Tak lama kami mengobrol bersama, rafa tiba-tiba saja dihubungi temannya karena ada kepentingan mendadak yang membuatnya harus pergi dulu dan alhasil dibangku ini hanya aku dan tara yang duduk. “Ratna, kau bagaiman kabarnya pasti kau sudah duduk di bangku kuliah ya?”. “Ya, kau juga kan? Ehm.. kau kayanya agak beda setelah kulihat, udah agak tinggi nggak kaya dulu saat kita kecil”. Kulihat dia tertawa sebentar dan “kau ini bilangnya kaya gitu mentang mentang dulu aku paling pendek” gerutu kecil tara. Aku hanya tertawa melihat tingkah laku tara yang masih sama seperti dulu suka membuat orang tertawa, dan tara juga masih sama membuat cerita atau lelucon yang lucu. Tapi setelah kudengar lelucon tara, seketika itu juga dia mengatakan hal yang membuatku terkejut yaitu perasaannya selama ini. Saat itu aku bingung kenapa bisa tara menyukaiku, padahal yang kutahu tara hanya menganggapku sebagai sahabat tak lebih. Yang makin membuatku merasa bersalah padanya dia mau menunggu jawabanku atas pertanyaan apakah aku juga sama menyukainya? Entahlah, ini membuatku tak bisa berkata lagi yang akhirnya aku mencari alasan untuk pulang ke rumah dan menghindari tara untuk sementara. Yang kemudian aku berhasil langsung pulang dan tara menyetujuinya.
Esoknya masih saja aku pikirkan pernyataan tara tempo hari, rasanya aku belum mendapat jawabannya sampai sekarang. Tapi ditengah pikiranku yang kalut ponselku berbunyi ternyata saat kubuka ada sms dari rafa untuk mengajakku kedanau itu lagi. Yang membuatku langsung menuju ke tempat di dekat danau itu.
Sesampai disana kulihat rafa tengah berdiri menghadap ke arah danau, nampaknya dia sedang memejamkan matanya dan sesekali hidungnya mengembang dan mengempis yang mungkin menghirup hawa di sekitar danau ini yang sejuk. Kusenyum ke arahnya, kulihat wajah rafa masih sama seperti dulu wajah yang selalu membuat hatiku tenang, nyaman bila didekatnya. Tak lama kulihat rafa mulai membuka matanya dan mulai menoleh ke arahku. Dengan segera kualihkan pandanganku kesamping agar tak membuat curiga rafa. “Maaf, aku membuatmu menunggu lama dengan berdiri disini”. “Tidak, harusnya aku yang minta maaf karena aku terlalu lama datang kesini, dan barusan aku lihat kau sedang menikmati hawa sejuk didanau ini jadi aku tidak mau mengganggumu dan lebih baik aku berdiri disini, oya kau kenapa mengajaku kesini, ada apa?” kulihat dia tersenyum hangat lagi padaku. “Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu, e.. selama ini kan kita sudah sahabatan dari kecil, kau ada perasaan nyaman, suka atau yang lain padaku” ucapnya gugup dan penuh ragu. “Maksudmu, kau penasaran dengan perasaanku. e…?” tanyaku heran pada rafa yang mulai gugup dengan tingkah lakunya saat ini.
“Aku mau jujur denganmu, e.. ini tentang perasaanku. Aku.. menyukaimu.. kau… mau tidak hubungan kita melebihi sahabat seperti sepasang kekasih?” lantas aku terkejut atas pernyataannya barusan, ucapannya membuatku bingung. “Kau tidak bercanda kan?” ucapku ragu. “Aku sungguh-sungguh dan tidak bercanda”. “Maaf, rafa aku tidak bisa menjawabnya sekarang, boleh kan?” dia hanya mengiyakan perkataannku. Dan setelah itu ku pulang ke rumah sedang rafa mungkin masih di dekat danau itu.
Tanpa kusadari, tara pulang dengan rasa kecewa yang kemudian disusul rafa. Saat sampai di rumah rafa, langsung saja tara membentak rafa bahkan memarahinya dan mendorongnya hingga terjatuh. Rafa yang saat itu tidak mengerti akan tingkah laku tara. “Kau jahat kak!! kau tega menusukku dari belakang!!” ucap tara yang masih dalam keadaan marah. “Jahat apa? Kau yang jahat mendorongku seenaknya! Kau ini kenapa! Kau marah, jika marah selesaikan dengan kepala dingin bukan seperti ini!” bentak rafa yang masih tak mengerti akan kelakuan adiknya tara. “Tidak usah banyak omong kak! Kau menyukai ratna kan! Kau mengatakan perasaanmu pada ratna kan tadi! Bukannya kak rafa dulu pernah mengatakan kak rafa tidak ada perasaan apapun ke ratna! Apa kak rafa lupa hah! Jawab kak!”. Rafa kemudian mengingat lagi perkataannya tempo hari, dia sadar telah menyakiti adiknya sendiri yang sangat menyukai ratna. “Oke! aku salah aku sadar telah mengingkari perkataanku kemarin, dan kau sudah mengatakan semuanya pada ratna?” tara hanya terdiam dan langsung kekamarnya yang kemudian keluar dengan membawa kopernya, seketika itu juga rafa kaget dan segera mencegah tara pergi dari rumah. “Kau kenapa! Mengapa kau membawa koper? kau mau pergi!”. “Aku akan ke rumah nenek, percuma saja jika aku mendengar jawaban dari ratna aku tidak kuat, aku yakin ratna lebih menyukaimu kak, bukan aku dan aku sadar telah membentakmu bahkan memukulmu hingga terjatuh, aku pergi!”. Rafa terdiam melihat tara pergi dari rumah. Rafa merasa dia tak menjadi kakak yang baik untuk tara, dan tidak bisa menjaga tara yang selama ini menjadi adik kesayangannya.
Rafa duduk di ruang tamunya, tangannya memegang kepala yang mungkin kepalanya pening tak karuan memikirkan kejadian barusan. “Aaa!!” teriak rafa menahan beban kepalanya. “Maaf kan aku tara, aku harusnya tidak mempunyai perasaan lebih untuk ratna, harusnya aku lebih mengerti perasaan tara pada ratna, aaa!!”.
Sementara aku tengah duduk di ruang tamu hendak memikirkan hal tadi, kutahu tara sangat menyukaiku begitupun rafa. Tapi entah kenapa aku lebih menyukai rafa dibanding tara. Kutakut mereka akan bertengkar seteah mendengar jawabanku. Seketika itu juga ibu duduk di sebelahku, ibu bingung memandangku tak biasanya seperti mempunyai masalah.
“Kau kenapa nak, pasti ada masalah ya? Cerita sama ibu mungkin ibu bisa bantu, terus bagaimana dengan persahabatan kamu dengan rafa dan tara, baik-baik saja kan?”. “Baik kok bu, tapi.. ada sedikit masalah bu.. ratna boleh ceritakan sama ibu?”. “Boleh lah, ada apa memangnya?”. Kuceritakan masalahku dengan ibu yang kemudian ibuku memberi saran yang menurutku ini keputusan yang terbaik agar persahabatanku dengan mereka tak terpecah belah, ataupun tak membuat mereka bertengkar.
Kutelepon rafa untuk mengajaknya pergi kedekat danau itu dan kuhubungi tara yang dengan cepat mengiyakan ajakanku, syukurlah saat ku sampai disana sudah ada rafa yang duduk sendiri di tepi danau itu.
“Hai, maaf ya lama” ucapku yang kemudian duduk disebelah rafa. “Tak apa, ada apa kenapa kau mengajakku datang kesini?” tukasnya yang seperti biasa tersenyum hangat padaku. “Aku sebenarnya mau menjawab pertanyaanmu dengan tara tentang perasaanku saat ini”. Terlihat rafa sangat penasaran dengan perasaanku saat ini.
“Aku sebelumnya minta maaf, jujur aku menyukaimu bahkan aku ingin sekali menerima pertanyaanmu tempo hari. Tapi setelah kupikir-pikir aku tidak bisa menerima pertanyaanmu itu ataupun tara. Aku hanya ingin kita bersahabat seperti dulu, maaf”. Tapi tiba-tiba ada suara seperti seseorang yang menginjak ranting, dan ternyata kulihat dengan rafa dia adalah tara yang sedari tadi menguntitku dibalik pohon. Dia terkejut saat kupanggil. “Tara, tunggu!!” kutarik tangannya membuatnya berhenti berlari “kau kenapa!” “Aku sudah tahu jawabannya kau lebih menyukai kak rafa dibanding aku, aku sadar selama ini aku sudah memaksa kak rafa untuk tidak menyukaimu rat, kuharap kalian menjadi pasangan yang baik ya, aku pergi dulu, kak maafkan aku”. Kulihat tara memeluk rafa, mereka tersenyum dan saling meminta maaf. “Tara, aku dengan ratna tidak ada hubungan apapun bahkan keputusannya tidak memilih diantara kita, dan lebih memilih persahabatan kita, kau jangan pergi, kau tahu tidak ada siapapun selain kau tara, orangtua kita sudah tiada dan kau ingat kita harus bersama kan?”. “Baiklah, maksudnya itu tidak benar, ratna kenapa kau memutuskan seperti itu, kau kan menyukai kak rafa?” aku hanya tersenyum mendengar perkataan tara. “Aku tidak ingin persahabatan kita runtuh hanya karena masalah ini, dan sekarang aku tidak ingin melihat kalian bertengkar bahkan berantem dan aku ingin persahabatan kita tetap terjaga sampai selamanya, dan tentang perasaan biarlah waktu yang akan menjawabnya nanti, oke”. Ucapku mengangkat kedua jari kelingkingku keatas dan mengaitkannya kejari rafa dan tara dan berakhir dengan senyuman yang merekah di wajahku dengan rafa dan tara sembari berkata.
“Sahabat selamanya!! Ha..ha..”.
The end.
Cerpen Karangan: Frida Alawiyah Blog / Facebook: Frida Al_awiyahrifa Hai, nama saya frida alawiyah Maaf kalau ada salah kata dalam cerpennya.