Di kehidupan sebelumnya, aku mengejar-ngejarnya tanpa henti. Dan hasil yang aku dapatkan adalah dia membunuh anak kami dengan tangannya sendiri.
1
Di kehidupan sebelumnya, aku meninggal karena pendarahan hebat akibat obat keguguran.
Suamiku, Jason Wirawan, yang memaksaku menelan pil itu.
Dengan ekspresi dingin, dia berkata, "Wenny tidak menyukai anak ini."
Wenny Tanujaya, teman sepermainan Jason, sahabatku.
Setelah aku meninggal, ibuku yang merasa terpukul pun meninggal karena serangan jantung. Ayahku menjadi gila karena kehilangan putri dan istrinya. Sedangkan Jason, dia mewarisi Grup Laksana yang seharusnya menjadi milikku.
2
Setelah aku mati, Jason akhirnya menikahi gadis yang dia cintai, yaitu Wenny.
Namun, semula Wenny yang selalu mengatakan kepadaku tentang betapa baiknya Jason sehingga aku tertarik pada pria itu.
Wenny juga mengajak kami pergi ke taman hiburan bersama.
Setelahnya, ketika aku dan Jason keluar dari taman hiburan, lalu melewati sebuah proyek konstruksi, aku ditarik masuk ke gang oleh seorang pemabuk, kemudian diperkosa.
Aku pikir Jason akan menyelamatkanku, tapi dia hanya menatapku dengan dingin, lalu berbalik dan pergi.
Untungnya, di kehidupan sebelumnya dan kehidupan sekarang, aku diselamatkan oleh mobil polisi yang lewat.
Di kehidupan sebelumnya, aku mengira Jason yang melapor polisi sehingga aku kian mencintainya.
Setelahnya, aku baru tahu bahwa Jason tidak pernah berpikir untuk menyelamatkanku.
Aku tersadar dari lamunan.
Aku yang sadar pun terlahir kembali pada hari kedua di mana perjalanan ke taman hiburan diadakan.
Aku juga sudah mengikat sistem untuk membalas dendam kepada bajingan itu.
Selama nilaiku meningkat sepuluh poin, usia Jason akan berkurang setahun.
3
"Besok malam adalah ulang tahun Jason, ayo kita rayakan bersama," ujar Wenny dengan manja kepadaku.
Aku memandang ke arah Jason, lalu berteriak, "Siapa pun yang ingin mendekati pria bajingan seperti Jason, silakan."
Wenny mengerutkan kening. "Jason benar-benar baik. Kenapa kamu mengatainya seperti itu?"
Jason sontak melempar bola basket yang ada di tangannya, berjalan ke depan mejaku, lalu kedua tangannya menopang meja.
"Aku tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan, tapi kalau kamu ingin menarik perhatianku dengan cara lain, sebaiknya kamu lupakan saja."
Aku terkekeh sinis. "Aku tidak peduli padamu. Aku hanya ingin belajar dengan tekun agar masuk Universitas B."
Universitas B adalah universitas terbaik di negara ini.
Jason mencibir, "Aku akan menunggu kamu yang merupakan juara terakhir di kelas ini mengalahkanku."
Aku tidak bisa berkata-kata. "Apakah untuk mengalahkan juara kedua dari belakang sangat sulit?"
Di kehidupan sebelumnya, aku memercayai omong kosong Wenny tentang, "Lelaki hanya menyukai perempuan yang lebih lemah dari mereka."
Jadi, aku selalu sengaja mendapatkan nilai terendah hanya untuk menunjukkan bahwa aku lebih lemah dari pada Jason.
Sebenarnya, sejak kecil aku memiliki ingatan dan bakat yang luar biasa.
Namun, sistem menunjukkan bahwa usia Jason masih tersisa 40 tahun.
Aku harus meningkatkan nilaiku setidaknya sebanyak 400 poin agar dia bisa segera mati.
Karena itu, aku harus terus belajar dengan tekun!
4
"Sombongnya si juara pertama dari belakang!"
Laki-laki yang duduk di depan mejaku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
Aku mengingatnya. Dia selalu diam-diam menyukai Wenny.
Begitu ucapannya terlontar, siswa-siswa lain yang ada di kelas pun mulai tertawa terbahak-bahak.
Kemudian terdengar seseorang yang ada di belakangku berkata, "Sekalipun dia tidak diterima di universitas itu, uang keluarganya cukup untuk dia hamburkan selama sepuluh generasi. Apakah kalian berhak mengejeknya?"
Orang yang berbicara itu adalah salah satu siswa top di kelas kami, Reynald Geovano.
Di kehidupan sebelumnya, aku tidak dekat dengannya. Aku hanya tahu bahwa keluarganya juga sangat kaya sekaligus merupakan mitra keluargaku. Tak disangka dia akan membelaku.
Setelah melihatnya dengan seksama, ternyata dia cukup tampan. Biarpun dia mengenakan seragam sekolah, kancing kerahnya tidak dikancingkan. Hidungnya yang ada di bawah helai rambut yang tebal dan tipis tampak mancung.
Dia lebih berkelas ketimbang Jason.
5
Wenny tiba-tiba menimpali dengan munafik, "Diamlah kalian! Lain kali aku akan mengajarimu. Kalau mulai sekarang kamu belajar dengan giat, kamu masih punya kesempatan untuk masuk ke universitas lain walau tidak diterima di Universitas B."
Aku menatap Wenny sekilas. "Bagaimana kamu tahu kalau aku tidak bisa melakukannya?"
Wenny tertegun.
Jason berdiri di depan Wenny sambil berujar, "Abaikan saja, dia hanya orang gila."
Aku melanjutkan membaca, terlalu malas untuk sekadar meladeni lelaki itu.
"Kalian berdua cukup serasi," komentarku.
Jason tiba-tiba marah dan melemparkan buku yang ada di mejaku ke lantai.
"Kamu mau menyebarkan rumor? Semua orang tahu bahwa Wenny hanyalah adikku!"
Hanya adik? Adik yang segera dia nikahi tak lama setelah aku mati.
Raut Wenny sedikit berubah.
Di kehidupan sebelumnya, ketika aku sekarat di ruang perawatan intensif, Wenny baru memberitahuku bahwa dia selalu menyukai Jason. Dia memberikan Jason kepadaku hanya untuk mengambil keuntungan dariku.
Ternyata semuanya sudah terlihat sejak awal.
Sebelum aku berbicara, terdengar suara rendah Reynald berkata, "Apakah kalian saudara seibu beda ayah? Kenapa marga kalian berbeda?"
Namun, Jason tidak menjawabnya, melainkan terus menyerangku.
"Apakah otakmu bermasalah, Elena Laksana?
Aku menatap Jason dari atas ke bawah dan merasa agak mual. "Untungnya, sekarang otakku sudah waras. Aku sudah melihat dengan jelas seperti apa kamu."
"Kamu ...." Bibir Jason kelu saking marahnya padaku.
Kebetulan kelas sudah mau dimulai. Aku memungut buku yang ada di lantai, kemudian memaki Jason, "Menjauhlah, berengsek!"
Selama kelas berlangsung, aku selalu merasa ada pandangan yang terus mengamatiku, seolah ingin mencabikku menjadi ribuan potongan.
6
Malamnya, ketika aku belajar, aku mengisi lembar ujian sendiri di kelas.
Akan tetapi, Wenny malah mendekat.
"Elena, kalau ada pertanyaan yang kamu tidak mengerti, tanyakan saja kepadaku."
Aku dengan asal memilih sebuah soal matematika yang lumayan sulit, lalu bertanya kepadanya.
Wenny mengernyit dan melihatnya untuk waktu yang lama.
Setelah itu, dia mulai menghitung di kertas.
Soal ini dapat diselesaikan dalam tiga atau empat langkah, tetapi dia menulis setengah lembar kertas ujian.
Entah kapan, Jason pun mendekat untuk melihat Wenny menyelesaikan soal ini.
"Aku tidak mengerti. Matematika terlalu sulit," komentar Jason sambil menggeleng.
Sebelum Wenny berbicara, aku mengambil pensil untuk mencoret cara tak berguna yang dia tulis.
"Soal ini bisa diselesaikan dengan tiga langkah saja."
Aku menatap Wenny sambil tersenyum sinis. "Dengan caramu menjawab soal, apakah waktu ujian selama dua jam cukup?"
Jason berpikir lalu berujar, "Aku mengerti cara yang ini."
Wenny sengaja memperumit soal yang sederhana. Dia jelas tidak ingin mengajariku.
Jika dia berhasil membuatku takut dan malas belajar, itu namanya sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Setelah aku ekspos, Wenny pun tak bisa menjawab.
Jason menatapku. "Elena, bisakah kamu mengajariku matematika? Aku mengerti cara penyelesaianmu."
Di kehidupan sebelumnya, dosenku merasa aku memiliki bakat dalam matematika dan berkali-kali menasihatiku untuk melanjutkan studi.
Sayangnya, aku melepaskan kemungkinan lain dalam hidup demi menikahi Jason secepat mungkin.
"Apakah kamu pantas?" tanyaku sambil menatap Jason dengan dingin.
"Jangan berpura-pura lagi." Jason mengernyit. "Kemarin kamu jelas masih mengejar-ngejarku."
"Berani-beraninya kamu mengungkit tentang kemarin!"
Wenny menatapku. "Elena, apa yang terjadi kemarin?"
Aku tidak menjawab, sedangkan Jason mengambil tasnya, lalu dengan jengkel berkata, "Apakah kamu ingin semua orang mengetahui aibmu, Elena? Apakah kamu tidak merasa malu?"
Aku berbalik dan pergi.
Karena tidak ingin duduk dengan Wenny, aku pun pindah ke barisan terakhir di kelas, tepatnya sebelah Reynald.
7
Keesokan paginya, ketika aku baru saja memasuki sekolah, aku bertemu dengan Wenny.
"Elena, hari ini adalah ulang tahun Jason. Apakah kamu membawa hadiah untuknya?"
Sebenarnya lucu kalau diingat-ingat. Di kehidupan sebelumnya, Jason tidak menyukaiku, tetapi dia tidak pernah menolak hadiah yang aku berikan kepadanya.
Aku menggeleng sambil menjawab, "Tidak."
Namun, Wenny langsung mengambil tasku.
Dalam sekejap dia menemukan hadiah yang dimasukkan oleh pembantuku.
Di kehidupan sebelumnya, aku sudah menyiapkan baju bola edisi terbatas yang ditandatangani Kobe Bryant yang paling Jason inginkan seminggu sebelumnya.
Aku lupa memberi tahu pembantuku bahwa aku tidak ingin memberikan hadiah itu lagi.
Aku dengan tenang berkata, "Baju bola itu untuk Reynald."
"Kenapa? Sejak kapan kamu dan Reynald menjadi begitu akrab? Apakah Reynald lebih baik dari Jason? Nilai dia hanya sedikit lebih baik dan keluarganya sedikit lebih kaya."
Sebelum aku sempat menjawab, sebuah bola basket jatuh di dekat kakiku.
Jason mengerutkan kening sembari mengejek, "Sudah mengganti target baru?"
Dia merebut baju bola itu dari tangan Wenny.
"Kembalikan kepadaku!"
Aku melompat untuk merebutnya, tapi dia terlalu tinggi, aku tidak bisa mencapainya.
Jason menahan kepalaku, kemudian aku menginjak sepatunya.
Jason dengan suara rendah bertanya, "Sudah ributnya, Elena?"
Aku pun meniru nadanya, dengan dingin berkata, "Apakah kamu tidak malu setiap hari menempaliku? Kamu dan Wenny adalah pasangan yang serasi."
Wajah Wenny langsung merona.
"Elena, apakah kamu salah paham? Aku dan Jason benar-benar hanya saudara."
Aku tidak ingin meladeni mereka, jadi aku mendorong Jason, lalu berjalan ke depan.
Namun, Jason tidak berniat untuk melepaskanku.
Dia menghalangiku, kemudian tiba-tiba menarik pergelangan tanganku.
"Kamu akan datang ke pesta ulang tahunku malam ini, kan?"
Aku menggeleng sambil menyahut, "Undang aku pada hari kematianmu."
Jemarinya memutih karena mengepal erat.
Melihat raut terlukanya yang dibuat-buat, serta mengingat hal menjijikkan yang Jason dan Wenny lakukan di kehidupan sebelumnya, aku merasa muak.
Mungkin Jason merasakan kemuakanku, dia tiba-tiba melepaskan tanganku, lalu mengembalikan baju bola tersebut.
"Aku akan menunggu amarahmu reda."
Aku menyerahkan baju bola itu kepada Reynald yang kebetulan lewat.
Reda? Aku hanya ingin dia segera mati!
8
Aku sedang membaca buku di kelas saat Jason mendekat dan menendang kaki meja dengan keras.
"Kenapa kamu pindah tempat duduk? Apakah Reynald mengizinkanmu untuk duduk di sebelahnya?"
Reynald dengan malas menjawab, "Ya."