Aku bertransmigrasi ke dalam novel dan berubah menjadi protagonis wanita yang dibully di sekolah dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, aku bertekad untuk membalas dendam untuknya, tetapi dengan cara yang tidak terduga oleh orang lain.
Ketika bertransmigrasi ke dalam novel, protagonis wanita dalam novel sedang memohon kepada protagonis pria.
Protagonis pria dengan bantuan pamannya yang juga merupakan guru pembimbing, membatalkan beasiswaku, ia berkata, "Annalise, asalkan kau bersedia bersujud dan memohon padaku sampai aku puas, aku akan mengembalikan kesempatanmu untuk mendapatkan beasiswa."
Tetapi, aku sudah bersujud dan memohon kepadanya sebanyak dua puluh kali, dia tetap tidak puas.
Dalam kemarahan, aku menggigit betis protagonis pria dan kabur.
Dia mengejar dan ingin menghajarku, dan ketika aku berlari melewati samping guru pembimbing, aku mencengkeram rambut palsunya dan mendorongnya.
Keduanya tiba-tiba saling bertabrakan, lalu jatuh ke atas lapangan rumput, dan bibir keduanya saling berciuman.
Cekrekk! Kemudian aku memotret adegan yang terjadi di depanku dengan ponsel.
Keesokan harinya, foto itu menjadi viral di forum sekolah.
1
"Annalise, jika kamu tahu diri, hapus semua foto yang ada di ponselmu." Calvin, sang protagonis laki-laki, mengancam dengan wajah merah.
"Hehe, hehe ...."
Aku berpura-pura bodoh dan tidak peduli.
Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan nada bicaranya yang lebih lembut. "Annalise, bagaimanapun juga kita adalah teman sekelas, tidak perlu melakukan hal yang begitu keterlaluan, bukan?"
"Hehe, hehe ...."
Calvin tidak dapat menahan emosi lagi, ia merebut ponsel dari tanganku untuk melihat apa yang membuatku tertawa.
Lalu, begitu dia membuka layar, dia melihat foto dirinya dan guru pembimbing kemarin.
Ditambah dengan tulisan di samping, ‘Apakah mereka berdua gay?’
Wajah Calvin pun menjadi hitam karena terlalu emosi.
2
Tentu saja aku tidak akan membiarkan foto itu terus berada di forum, jika tidak, sekolah bisa melapor ke polisi dan masalah ini akan menjadi sangat merepotkan. Tetapi meskipun aku menghapus postingan itu, cerita tentang Calvin dan pamannya sudah diketahui semua orang. Aku kembali ke rumah dengan perasaan sangat senang, tetapi begitu membuka pintu, sebuah bangku pendek langsung dilemparkan ke arah aku. "Anak sialan, bukankah kamu bilang dalam dua hari ini sekolah akan membagikan uang beasiswa? Di mana uangnya?" ayah Annalise yang mabuk memarahinya. Ayahnya adalah seorang duda. Ibunya Annalise kabur karena mengalami kekerasan dalam rumah tangga, meninggalkan Calvin seorang diri untuk merawat ayahnya yang cacat. Kadang-kadang ia juga harus menerima pukulan dari ayahnya. Melihat aku diam, ayah yang cacat berjalan mendekatiku dengan membawa botol minuman keras. Aku menghindar kemudian menendang salah satu kakinya yang tidak cacat. Ayahku yang cacat langsung terjatuh, dan mengerang kesakitan. "Oh! Apakah kamu baik-baik saja?" Aku berjalan ke depan untuk memapahnya. Lalu, aku secara tidak sengaja menginjakkan kedua kakinya, telapak tangan, dan terakhir melompat dua kali di perutnya yang buncit. Bola mata ayahku langsung berbalik ke atas dan kejang-kejang.
3
Keesokan harinya, aku menerima telepon ancaman dari Calvin, ia mengatakan bahwa ia akan membuatku menderita. Beberapa pengikutnya pernah mengambil fotoku yang tidak senonoh di ruang peralatan dan mengancamku dengan itu. Ketika mendengar ini, aku tersenyum, dan langsung mengirim foto Calvin mencium guru pembimbing kepada para pengikutnya. "Apakah kalian tahu kalau Calvin menyukai pria ...." aku mengetik agar mereka penasaran, kemudian menambahkan, "Kalian semua begitu baik padanya, apakah kalian tidak takut dia melakukan sesuatu pada kalian ...." Tak lama kemudian, pengikutnya berkurang setengah, hanya ada satu pria tinggi dan besar yang tubuhnya dipenuhi otot, yang ingin membalas dendam untuk Calvin. Aku ditarik ke ruang peralatan olehnya, saat dia mengunci pintu, aku mengeluarkan stun gun dari belakang dan menusukkan ke pinggangnya. Hari itu, aku melepas semua pakaiannya dan mengambil foto-fotonya yang tidak senonoh.
Ketika aku bertepuk tangan dengan puas dan berbalik, aku langsung bertemu dengan seorang pemuda yang memakai kacamata berbingkai hitam, dengan rambut berponi samping, berseragam sekolah longgar, memakai sepatu kanvas putih, dan berwajah biasa.
4
Setelah menatap lebih dekat, aku merasa wajahnya sangat familer.
Namun di bawah tatapanku, orang itu tampak semakin gugup.
Aku memicingkan mata dan tersenyum tipis. "Katakan dengan jujur, darimana asalmu? Kenapa bersembunyi di sini?"
Pria itu gemetaran, beberapa kali ingin berbicara, tetapi tidak bisa mengeluarkan suara.
Setelah beberapa saat, dia mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan dengan cepat.
5
Aku segera memahami situasi yang terjadi.
Pria itu adalah Nicholas, dia dikunci di ruang peralatan olahraga oleh Danny.
Oleh kerena itu, Nicholas menggigil semalaman di ruangan yang dingin sambil meringkuk memeluk lutut.
Awalnya, semua orang berpikir bahwa ini hanya insiden bullying, tetapi sampai keesokan harinya, Nicholas melihat seorang gadis dibawa masuk ke ruangan itu juga.
Gadis itu adalah aku.
Dia mengikutiku, lalu melihat adegan ketika aku menggunakan stun gun.
6
Nicholas sangat mengagumiku, bahkan tanpa perintahku, dia segera pergi untuk membeli air, lalu memberikannya kepadaku dengan hati-hati.
"Terima kasih banyak hari ini."
Ekspresi Nicholas yang terlihat ingin menyanjungku membuatku iba.
Pada detik berikutnya, ia seolah melihat sesuatu yang menakutkan, seluruh tubuhnya menjadi tegang.
Aku mengikuti arah pandangannya, dan melihat Calvin yang kebetulan baru saja keluar dari kelas.
Calvin tampak tidak senang hari ini.
Teman-teman yang biasanya bermain dengannya, secara spontan menjaga jarak setengah meter darinya.
Meski Calvin masih menjadi fokus dari teman-temannya, sekarang dia lebih mirip seperti orang yang diasingkan.
Calvin berkata kepada dirinya sendiri sambil mengeluarkan ponsel. "Tidak tahu apakah Danny sudah menyelesaikan tugas yang kuberikan atau belum, kali ini aku harus membuat Annalise tahu diri."
"Tahu diri apanya?" Aku muncul di belakang Calvin.
Calvin terkejut, baru saja ingin mengumpat, tiba-tiba dia mendekat, dan menatap wajahku.
"Aku tidak menyangka Danny akan begitu cepat melepaskanmu, ternyata dia sangat lembut pada wanita. Bagaimana Annalise? Asalkan kamu bersedia berlutut dan meminta maaf sekarang, aku jamin tidak ada orang ketiga yang akan melihat fotomu."
Aku tidak suka diancam.
"Apakah harus seperti ini?" Aku menunjukkan ekspresi sedih.
Calvin tidak berbicara, ia tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahku, dan berkata dengan lembut.
"Sebenarnya kamu lumayan cantik, jika kamu bersedia melayaniku satu malam ...."
Tanpa menunggu dia selesai berbicara, aku mengoles upil yang baru kukeluarkan dari hidungku ke tangannya.
Calvin bergidik, ia tampak bingung melihat telapak tangannya. Setelah tiga detik keheningan, dia pun berteriak.
Aku dengan segera menarik celana dalam Calvin.
"Calvin, kamu tidak boleh melakukan hal seperti ini!" Aku berlari ke kerumunan dan berkata kepada Calvin dengan suara kuat.
"Aku tahu keinginanmu untuk menunjukkan kejantananmu sangat kuat, tapi ini bukan tempat yang tepat!"
Orang-orang di sekitar tampak berpikir setelah mendengar kata-kataku.
"Sialan, Annalise!" Calvin terburu-buru menarik celana dalamnya dengan satu tangan dan mencoba menangkapku dengan tangan yang satu lagi.
Aku berhasil melepaskan diri. "Tunjukkan pada meraka kalau berani!"
Satu kalimat ini membuat teman-teman Calvin yang mengelilingi dari samping mundur secara bersamaan.
Aku mengambil kesempatan untuk menghentakkan kaki, lalu berlari keluar dari kerumunan.
Aku kebetulan berpapasan dengan Danny yang baru keluar dari ruang peralatan.
Di antara kerumunan, ia melihat saudara baiknya.
Pada saat itu, ia langsung berlari ke depan tanpa rasa takut, lalu mengulurkan tangan untuk memegang celana dalam Calvin agar tidak jatuh.
Calvin menoleh dan wajahnya tampak pucat.
7
Belakangan ini, Calvin menjadi sangat terkenal di forum sekolah, reputasinya hancur.
Suatu malam, dia meneleponku dan menghujatku.
Dalam cerita novel aslinya, protagonis wanita dituduh berusaha menjual diri untuk mendapatkan beasiswa. Dia mendapatkan ejekan dan cemoohan, lalu merendahkan diri untuk memohon agar Calvin melepaskannya.
Namun, Calvin berpura-pura merasa kasihan, lalu mengejek dirinya karena telah memlih jalan yang salah.
Dalam cerita novel aslinya, Calvin adalah seorang pria berengsek semasa sekolah.
Hanya dengan cara ini, setelah mencapai kesuksesan, permintaan maafnya kepada protagonis wanita baru bisa menonjolkan betapa berharganya penebusan dosa yang dilakukannya.
Sayangnya, aku sama sekali tidak percaya tentang hal seperti itu.
Orang-orang berengsek tidak akan menyesali kesalahannya ketika mencapai kesuksesan. Sebaliknya, mereka akan mengintimidasi lebih banyak orang.
Kita tidak boleh berharap untuk mengubah seseorang yang berengsek.
Apa yang perlu kita lakukan adalah menghancurkan mereka di tempat, membalas apa yang telah mereka lakukan dan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah bisa memperoleh reputasi baik setelah mengintimidasi orang.
8
Lalu aku berkata, "Sekarang kamu menghujatku habis-habisan, siapa yang tahu mungkin kau merasa senang dalam hati, merasa pesona dirimu dapat memikat teman sejenis, dan sekaligus adalah kesempatan bagus untuk menunjukkan tubuhmu pada mereka?"
Calvin terdiam.
Aku mendengar dia terus menstabilkan tarikan napasnya di ujung telepon, dan setelah beberapa saat, dia akhirnya tenang, dan ketika ia ingin berbicara, aku langsung menutup telepon dengan kuat.
Tidak lama kemudian, Calvin terus-menerus meneleponku.
Aku tidak buru-buru untuk mengangkat, melainkan langsung mengaktifkan mode diam di ponselku.
9
Suatu hari, ketika aku lewat di sebuah gang kecil tidak jauh dari sekolah, aku melihat Nicholas yang kurus kering dikeroyok oleh beberapa orang.
"Kamu tidak tahu malu, kami sudah membesarkanmu, tidak salah kan meminta sedikit uang dari kakekmu?"
"Saat ayah ibumu meninggal, tidak ada satu pun kerabat dari pihak ayahmu yang bersedia mengasuhmu, sekarang meminta mereka memberi sedikit uang pun tidak bisa?"
Mereka adalah Danny dan orang tuanya.
Danny berkata, "Hehe, kakak sepupu, dengarkan saja kata ibu, cari sedikit uang untuk keluarga kita."
Mereka ternyata adalah saudara sepupu, tidak heran ketika Danny tidak mengizinkan Nicholas keluar dari ruang peralatan, dia benar-benar mendengar perintah Danny dan tidak keluar.
Bagaimanapun, jika dia kembali, selama Danny tidak senang, dia tetap akan diusir.
Aku tidak tahan lagi, aku langsung menerobos ke arah mereka. "Kereta tinja datang!"
Dua ember tinja langsung jatuh ke tubuh mereka.
Kemudian aku membawa Nicholas pergi.
Kembali ke sekolah.
Nicholas mengamati ekspresiku dengan hati-hati, dan mengucapkan terima kasih dengan suara kecil. "Annalise, terima kasih sudah membantuku lagi ...."
Di balik lensa kacamata yang retak adalah kedua matanya yang semakin berkaca-kaca.
Aku memperhatikannya dengan teliti, dan menyadari bahwa anak ini sebenarnya cukup ganteng.
Lalu aku berkata kepadanya. "Angkat poni rambutmu agar aku bisa melihat wajahmu dengan jelas."
Nicholas menuruti perintahku.
Saat dia melepaskan kacamata dan mengangkat poni, sebuah wajah yang polos langsung terlihat dengan jelas.
Aku ingat siapa dia.
10
Setelah mengalami kekerasan terus-menerus di rumah dan di sekolah, protagonis wanita pernah berpikir untuk bunuh diri.
Tetapi sebelum sempat untuk bunuh diri, tragedi bunuh diri dengan cara meloncat dari gedung sudah pernah terjadi di sekolah.
Yang melompat itu adalah Nicholas yang ada di depanku sekarang.
Dengan pengalaman yang dideritanya sekarang, aku bisa mengerti mengapa dia memilih untuk bunuh diri.
Dalam cerita novel aslinya, kekerasan yang ia terima hampir mirip dengan Annalise, tetapi lebih parah.
Berpikir sampai di sini, aku tidak tahan dan menepuk bahunya. "Jangan pendam masalah, ceritakan saja."
"Tidak ... tidak ...." kata Nicholas bahkan masih gagap. "Mereka hanya marah, tidak berniat jahat ..."
"Kamu percaya dengan kata-katamu?" Aku menatapnya dengan tenang.
Nicholas menundukkan kepalanya karena tatapanku, dan matanya memerah.
Pada akhirnya, suaranya tercekat, lalu ia menarik napas dalam-dalam, dan berkata dengan suara lemah.
"Aku tahu mereka membully-ku, tapi orang tuaku sudah meninggal, aku tidak punya tempat untuk pergi, dan hanya bisa tinggal di rumah pamanku."
Aku berdiri dan mengulurkan tangan ke arahnya. "Menyadari kenyataan adalah satu langkah besar, yang harus kita lakukan berikutnya adalah membalas dendam."
11
Malam hari, Nicholas kembali ke rumah, paman dan bibinya ingin melakukan kekerasan lagi, tetapi Danny menghentikannya.
Di tengah malam, Danny menelepon nomor ponselku.
"Aku sudah melakukan apa yang kamu katakan, tidak mempublikasikan foto-foto itu di layar alun-alun."
Aku berkata, "Itu tergantung suasana hatiku."
Danny menjadi gelisah. "Kamu sudah berjanji padaku! Bagaimana kamu boleh ingkar janji?"
Aku tertawa. "Ya, aku memang tidak tahu malu dan adalah seorang penipu! Mengerti sekarang? Jangan menggangguku!"
Setelah beberapa saat, Danny akhirnya menjawab. "Kamu cukup menakutkan."
12
Jadi, sejak hari itu, Nicholas masih diperlakukan dengan buruk di keluaraga Danny, tetapi setidaknya tubuhnya tidak lagi terluka.
Dia melihat diriku seperti melihat seorang pahlawan super.
Aku tersenyum dan bertanya. "Mau tahu cara menjadi lebih kuat?"
Kepalanya mengangguk seperti alat penggiling bawang.
Langkah pertama untuk mengajari Nicholas cara melawan adalah dengan mengatakan ‘tidak’ kepada mereka yang menindasnya.
Baik itu kekerasan di sekolah atau kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan akan terus meningkat setelah korban memilih untuk bersabar berulang kali.
Aku dan Nicholas berjalan berdampingan, dan kebetulan menabrak Calvin.
Di kejauhan, Calvin melihatku dan wajahnya langsung dipenuhi kemarahan.
"Annalise! Kenapa kamu berani tidak menjawab teleponku?"
Melihat Nicholas di sampingku, wajah Calvin tiba-tiba menjadi aneh. "Ternyata kamu berpacaran dengannya. Anak yatim dan orang miskin memang cocok."
Aku dengan tenang melambaikan tangan, lalu berkata kepada Calvin. "Yang kau katakan benar, tetapi jika aku mengeluarkan foto ini, bagaimana kamu akan menghadapinya?"
Sambil berkata, aku mengeluarkan poster besar dari tas, dan membukanya dengan cepat.
Adegan Calvin mencium guru pembimbing dan dipegang celana dalam oleh pria berotot langsung masuk ke pandangannya.
Calvin marah dan merebut poster itu dari tanganku lalu merobeknya dengan kuat.
"Nicholasl, maju!" Aku berteriak kuat pada saat itu juga.
Dalam celah kemarahannya, Nicholas tiba-tiba berjongkok dan mengikuti apa yang kulakukan sebelumnya, menarik celana dalam Calvin.
Sesuatu yang tidak terduga terjadi, di dalam celana Calvin, ternyata ada celana lain!
Aku tertawa terbahak-bahak, tetapi tetap menarik Nicholas untuk pergi secepat mungkin.
Saat Calvin menyadari apa yang terjadi dan ingin mengejar kami, ketika ia baru saja mengangkat kakinya, ia kehilangan keseimbangan karena tadi aku telah mengikat tali sepatu kedua kakinya.
Aku mengantarkan Nicholas ke pintu kelas, dan sebelum pergi, aku sengaja mengingatkan Nicholas. "Setiap kali dia mencari masalah, laporkan saja ke kantor guru, asalkan kamu tidak pergi sendirian ke tempat sepi, bahkan jika dia adalah kepala sekolah, dia juga tidak akan berani menyakitimu di siang bolong."
Nicholas berdiri di pintu kelas dan menatapku. Setelah mendengar penjelasanku, dia mengangguk dengan serius.
Keberanian sedang bangkit dan tumbuh dalam dirinya.
13
Ketika bertemu dengan Nicholas lagi keesokan harinya, dia tampak sedikit berbeda.
Gaya rambutnya tampak segar dan tak lagi membiarkan poni panjangnya menutupi matanya. Kacamata hitam tebal yang selalu tergantung di matanya juga telah dilepas, dan wajahnya yang bersih dan ganteng terpapar di hadapan semua orang.
Nicholas tidak terbiasa dengan tatapan orang lain dan merasa sangat gugup sehingga tidak tahu di mana ia harus meletakkan tangan dan kakinya.
Ketika melihatku, dia akhirnya merasa lega dan pipinya memerah karena bersemangat.
"Ada apa denganmu, berubah ganteng diam-diam tanpa memberitahuku terleblih dulu?" Aku merangkul bahunya dan bercanda padanya.
Tubuh Nicholas yang baru saja rileks kembali menjadi kaku. "Aku ... aku ...."
"Annalise, bolehkah aku memegang tanganmu?" Ketika berjalan, suara Nicholas terdengar di sisiku.
Tentu saja boleh!
Aku segera menggenggam tangannya, mengangkat alis dan bertanya apakah dia ingin beradu kekuatan lengan lagi denganku.
Anehnya, wajah anak ini memerah seperti sedang demam.
14
Tuhan tidak akan mengecewakan orang-orang yang bekerja keras.
Nicholas pulih dan prestasinya terus meningkat setelah belajar keras.
Dia mulai mencoba berbicara dan berkomunikasi dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Tanpa poni panjang dan kacamata tebal, wajahnya yang selalu tersenyum memenangkan banyak simpati.
Tentu saja, aku juga semakin bahagia.
Aku membuang tikus mati yang aku ambil dari Nicholas ke meja Calvin, mengembalikan catatan yang Calvin rebut dengan susah payah kepada orang lain, dan menyimpan tas Calvin di toilet wanita.
Setelah pulang, aku menendang kaki ayah cacat untuk melampiaskan kemarahanku, lalu menendangnya keluar dari rumah untuk mengumpulkan botol plastik bekas.
Singkatnya, Nicholas dan aku menjalani hidup yang sangat nyaman.
Kemudian, kami berdua diterima di universitas yang sangat terkenal.
Sedangkan Calvin dan yang lainnya, reputasi mereka buruk, dan karena tidak fokus pada studi, mereka tidak diterima di universitas dan harus menjalani hari-hari yang suram.