Selama ini, kukira kamu baik. Ternyata kamu lebih buruk dari seorang musuh.
Namaku fara, aku memiliki seorang sahabat bernama Adel. Kita bersahabat dari bangku SMP hingga kini kita sudah di bangku SMA. Dia tahu segala rahasiaku, Ya, Aku sangat mempercayainya!
“woy Fara!” teriaknya. Sontak aku menoleh ke arahnya dan melambaikan tangan pertanda menyuruhnya untuk kesini. Adel pun menghampiriku. “lagi apa lo, far? nugas?” tanyanya. Dia itu bodoh atau apa sih? Jelas-jelas aku lagi main game dadu di ponselku. Biarlah, aku tak menjawab pertanyaannya. “eh masa si Rika ngegosipin lo, kalau lo itu murahan, ga tau diri, trus lo suka rebut pacar orang!” ujar Adel kepadaku. “udah lah, biarin aja. Yang penting gue ga ngerasa seperti itu.” Ucapku tetap fokus pada gameku. “tapi lo tuh ya baik bener sama orang, diinjak mulu lo!” ujarnya memanas. Aku heran dengan Adel, aku yang dihina kok dia yang panas sih? Aku biasa saja tuh.
Bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan ke luar kelas, tapi tidak denganku. Aku ditarik paksa oleh Rika ke rooftop sekolah. Disana sepi, hanya ada aku, Rika dan genknya Rika. Mereka menyudutkanku hingga tubuhku terbentur dinding. Jujur aku bingung, aku punya salah sama mereka? “heh! Lo tuh ya.. kalau mau ngomong gitu, depan gue sini!” bentak Rika kepadaku. Sontak aku terkejut, rasanya aku tidak pernah bicara macam-macam tentangnya. “maksud lo apa?” tanyaku. “halah.. ga usah sok suci deh lo! Gue tau kalau lo ngomong, gue itu murahan, ga tau diri, trus suka ngerebut pacar orang! Gue tanya ya, emang lo pernah ngeliat gue sama laki-laki? Pernah liat gue jalan sama pacar orang?! Kapan?!!” ucapnya penuh nada penekanan. Aku tambah bingung, bukannya dia ya yang bicara seperti itu? “loh? Bukannya lo yang bilang gue seperti itu ya?” tanyaku.
Bingung sekali, mereka aneh! Setelah kutanyakan itu, mereka makin menyudutkanku. “maksud lo apa?” tanyanya balik kepadaku. “gue tau dari Adel kalau lo ngegosipin gue.” Ucapku jujur. “Adel? Dia juga yang beri tau gue kalau lo ngatain gue kaya gitu.” Ucapnya. “wah.. berarti kita diadu domba sama Adel!! Maafin gue ya, Far! Wah parah sahabat lo itu.” ucapnya lagi. “mulai sekarang, jangan panggil dia sahabat. Dia itu lebih parah dari musuh.” Ujarku dingin. “sekarang, kita samperin aja tuh si Adel.” Usul Rika. “tak usah.” Ucapkku menolak.
Memang benar, teman tak bisa dianggap sahabat. Teman hanya datang disaat merasa butuh hiburan. Dan teman bisa jadi musuh dalam selimut dan memang kau bermuka dua.
Cerpen Karangan: Aulia Berliani Blog / Facebook: Aulia Berliani