Begitu aku terbangun, aku mendapati diriku berubah dari gadis cantik menjadi gadis gemuk dengan wajah penuh jerawat!
Sementara pemilik tubuh yang asli malah berhasil kabur dengan dambaan hatiku karena memanfaatkan kecantikan dan statusku!
Namun dia tidak tahu bahwa selain latar belakangku, segala sesuatu yang kumiliki adalah hasil jerih payahku sendiri.
Memang kenapa kalau tubuh kami tertukar? Aku mulai dari awal.
Menjadi wanita tangguh bukanlah hal yang mudah!
1
Aku membuka mata dan segera berlari ke depan cermin. Wajah yang terpantul di cermin masih sama, yaitu wajah berminyak dan penuh jerawat milik Fiona. Tubuh gemuk yang kekar dan lebar, kacamata berbingkai hitam yang kecil dan bau badan yang masih belum bisa aku hilangkan sampai saat ini. Tubuh Fiona benar-benar payah. Baru berjalan beberapa langkah saja sudah kelelahan, apalagi berlari. Namun setidaknya aku masih berhasil mengejar bus yang menuju ke tempat kerja. Saat masuk ke dalam bus, aku melihat tempat duduk di sekeliling sudah penuh. Terpaksa aku harus berdiri dan berpegangan pada bisa sambil terhuyung mengikuti gerakan kendaraan. Ketika aku melihat lenganku yang kekar dan berbulu hitam, aku baru menyadari kalau aku bukan lagi Grecia. Sekarang aku adalah Fiona. "Ma, bau sekali!" Sekarang aku mengerti mengapa Fiona selalu mengenakan pakaian berlapis saat cuaca panas. Hanya dengan mengenakan pakaian berlapis-lapis, bau badannya itu tidak akan terlalu tercium. Aku mendekat ke jendela yang terbuka dan berpikir dengan tidak berdaya. Sejak tubuhku bertukar dengan Fiona, tidak ada hal kacau yang terjadi. Fiona juga berjanji akan mencari cara untuk menukar tubuh kami kembali. Berkat dia, aku berhasil bertahan selama ini.
Setelah kami kembali ke tubuh masing-masing, aku pasti akan memindahkannya ke sisiku. Aku ingin memanfaatkan kemampuannya dengan maksimal dan memastikan bakatnya tidak terbuang percuma. Aku diam-diam membulatkan tekad. Diriku bisa begitu yakin mampu memindahkan tempat kerja Fiona karena perusahaan ini adalah perusahaan milik keluargaku. Namun tidak ada yang tahu.
2
Akhirnya aku berhasil tiba di kantor tepat waktu. Untung saja tidak terlambat. Karena Fiona biasanya tidak memiliki banyak pekerjaan, aku pun tidak punya kesibukan sehingga bisa mengobrol dengan Jovan yang menjadi cukup akrab satu sama lain sekarang. Aku melihat ke tempat dudukku. Aneh sekali, beberapa hari yang lalu Fiona datang lebih awal, tetapi kenapa hari ini dia belum tiba? Ketika manajer lewat, aku bertanya dengan cemas, "Grecia ke mana? Kok dia gak datang hari ini?" Manajer tampak heran karena aku tiba-tiba menanyakan Grecia. Tetapi karena performaku beberapa hari ini sangat baik, sehingga sikapnya terhadapku pun membaik. Dia menjawab, "Kamu gak tahu? Grecia itu bukan sembarang orang. Dia adalah putri dari presiden perusahaan kita. Sekarang dia sudah pergi bersama suaminya ke perusahaan di luar negeri. Bagaimana mungkin dia masih mau tetap di sini." Grecia... sudah pergi? Fiona membawa pergi tubuhku?
3
Aku kembali ke tempat dudukku dengan kepala pusing dan pikiran yang bingung. Aku merasa sekujur tubuhku dingin, tapi tanganku terus berkeringat. Aku harus mencari bicara? Siapa yang bisa kuajak bicara? Dalam keadaan cemas, aku teringat satu orang. Tapi... apakah aku harus menemuinya? Suamiku, Stanley Winata. Pria yang selalu memintaku meninggalkan karierku dan pergi ke luar negeri bersamanya. Aku tidak pernah menyetujuinya, sehingga kami mulai tinggal terpisah sejak kami menikah.
Aku menekan nomor suamiku dengan berpegang pada satu harapan terakhir.
Seiring dengan suara dering di dalam ponselku, jantungku pun ikut berdebar kencang sampai rasanya hampir meledak dari dadaku.
"Halo, siapa ini..."
Teleponnya tersambung!
"Stanley, ini aku, Grecia! Aku Grecia Wicaksono!"
"Jiwaku tertukar dengan Fiona, Grecia yang di sampingmu itu adalah Fiona! Itu bukan aku!" di seberang sana hening dan membuatku semakin panik.
"Baiklah Fiona, Grecia mengatakan padaku bahwa kamu mengalami gangguan mental dan sering mengalami halusinasi."
"Karena kasihan padamu, aku bersedia mendengarkan ucapanmu sampai selesai. Namun jika kamu berhalusinasi menjadi Grecia, aku tidak akan menahannya lagi."
"Tetapi aku harus berterima kasih padamu. Karena gangguanmu inilah, Grecia akhirnya bersedia iku ke luar negeri bersamaku."
Setelah mengatakannya, dia pun menutup teleponnya.
"Stanley! Stanley, dengarkan aku! Aku adalah Grecia Wicaksono yang asli!"
Tetapi telepon di seberang sana sudah ditutup.
Aku berdiri membatu di sana.
Fiona telah merampas tubuhku dan membawa semua milikku.
Sekarang aku benar-benar menjadi Fiona.
Dalam dua puluhan tahun pertama hidupku, aku belum pernah merasakan perasaan sedih dan ketakutan seperti ini.
Aku pulang dengan tubuh gontau, pakaianku juga sudah basah kuyup.
Rambutku yang basah menempel pada wajah gemukku, tetapi aku tidak berani menyentuhnya sama sekali.
Karena berkeringat, jerawat di wajahku terasa begitu perih.
Ketika aku sampai rumah, hari sudah sangat larut.
Tetapi lampu di dalam rumah masih menyala.
Ketika aku membuka pintu, aku melihat ibu Fiona sedang duduk dengan gelisah di depan meja sambil memegangi ponselnya.
Begitu melihatku masuk, dia segera menghampiriku.
Dalam ingatanku, ibuku belum pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya. Rasa khawatir dan takut pun perlahan mereda. Aku bukan tipe orang yang mudah menyerah dan mudah dikalahkan oleh kesulitan. Kenapa harus takut hanya karena berganti tubuh? Aku masih bisa memulai dari awal!
4
Hari ini aku tiba di kantor lebih pagi. Begitu tiba, hal pertama yang kulakukan adalah membersihkan meja kerja Fiona dan membersihkan area sekitarku. Semuanya diatur seperti yang kusuka. Jovan sangat terkejut melihat perubahanku. Tepat pada saat itu, dia menerima telepon dan suaranya tiba-tiba menjadi dingin dan serius. "Fio, aku harus pergi sekarang. Aku punya sebuah tugas yang harus dikerjakan, kamu saja yang mengerjakannya." Aku tahu tentang tugas ini. Jika aku bisa menyelesaikannya dengan baik, maka aku pasti bias tampil di hadapan pemimpin. Tugas ini mungkin tidak mudah untuk diperoleh oleh Jovan. Aku yang melihat tumpukan dokumen di meja hanya bisa menghela napas panjang. Aku memang butuh peluang untuk menarik perhatian, tapi kesempatan ini tentu tidak datang begitu saja. Keadaan keluarga Jovan tidaklah baik. Telepon tadi mungkin datang dari keluarganya. Ia perlu terlibat dalam beberapa proyek besar, sementara tugas ini seharusnya menjadi kesempatan bagus baginya. Kalau begitu aku harus mengerjakannya dengan baik.
5
Keesokan harinya, aku menyerahkan dokumen ke Manajer Mandy. Dia mengangkat wajahnya dengan ekspresi terkejut. "Kerja yang bagus, Fiona. Kemajuan cukup signifikan baru-baru ini." puji Mandy sembari menyimpan dokumen itu. "Aku telah mengirimkan dokumennya padamu. Cek dan berikan penilaianmu," aku mengangguk dengan perasaan gembira di dalam hati. Ini adalah kesempatan yang diberikan Mandy untuk membuktikan kemampuanku.
Hebat!
Aku memberi semangat pada diriku sendiri.
Semua pasti akan semakin membaik kedepannya!
6
Waktu berlalu dengan cepat.
Dalam sekejap, sebulan sudah berlalu.
Berat badanku turun drastis dalam sebulan ini.
Kontur wajah Fiona juga jadi lebih jelas terlihat.
Aku cukup kaget ketika mengetahui Fiona memiliki wajah yang sangat cantik dan elegan.
Karena tidak ada hal penting yang harus dilakukan hari ini, aku pun berjalan-jalan.
Saat berjalan, aku menemukan sebuah toko yang menjual alat musik bekas.
Sejak menjadi Fiona, aku belum pernah menyentuh harpa lagi.
Aku duduk di depan harpa dan mulai memainkan melodi yang indah.
Saat selesai memainkan lagu itu, aku berbalik dan melihat Jovan sedang memandangiku dengan serius.
Saat aku masih menjadi Grecia, aku pernah tampil di acara tahunan. Tetapi seharusnya tidak ada orang yang menyadari hubungan kami.
Namun, secara ajaib, aku mengucapkan kata-kata yang selama ini terpendam di dalam hatiku pada Jovan.
"Aku adalah Grecia Wicaksono."
Dia berkata.
"Aku tahu, aku tahu kamu adalah Grecia Wicaksono."
Dia benar-benar percaya padaku?
Aku menghela nafas. Aku tidak tahu apakah aku harus senang karena akhirnya ada yang mempercayai diriku, atau sedih karena aku tidak lagi merasa senang ketika seseorang mengenali diriku.
Dia menatapku dengan serius.
"Apakah kamu ingin tubuhmu kembali?"
Melihat ekspresi seriusnya, aku begitu terkejutan karena pilihan pertama yang muncul dalam pikiranku adalah tidak.
Aku tidak ingin tubuhku kembali, tapi itu tidak berarti aku bisa mentolerir apa yang dilakukan oleh Fiona. Jikamenukarnya kembali aku rasa sudah tidak perlu lagi, tetapi jika aku diberi kesempatan, aku ingin membalas dendam kepadanya!"
"Baiklah, aku ikut."
Jovan tersenyum sampai matanya menyempit.
7
Beberapa tahun berlalu lagi, Jovan dan aku mengundurkan diri.
Kami mendirikan perusahaan baru sekaligus merekrut Mandy.
Perusahaan kami berkembang dengan pesat dan menjadi cukup terkenal.
Kekuasaan juga perlahan terkumpul.
Perkembangan perusahaan kami tidak ada bedanya dengan perkembangan perusahaan sebelumnya.
Saat ini, aku telah menjadi seorang wanita karir yang sukses.
Jovan dan aku menghadiri sebuah jamuan makan bersama.
Saat mengangkat wajahku, aku melihat Stanley di tengah kerumunan bersama Fiona.
Grecia Wicaksono sudah menjadi wanita paruh baya kaya yang mengenakan perhiasan berlebihan dan bertubuh gempal.
Sementara Stanley yang berdiri di sebelahnya lebih terlihat seperti berondongnya.
Pertunjukan di atas panggung sudah hampir berakhir.
Sekarang tiba giliranku untuk naik ke atas panggung.
Aku naik ke atas panggung dan duduk di depan harpa, lalu memainkan sebuah lagu Debussy.
Itu adalah lagu yang biasa aku mainkan setiap hari ketika aku tinggal bersama Stanley, tapi dia tidak terlalu menyukainya
Salah satu pemicu perpisahan kami adalah hal ini.
Setelah selesai tampil, aku turun dari panggung dan mengabaikan tatapan penuh amarah Fiona lalu menyapa Stanley dengan senyuman.
"Tenten, sudah lama tidak bertemu!"
Aku tersenyum padanya seperti waktu kami masih muda dan bersekolah bersama.
Stanley menatapku dengan mata berkaca-kaca.
8
Keesokan harinya, aku bertemu dengannya di kantor.
"Grecia, apakah itu kamu?"
Dia tiba-tiba meneteskan air mata saat melihatku.
Aku menatapnya dengan dingin seolah sedang melihat sebuah lelucon.
"Tuan Winata, Anda sudah memiliki istri. Jangan melakukan hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Silahkan pergi."
Stanley terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi tepat pada saat ini Jovan menghampiri kami.
"Apa yang kau katakan pada tunanganku?" Dia menghampiri dan memegang tanganku, lalu diam-diam memasangkan sebuah cincin di jariku.
Stanley pun pergi dengan kecewa.
Sebenarnya aku belum pernah melihat cincin ini sebelumnya, tapi aku sangat menyukainya.
Jovan sungguh memahamiku.
Aku menoleh dan melihat ke arahnya.
Dia pun menatapku dengan serius dan tatapan mata yang begitu berkecamuk.
"Tadinya aku ingin merencanakan ini dengan matang. Aku baru menerima cincin ini hari ini.”
“Mengenakannya dengan cara ini, bukankah itu sangat sempurna?"
Saya mengecup cincin itu dengan lembut, "Aku sangat menyukai cincin ini."
Tatapan matanya berbinar seketika. Aku pun mengelus kepalanya.
9
Fiona yang merebut tubuhku pasti akan membayarnya dengan harga yang pantas.
Tidak lama setelahnya, aku melihat sebuah berita yang mengatakan mobil Stanley terjun dari tebing. Ini bukanlah kecelakaan. Diduga kecelakaan ini dipicu oleh pertengkaran penumpang dan pengemudi selama perjalanan, sehingga membuat keduanya jatuh dari tebing. Stanley mengalami kelumpuhan di bagian bawah tubuhnya, sedangkan Fiona kehilangan tangannya.
Aku bisa membayangkan bagaimana hidup mereka ke depannya. Tapi aku tidak merasakan apa pun. Rasanya seperti mendengar berita tentang dua orang asing yang tidak kukenal. Apakah ini bisa dianggap sebagai balas dendam? Rasanya sangat aneh jika disimpulkan seperti itu. Mungkin karena sudah tidak ada hubungan apa pun lagi di antara kami.
Sekarang, aku sudah menjadi Fiona, seorang Fiona yang sepenuhnya berbeda. Meskipun, dalam keadaan seperti ini, aku tetap bisa menemukan kebahagianku. Aku memiliki keluarga, teman, dan orang yang kucintai. Fisik bukanlah hal terpenting, yang menentukan adalah orang di dalamnya.
Segala yang berharga, pada akhirnya harus didapatkan dengan usaha sendiri.