ini.
Tidak hanya latihan fisik.
Kami juga harus belajar sejarah militer.
Aku duduk di kelas dan membuka buku pelajaran.
Yah, seperti apa perang itu?
Menurutku perang hanya ada di buku sejarah dan game.
Dia balik bertanya, "Seperti apa kedamaian itu?"
Aku menggaruk kepalaku, tidak tahu bagaimana menggambarkannya.
Aku mendongak dan mendengarkan burung pipit berkicau di luar jendela bersamanya, menyaksikan angsa liar terbang lewat, dan mencium aroma bunga Osmanthus.
Para siswa saling mengejar dan berkelahi di dalam kelas.
"Kedamaian itu mungkin seperti ini."
"Bagus sekali."