Aku adalah anak seorang polisi.
Namun, aku dibesarkan oleh seorang penjahat.
Ayahku adalah orang yang sangat ahli dalam mengejar para penjahat.
Namun, aku terlahir sebagai orang jahat yang sudah membunuh banyak orang.
Aku adalah seorang pembunuh bayaran yang tidak terlihat seperti pembunuh.
1
Di siang hari, aku adalah pemilik sebuah kafe.
Di malam hari, aku adalah seorang pembunuh kejam yang menerima pesanan secara daring.
Omong-omong, kafeku tepat di seberang kantor polisi.
"Yohana, akhir-akhir ini situasinya tidak aman. Sebaiknya kamu tutup kafemu lebih awal."
Ketika aku meletakkan segelas kopi di atas meja, aku mendengar peringatan dari Pak Simon yang merupakan seorang polisi.
Kemudian, dia berkata dengan suara lirih, "Semalam, ada pembunuhan kejam lagi. Satu keluarga yang terdiri dari tiga orang sudah dibantai habis-habisan."
Mataku membelalak dan menutup mulut dengan penuh keterkejutan.
Tak lama setelah Pak Simon pergi, kasus ini menjadi topik hangat di kota.
Foto-foto dari tempat kejadian perkara yang terlihat sangat mengerikan bocor ke publik.
Semua korban ditelanjangi dan digantung di langit-langit.
Di bawah komentar-komentar yang muncul, segera terungkap bahwa keluarga beranggotakan tiga orang itu sudah pernah membunuh seseorang setahun yang lalu.
Anak dari keluarga tersebut pernah melepas baju renang seorang wanita secara paksa. Kemudian, alih-alih meminta maaf, seluruh keluarga itu malah membuat masalah dan mengganggu wanita yang dilecehkan tersebut.
Sang Ibu memimpin kerabat-kerabatnya untuk menyerang wanita itu secara fisik. Sementara sang Ayah membawa preman-preman untuk mengacaukan tempat kerja wanita tersebut.
Akhirnya, meskipun mereka yang menyebabkan pelecehan itu, wanita yang dilecehkan terjebak di jalan buntu dan terdorong untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Ada banyak orang yang bertepuk tangan dan bahkan percaya bahwa aku sudah membalaskan dendam wanita itu.
Namun, aku hanya memuaskan hasratku untuk membunuh.
Sejak kecil, aku memang memiliki kepribadian antisosial.
2
Ketika malam tiba, aku kembali menerima banyak permintaan pesanan.
Aku melihat-lihatnya sejenak.
Ada pesanan yang memintaku membantu membunuh orang yang selingkuh.
Ada juga pesanan yang memintaku untuk membunuh musuh.
Kemudian, ada juga yang menawarkan harga mahal, tetapi tidak menyebutkan alasannya.
Padahal, aturanku dalam bisnis ini sangat sederhana. Jika mereka bersedia mengungkapkan alasan di balik pesanan pembunuhan ini, selain kemungkinan pesanan itu akan aku terima, klien yang memesan juga akan menerima diskon tambahan.
Bagi mereka yang tidak mau mengungkapkan alasannya, mereka hanya akan menarik perhatianku saja dengan tawaran mereka.
Pesanan yang aku terima hari ini sangat menarik. Mertua ingin membunuh mantan menantu mereka.
Berdasarkan deskripsi yang diberikan, putri mereka yang sedang hamil meninggal beberapa bulan yang lalu dalam kebakaran rumah.
Setelah beberapa penyelidikan, mereka menemukan fakta yang cukup mencengangkan. Setelah kematian putri mereka, mantan menantu mereka tidak hanya menerima kompensasi yang besar dari properti tersebut. Namun, dia juga mendapatkan dana asuransi yang besar dari perusahaan asuransi.
Hal ini membuat mereka curiga bahwa kebakaran itu bukan sebuah kecelakaan.
Saat itu juga, aku langsung menerima pesanan itu.
Dia harus mati!
Kebetulan, hari itu adalah hari peringatan kematian mantan istrinya. Jadi, pria itu pergi ke makam sendirian untuk berziarah.
Aku pergi pagi buta selama beberapa hari dengan alasan untuk belanja bahan-bahan persediaan kafe.
3
Ketika aku sedang menarik barang bawaanku, aku berpapasan dengan Pak Simon yang datang untuk membeli kopi.
"Yohana, apa kamu pergi berlibur?"
"Ya, aku pergi untuk membeli beberapa barang persediaan kafe dan menghabiskan satu minggu di sana."
Aku melihat tas yang dibawanya dan menahan senyumku.
Dengan wajah pura-pura khawatir, aku mengerutkan kening dan bertanya, "Kenapa kamu beli kopi banyak sekali? Apa ada kasus besar?"
Pak Simon tidak pernah curiga padaku.
Dia menghela napas dan berkata, "Ya. Yohana, kamu tidak tahu kasus ini karena kamu pergi. Seminggu yang lalu, seorang pria ditemukan terbakar sampai mati di belakang pemakaman."
Kemudian, aku bertanya dengan tenang, "Apa ada yang istimewa dari kasus itu? Aku sering dengar kalian semua membicarakan tentang banyak kasus. Tapi, kasus ini sepertinya tidak terlalu istimewa."
Pak Simon menganggukkan kepalanya dan berbisik,
"Yohana, aku akan memberitahumu satu rahasia. Tapi, tolong jangan bocorkan rahasia ini kepada siapa pun. Berdasarkan hasil penyelidikan kami, kasus ini dan kasus pembunuhan berantai sebelumnya sepertinya dilakukan oleh pembunuh yang sama."
4
"Yohana, kita sudah saling mengenal satu sama lain dengan baik. Berhenti memanggilku Pak Simon terus-menerus. Panggil saja aku Simon, kamu bisa memanggilku menggunakan namaku saja."
Aku mengangguk setuju dan memanggil Simon dengan nama depannya saja.
Mungkinkah dia menyukaiku?
Menggelikan! Aku sangat ingin membunuhnya.
Bagaimana kalau aku menggunakan nyawa Simon sebagai taruhan dalam pertandingan terakhir melawan Pak Thomas?
Aku duduk di belakang bar dan bermain dengan komputerku untuk memilih pesanan baru.
Sesekali, beberapa polisi akan datang ke arahku untuk membayar. Rasanya sangat menegangkan.
Mereka sebenarnya bisa melihat bukti kejahatanku hanya dengan menjulurkan kepala mereka.
Kemudian, terdengar suara gemerincing dari lonceng yang tergantung di pintu.
"Maaf, kami ... Pak Thomas?"
Kata-kata menolak pelanggan hampir terucap dari mulutku, tetapi aku langsung menelannya kembali.
Dia adalah pengecualian.
5
Dari mulut Simon, aku mengetahui bahwa Pak Thomas memiliki seorang putra yang menghilang saat berusia sembilan tahun. Sejak saat itu, anak tersebut tidak diketahui nasibnya sampai sekarang.
Saat aku tidur di malam hari, aku bermimpi tentang adegan-adegan dari masa kecilku.
Seorang anak laki-laki membelai kepalaku dan berkata, "Terima kasih sudah menemukan tempat yang menyenangkan seperti ini. Kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai anak haram lagi."
Aku tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi dalam mimpi itu. Semuanya terasa sangat samar. Aku hanya ingat bahwa ketika aku akan pergi, anak-anak lain tidak memperhatikan. Kemudian, aku memperhatikan sosok anak laki-laki yang terhuyung-huyung itu dengan tatapan yang dingin.
Ekspresi kepanikan dan keputusasaan di matanya, serta rasa kegembiraan dan kepuasan yang membanjiri diriku setelah melihat mimpi itu masih segar dalam benakku. Itu hanya sebuah mimpi.
Namun, bagiku mimpi tersebut seperti sebuah kotak Pandora yang baru saja terbuka.
Kejadian itu membuatku secara tidak sengaja mengingat masa laluku.
Dulu, aku adalah anak Thomas.
Thomas seperti anjing pemburu yang terlahir dengan kemampuan untuk mencium kejahatan.
Dia membawaku ke psikiater. Karena aku masih sangat muda, penyamaranku tidak berhasil.