"Ibu, kamu adalah orang yang melintas ke sini dari dunia lain, 'kan?"
Tidak salah, anak mungil di depanku ini adalah putriku.
Tapi di kehidupan sebelumnya, dia adalah wanita yang merebut suamiku ...
Aku terlahir kembali.
Menjadi ibu dari pesaing cinta itu.
Tuhan ingin bermain-main denganku.
Sekali tidak cukup.
Ketika aku perlahan-lahan bangun dan melihat sepasang mata besar yang penuh ketakutan, serta wajah bulat yang terasa akrab di depanku, aku sudah tahu semuanya.
Rasa pusing dan mual setelah mabuk membuatku sulit menghadapi situasi yang aneh ini, sebelum aku tertidur lagi, aku terdengar suara yang gemetar berkata,
"Ibu, bisakah kamu jangan tidur lagi ..."
1
Aku melintas ke dunia lain.
Bahkan sebagai ibunya Ariel.
Wanita yang dibenci Ariel selamanya.
Aku jelas-jelas sudah meninggal. Pada usia 60 tahun, kanker merenggut nyawaku.
Namun sekarang aku hidup kembali.
"Ibu." Tatapannya penuh ketakutan, juga ada sedikit harapan, "Hari ini aku bisa makan siang bersama ayah, 'kan?"
Aku ragu sejenak, lalu mengangguk.
Jika aku tidak secara sengaja mengetahui hubungan orang tuanya, aku tidak pernah berpikir bahwa dia adalah seorang anak di luar nikah, sementara ibunya hanya salah satu dari banyak selingkuhan ayahnya.
Tidak disangka pertama kali aku bertemu dengan ayahnya dengan status ibunya, bisa dibilang selingkuh ayahnya.
Pria itu mengembuskan asap rokok.
"Kali ini, kamu datang untuk apa?"
Dalam hatiku merasa bingung, tapi tetap menjawab dengan tenang.
"Ariel ingin makan bersamamu."
"Ayah, aku ingin makan di Restoran Lulu yang dibuka di Jalan Amar. Aku suka telur goreng di sana, ibu suka kuenya."
Wajah pria itu akhirnya menunjukkan senyuman dan nada bicaranya juga menjadi lebih lembut.
"Apa Ariel tahu apa yang disukai ayah?"
"Ayah suka steak, ibu yang memberi tahu Ariel." Setelah berkata begitu, Ariel melihatku dengan sikap menyanjung. "Benarkan, Ibu?"
Pria itu merasa sangat senang.
"Ayah, setelah makan, bolehkah kita pergi ke mal?" Ariel terus berkata.
"Tentu, apa yang kamu inginkan, ayah akan membelikannya untukmu." Pria itu dengan cepat menyetujuinya.
"Aku ingin ayah membelikan ibu tas!" Ariel berkata dengan lantang.
Suasana yang tadi ceria seketika menjadi dingin, tangan Ariel yang masih terangkat di atas kepalanya pun terdiam di udara.
Pria itu tertawa dengan dingin.
"Hanya itu tujuannya?"
"Ambillah, ada 400 juta di kartu ini. Cukup untuk membeli tas untukmu."
"Restorannya sudah dipesan, kamu antar dia sendiri. Aku sangat sibuk dan tidak bisa ikut." Pria itu berkata dengan sinis.
"Henry! Aku menggunakan uang 400 juta ini untuk membeli waktu satu jammu, lalu pergi menemaninya makan!"
Pria itu tidak menyangka kalau aku akan berkata seperti ini. Setelah tercengang sejenak, dia bertanya balik.
"Kalau aku tidak mau pergi?"
"Maka aku akan mencari ayah baru yang bisa menemaninya makan!"
2
Di Restoran Lulu.
Dia mengambil satu kue dengan kaku, lalu menggigitnya dengan senyum kaku.
Aku tidak mengerti apa maksudnya, baru saja mau menanyakan, tanpa diduga ...
"Ibu, maafkan aku. Tolong jangan pukul aku."
Aku mengambil tisu dari meja untuk membersihkan wajahnya, lalu berkata dengan lembut.
"Maaf ya, hari ini aku yang tidak baik, membuatmu tidak bisa makan siang dengan ayah."
Baru saja, setelah aku melempar kartu ke tubuhnya, Henry tetap menolak makan bersama dengan Ariel. Dia bahkan mengatakan bahwa jika uangnya tidak cukup, dia bisa menambahkan 200 juta lagi ke kartu tersebut.
Aku yang marah langsung mengambil gelas di atas meja, kemudian menyiram ke wajahnya sembari memarahinya.
"Anak itu sudah tercium asap rokok hingga batuk-batuk, apakah kamu buta atau tuli?!"
Setelah melampiaskan kemarahan pada pria menjijikkan itu, aku segera memeluk Ariel dan meninggalkan kantor.
Aku ingat pada kehidupan sebelumnya aku hidup sampai usia enam puluh tahun. Meski saat muda sedikit terpukul akan Ariel si perusak hubunganku, tapi sisa hidupku berjalan dengan biasa dan tenang.
Tapi siapa sangka, setelah kembali ke dunia ini, aku harus menjalani kehidupan yang penuh dengan kesulitan seperti ini!
Saat taksi hampir sampai di depan rumah, Ariel yang kecil sudah tidur bersandar di tubuhku.
Aku menundukkan kepala dan melihatnya, ternyata bulu matanya sangat panjang dan lentik sejak kecil, warna rambutnya agak coklat dan sedikit ikal. Tapi untuk memenuhi selera Hendra, dia meluruskan dan mewarnai rambutnya menjadi hitam. Hal ini membuatku hampir lupa seperti apa warna rambut aslinya.
Hendra ...
Dia telah meninggalkanku lebih dari sepuluh tahun.
Saat memeluk Ariel pulang ke rumah, begitu masuk pintu, seorang bibi keluar dengan panik.
"Nona Susi, tadi Pak Henry menelepon dan mengatakan bahwa ... kamu harus pindah dari rumah ini dalam waktu tiga hari."
3
"Jangan mendekat!"
Seorang wanita berdiri di tepi atap dengan gaun putih, rambut panjangnya yang terbang di belakang menutupi wajahnya sehingga tidak terlihat dengan jelas.
Aku teringat, hari ini adalah hari pernikahanku dan Hendra. Ketika kami saling bertukar cincin, seseorang masuk sambil berteriak bahwa Ariel naik ke lantai tertinggi hotel terbesar di kota ini, dia mengatakan kalau Hendra tidak pergi menjemputnya, dia akan melompat dari sana, anggap sebagai hadiah pernikahan yang dia berikan untukku.
"Turunlah, kita bisa bicara dengan baik-baik," kata Hendra dengan tenang daripada sebelumnya.
"Maka janji padaku, tinggalkan dia dan nikahlah denganku!" teriak Ariel dengan ekspresi dingin, bahkan menatapku dengan tatapan benci.
"Aku tidak bisa menikahimu."
Ariel terkejut dengan mata yang terbuka lebar.
"Baik, baik, baik!" Ariel tertawa keras, tiba-tiba memandangku dengan marah, "Kamu sudah menang!"
Setelah berkata itu, sebelum semua orang bereaksi, dia menggoyangkan kedua lengannya dan melompat ke bawah.
"Jangan!"
Aku terbangun dari mimpi, lalu duduk di atas tempat tidur untuk waktu yang lama, baru aku merespons. Aku bermimpi lagi.
Tidak boleh seperti itu!
Di kehidupan sebelumnya, aku sangat sengsara, jadi aku tidak ingin ada hubungan lagi dengannya!
4
Bagaimanapun juga, hal yang paling penting sekarang adalah tetap hidup.
Saat bibi tiba, aku sudah mengemas setumpuk barang. Ketika aku sedang bilang pada kepada bibi bahwa aku akan pergi sebentar, Ariel keluar dari kamar. Dia melihatku membawa begitu banyak barang, dia tampak terkejut sejenak dan bertanya dengan suara pelan.
"Ibu, kamu mau ke mana?"
"Aku pergi sebentar, kamu harus patuh di rumah. Di dalam kulkas masih ada satu bungkus kue, minta bibi untuk membantu menghangatkannya."
Setelah mengatakan itu, aku melambaikan tangan padanya dan keluar dari rumah. Juga terdengar suara kecil dari dalam.
"Sampai jumpa, ibu."
Di kota, Jalan Amar dianggap sebagai tempat yang hanya dikunjungi oleh orang-orang kaya. Lokasinya sangat strategis dan banyak toko-toko mewah dibuka di sini. Di tempat-tempat seperti itu, kalau dicari dengan baik, pasti ada toko-toko yang menerima barang-barang mewah bekas.
Aku melemparkan semua tas di tanganku ke atas meja, total ada 13 tas.
Lalu, aku yang mendapatkan banyak uang langsung pergi ke bank.
"Nona Susi, di mana kamu? Ariel, dia demam tinggi."
Ketika aku tiba di rumah sakit, Ariel sudah tertidur di tempat tidur, untunglah rumah sakit anak ini dekat dengan rumah dan bibiku mengatakan bahwa Ariel selalu berobat di rumah sakit ini. Jadi riwayat kondisi penyakitnya ada di sini, juga kenal beberapa suster dan dokter di sini.
"Dokter, kenapa anakku tiba-tiba demam? Tadi pagi, dia baik-baik saja," tanyaku tanpa basa-basi.
"Anak itu panas dalam, yang menyebabkan demam tinggi secara tiba-tiba karena sistem kekebalan tubuh yang menurun. Dapatkah Nona Susi mengingat apa yang membuatnya tidak nyaman?"