ebuah kejadian tak terduga, aku dan diriku saat SMA berbagi satu tubuh yang sama.
Waktu itu aku adalah korban kekerasan di sekolah, seorang yang pengecut dan lemah.
Tapi sekarang aku adalah raja yang kebal terhadap segalanya.
Kembali ke masa SMA, aku berdebat dengan orang munafik, bermain siasat dengan orang-orang licik, dan menghukum para penjilat.
1
Begitu aku melangkah masuk ke ruangan kelas, seketika terdengar suara perbincangan yang berisik di sekelilingku.
Sementara teman sebangkuku, Garry, begitu melihatku berjalan ke arahnya, ia langsung menunjukkan ekspresi cemas, seolah-olah aku adalah sesuatu yang kotor dan menjijikkan.
Ada tiga kategori orang di kelas ini, yang pertama adalah anggota komite kelas yang suka menyanjung guru, yang kedua adalah pengikut anggota komite kelas, dan yang ketiga adalah siswa biasa.
Dan Garry, termasuk dalam kategori kedua - dia menganggap kata-kata dari anggota komite kelas adalah panutan.
Jadi dia sesekali akan mengekspresikan kebenciannya padaku untuk mendapatkan pengakuan dari mereka.
Dulu mereka juga seperti ini, pada saat itu aku tidak mengerti dan hanya bisa menangis sambil berbaring di meja dalam keadaan lemah.
Jadi dia mencari alasan untuk mengeluhkan sikap anehku kepada wali kelas, dan meminta untuk pindah tempat duduk.
Guru setuju dengan permintaannya.
Sejak saat itu, dia menyebarkan cerita bahwa wali kelas memiliki prasangka buruk padaku, sehingga mereka semakin membully-ku.
Mengingat kejadian itu, melihat tatapan puas dalam matanya, aku merasa sangat jengkel.
Tiba-tiba, aku mengubah ekspresiku, kututup mulut dan hidungku, lalu berbalik dan bertanya kepada gadis yang tertawa di belakangku. "Kamu mencium bau?"
Suaraku tidak kuat, tetapi cukup kuat untuk didengar oleh seluruh kelas.
"Ada bau aneh ... begitu duduk aku sudah menciumnya, sepertinya ... bau badan!"
Aku menoleh ke Garry dengan ekspresi terkejut.
"Apakah ... kamu? Tidak heran kamu berusaha menjauhiku, kau takut aku mencium bau badanmu?"
Seketika semua orang menatapnya dengan pandangan aneh, padahal baru saja mereka tertawa di belakangku.
Garry sangat marah, ia langsung berdiri dan berlari ke kantor guru.
Duh, pasti mau minta ganti tempat duduk lagi.
Ternyata benar, beberapa menit kemudian ia kembali ke kelas dengan wali kelas yang tampak tidak senang.
Wali kelas dengan wajah kesal, mengomel pada siswa-siswi, intinya agar tidak mengganggu mereka dengan segala macam masalah kecil.
Jika dalam situasi yang sama, aku yang berusia 16 tahun akan merasa bingung, akan menjadi lebih sensitif dan penakut.
Tapi sekarang, di dalam tubuh ini ada diriku yang berusia 25 tahun, adegan yang mereka harapkan tidak akan terulang lagi.
2
Setengah jam yang lalu, aku sedang bermain game detektif bersama teman-teman di toko skrip misteri pembunuhan tahun 2022 yang sangat populer baru-baru ini.
Sebelum memulai permainan, setiap pemain harus mengobrol secara pribadi dengan pemandu di ruang gelap.
Meskipun aku heran, mengapa perlu ada tahapan seperti ini untuk permainan yang bukan horor? Tetapi aku tetap masuk dengan patuh ke ruangan gelap misterius itu.
Pemandu mengenakan jubah hitam dengan penutup kepala, wajahnya tertutup bayangan dan sulit dilihat.
"Apa penyesalan dalam hidup yang ingin kamu ubah seandainya bisa kembali ke masa lalu?" tanyanya dengan suara rendah sambil memainkan lilin.
Penyesalan?
Dia kembali membuka mulut.
"Pastikan hal yang membuatmu benar-benar menyesal, yang hanya bisa diubah jika kamu kembali ke masa lalu." Dia berkata.
"Pikirkan dengan baik, kamu hanya punya satu kesempatan."
"Kalau bisa kembali, mungkin saat SMA kelas 1 ...," kataku sebelum tiba-tiba kesadaranku hilang.
Ketika aku terbangun, yang aku dengar adalah suara bel yang tajam dan menggema.
Melihat pemandangan di depan mata, papan tulis yang usang, meja dan kursi yang mengelupas...
"Diva, mau pergi isi air?" Suara yang jernih menarik kembali pikiranku.
Aku menoleh ke belakang dan melihat kelas kosong, hanya Faustina yang duduk sambil memegang gelas air, dan menatapku.
Jika tidak salah ingat, aku sudah lulus kuliah bertahun-tahun yang lalu ....
"Merasa linglung setelah tidur siang?" Faustina mendesak karena aku tidak merespon.
Tidur siang?
Ya, di SMA, hanya aku dan Faustina yang tidak tinggal di asrama.
Jadi saat tidur siang, siswa lain kembali ke asrama, sementara kami berdua tidur siang di kelas.
Aku memegang gelas air di atas meja dalam keadaan linglung, kemudian bangkit dan mengikuti Faustina keluar dari ruangan.
Begitu keluar kelas, udara terasa semakin panas.
Lapangan mulai dipenuhi siswa, kampus yang hening mulai berisik.
Aku mengangkat wajah dan mengetuk matahari yang menyilaukan, meski terasa konyol, tapi memang benar aku telah kembali ke masa lalu.
Kembali ke tahun pertama SMA.
Ini adalah tahun pertama bisnis keluargaku bangkrut.
Dan juga tahun pertama aku mengalami kekerasan di sekolah.
3
Situasi ini dimulai sejak kapan, ya?
Mungkin sekitar sebulan setelah masuk sekolah, aku bergaul cukup baik dengan mereka pada saat pertama kali berkenalan dengan mereka..
Namun setelah itu, berita tentang hutang keluargaku tersebar.
Mereka mengatakan bahwa keluargaku tidak bisa tinggal di kota lagi, makanya datang ke kota kecil ini.
Maka mereka mulai meremehkan dan perlahan menjauhiku.
Memang, apa yang mereka katakan tidak salah.
Untuk melunasi hutang, orang tuaku menjual semua rumah di kota dan membawaku kembali ke rumah nenek di kota kecil ini.
Di lingkungan yang asing ini, aku juga pernah merasakan kehangatan semua orang, sebelum mereka tahu rahasiaku.
Di kelas ini, tidak peduli dengan siapa aku mengobrol, anggota-anggota komite kelas akan ikut masuk dalam obrolan, lalu menceritakan kisahku kepada orang tersebut, membuatnya menjauhku.
Sedangkan Faustina, adalah seseorang yang tidak akrab dengan siapa pun.
Hubungan kami paling banyak adalah mengobrol saat istirahat siang atau pulang sekolah bersama di malam hari.
Tapi karena dia tidak akrab dengan siapa pun, tidak ada yang berhasil menjauhkannya dariku.
Namun, sekarang aku sangat berterima kasih padanya - satu-satunya orang yang mau berbicara denganku di hari-hari yang paling kesepian.
4
Sejak kejadian "bau badan" itu, Garry tidak pernah lagi menggangguku.
Aku merasa lega sekaligus pusing, bagaimana aku kembali ke masa lalu?
Di atas meja, tugas-tugas menumpuk, tetapi pikiranku penuh dengan "transmigrasi".
Saat merasa bingung, suara berisik yang berasal dari meja guru membuat pikiranku semakin bingung.
Selama jam belajar, anggota komite disiplin di podiium adalah Helen.
Saat ini, ia sedang memarahi seorang murid karena lantai kelas tidak dibersihkan dengan baik.
Aku melirik ke belakang, murid yang bertugas hari ini adalah seorang gadis dengan nilai yang tidak terlalu baik.
Tak heran dia tampak sangat arogan.
Sepertinya, siapa pun yang memiliki nilai lebih baik, mereka akan selalu merasa lebih benar.
Aku melihat gadis yang sedang menyapu itu, wajahnya memerah karena diomelin, dan ia terus menggerakkan sapu secara monoton.
Aku sering melihat hal-hal seperti ini sebelumnya, meskipun aku merasa tidak adil, aku mengerti bahwa kondisiku di kelas juga tidak seburuk itu.
Aku memutar bolpoin di tanganku, Helen masih terus mengomel.
"Aduh, menurutku yang paling berisik di lantai ini adalah komite disiplin kita," kataku sambil melihat buku latihan yang belum tersentuh.
Helen langsung diam, sepertinya dia tidak menduga aku akan membantahnya.
"Baik, aku berisik. Aku tidak pantas menjadi anggota komite disiplin ini, kamu yang menjadi penggantiku."
Sebenarnya, maksudku hanya ingin membantu gadis itu, tetapi dalam situasi ini, aku tiba-tiba sadar akan sesuatu.
Aku harus menemukan kesempatan untuk melawan.
Dengan cara ini, meskipun aku tidak tahu kapan aku akan kembali ke tahun 2022, mereka tidak akan melakukan hal yang terlalu keterlaluan padaku yang berusia 16 tahun.
Aku mengangguk sebagai tanda setuju.
"Boleh saja, tapi kamu harus menuliskan semua kesalahan yang kamu buat dengan jelas, dan bersama-sama denganku pergi ke tempat guru untuk menyampaikannya. Jangan sampai nanti mereka mengira aku yang memaksamu."
"Kalau kamu tidak bisa menulis, aku bisa mengajarimu, misalnya, membuat keributan saat jam belajar, menghina teman sekelas."
Sambil menghitung jari satu per satu untuknya.
Akhirnya, dia kembali ke tempat duduknya dan menangis tersedu-sedu. Orang-orang di sekitar mendekati dia untuk menghiburnya, tetapi tidak ada yang memarahiku.
Aku merasa senang di dalam hati, pandangan mataku tak sengaja melihat anak laki-laki di belakang Garry yang sedang melihat aku tersenyum.
Perasaan aneh muncul, aku meraba dahiku, berbalik dengan perasaan tidak enak, wajahku memanas tanpa bisa dikendalikan.
5
Dia adalah Oliver, idola sekolah yang dikejar-kejar selama tiga tahun oleh gadis cantik seperti ketua OSIS tetapi tidak berhasil, dan juga satu-satunya orang yang pernah membantuku.
Oliver sangat mirip dengan seorang aktor dalam grup idola zaman dulu, tampan dan berkarisma, sehingga dia dicintai oleh banyak gadis di sekolah.
Tentu saja, termasuk aku.
Siapa yang tidak suka pria tampan, terlebih aku dulu juga merupakan penggemar berat grup idola tersebut!
Saat menghadapi sebuah soal pilihan ganda, aku merasa bingung dan tidak bisa menemukan jawabannya.
"Soal ini jawabannya adalah C."
Suara yang familier terdengar dalam benakku.
Aku terperanjat dan tanpa sengaja dan menjatuhkan pulpenku.
Suara itu sangat mirip dengan suaraku sendiri, seperti saat aku berbicara dalam hati.
Suara itu tampaknya bisa merasakan perubahan emosionalku, dan dia melanjutkan dengan cemas, takut mengejutkan aku.
"Aku Diva, kamu seharusnya tahu."
"Aku bukan sengaja mengejutkanmu, tetapi guru akan membahas soal ini di kelas berikutnya ...."
Benar, suara yang terdengar muda ini adalah suaraku di masa SMA.
Keterkejutan sebelumnya tergantikan dengan kegembiraan saat ini.
Aku berusaha untuk mengendalikan tanganku yang gemetaran, mengambil pulpen dan menulis di atas kertas.
"Aku juga tidak bermaksud untuk berada di tubuh ini, jangan takut, meskipun aku tidak yakin kapan akan pergi, tapi waktunya pasti tidak akan terlalu lama."
"Diva, percayalah padaku, aku di sini untuk membantumu."
Diva di dalam tubuhku mulai tenang.
"Jangan khawatir."
Aku terus menulis, tetapi tulisan kali ini tidak terburu-buru seperti sebelumnya.
"Tidak ada orang yang lebih ingin aku lindungi selain dirimu."
Setiap kata diucapkan dengan sangat serius, ini adalah janji yang aku buat dari dalam jiwa untuknya.
Aku datang untuk mengubah keadaan Diva.
6
Akhirnya, aku mengerti bahwa aku berbagi satu tubuh dengan diriku ketika masih SMA.
Jika hanya aku sendiri yang mengubah situasinya, efeknya tidak akan terlalu mencolok.
Aku tidak yakin bahwa ketika aku pergi dan Diva kembali seperti semula, apakah mereka akan memperlakukannya dengan lebih buruk lagi.
Tapi sekarang aku bisa berkomunikasi dengan Diva, aku bisa mengubah perlahan bersama dengannya.
Aku bukan orang yang sabaran, baik itu dulu maupun sekarang.
Jadi, aku sangat bisa memahami bagaimana Diva menjadi frustasi ketika kecepatan tulisanku tidak mengimbangi apa yang dia katakan.
Dengan desakan terus-menerus dari dirinya, tulisanku semakin berantakan, bahkan tidak tahu apa yang sedang dia bicarakan.