Jam menunjukkan pukul 5 sore, aku melangkahkan kakiku menuju rumah singgahku, aku berjalan menyusuri setapak yang sepi ini, hari yang melelahkan sehabis kerja seharian, sepertinya akan kugunakan waktu luangku untuk istirahat.
Sepi Sepi Sepi Di rumah ini memang sepi dan biasanya juga selalu sepi karna memang aku tinggal sendiri. Yah aku memang workholik sejati aku menyibukkan diri bekerja setiap hari bahkan saking sibuknya bekerja terkadang aku lupa waktu, bagiku bekerja adalah prioritas utamaku.
Drrrrr… Hanphoneku berbunyi (call Mita) “halo” “halo lit, ada acara sabtu besok gak kita weekend dan hangout yuk bareng linda, aulia, bobby dll, cuma teman-teman kantor kok yang ikut” “aduh mit, maaf yah aku gak ada waktu besok, aku sibuk bye mit” Aku menutup telephoneku dan beranjak untuk tidur.
Huffft hari yang melelahkan menguras fikiran dan emosi, hari ini aku tidak tau apa yang aku rasakan.. Apakah aku bingung? Lalu apa yang aku bingungkan Ataukah marah? Tapi marah sama siapa, saat ini aku sendiri tidak ada orang lain. Mungkin kesal? Hahahaha apa yang aku kesalkan Sedih? Tidak mungkin untuk apa sedih aku sudah punya segalanya pekerjaan, uang, harta yah itulah semua yang aku punya. Sekarang seharusnya aku bisa tertawa bahagia karena aku sudah sukses apa yang aku impian semasa kecil sudah tercapai tapi tetap saja ada hal-hal yang mengganjal di hatiku dan diam-diam aku mendambakannya itu entah apa namanya sulit untuk dijelaskan. Sudahlah lupakan semuanya saatnya tidur.
Seperti biasa jika hari kerja tiba jalanan di kota ini selalu ramai dan disinilah aku duduk si halte menunggu taksi, beberapa menit taksi yang ditunggu tak kunjung datang padahal aku sudah siap-siap sejak pagi tadi karna hari ini ada rapat dengan klien dan bos mempercayakan aku mempersentasikan semuanya.
“aduh sudah setengah 7 lagi bisa-bisa aku terlambat nih” Aku bergegas kepangkalan mencari ojek, aku harus cepat sampai kesana dan aku tidak ingin proyek kali ini gagal karena ku selalu berhasil mengambil hati klien, bos sangat percaya padaku dan aku tidak ingin mengecewakannya bisa-bisa jabatanku sebagai ketua di kantor terancam, tidak akan kubiarkan hal itu terjadi, tidak akan kubiarkan.
Saat ingin belok ke pangkalan ojek tiba-tiba sedan hitam berhenti di depanku dan menurunkan kaca mobilnya. “mau bareng gak?” katanya menawarkan tumpangan. “gak usah aku mau naik ojek saja” jawabku menolaknya. “gak takut terlambat, hari ini ada meeting dengan klien kan?” Kok dia bisa tau yah “iya aku tau, tapi aku tidak ingin merepotkanmu bob, lebih baik pergilah nanti kau ikut terlambat lagi” kataku agak mengusir. “kau mengusirku lit? Hahahaha lagi pula jika aku terlambat tidak akan repot, tapi jika kau yang terlambat apa kau sudi aku yang menggantikanmu” “apaaaaaa” Kata-katanya itu membuatku syok dia tau kelemahanku, aku memang cukup berhati-hati padanya sepertinya dugaanku selama ini benar dia mengincar posisiku. Walaupun dia anak CEO di perusahaan kami tapi aku yang pantas mendapatkannya karna hasil kerja kerasku sendiri dan dia tidak boleh seenaknya memanfaatkanku.
“kenapa?? mau gak” “iya deh” Kataku mengiyakan karna perkataannya itu aku jadi khawatir dan juga memang tidak ada pilihan lain jika tidak ingin terlambat sampai ke kantor.
Hening… hanya ada suara sayup-sayup kendaraan dari luar yang terdengar dari dalam mobil ini, dan sekarang aku jadi tidak mood.
“lit, kemarin sibuk banget yah sampai tidak mau datang ke acara lounching buku aku padahal ku sudah mengundangmu loh” “masa sih tidak ada undangan yang sampai tuh” “bukannya jumat sore mita menelephonemu, tapi katanya kamu sibuk” “iya, tapi dia gak bilang mau acara lounching buku dianya bilang hangout aku tidak ada waktu untuk itu, lagi pula jika kau yang mengundangku kenapa mesti menyuruh orang lain” “ohhh begitu yah hmm iya itu aku yang menyuruhnya kok soalnya kalau aku yang mengundangmu kau pasti tidak datang” Aku tidak mengerti maksud orang ini, apa bedanya dia dengan mita akupun tidak menghiraukannya aku tidak ingin berdebat.
Lama tak ada suara akhirnya dia berbicara lagi. “lit maaf yah aku lancang tapi kenapa sih kau itu terlalu serius, cuek, dan jutek terutama sama aku” “memang kenapa? Apa untung dan ruginya aku untukmu lebih baik kau urusi saja dirimu sendiri kalau kau mau mengambil posisiku jadi ketua jangan berbuat curang tapi raihlah dengan prestasi jangan memanfaatkan kelemahan orang lain” Akhirnya aku mengatakannya walaupun membuatnya tersinggung dan dia refleks menatapku sepertinya dia tidak percaya apa yang kukatakan mungkin dia kaget aku mengetahui semuanya. Dia diam sejenak dan akhirnya berbicara.
“Lita aku sedih ternyata selama ini aku benar kau menaruh curiga padaku dan tidak menyangka kau bisa berfikir seperti itu. Memang dulu aku memang ingin mengincar posisimu tapi sekarang tidak lagi seleraku sudah hilang, dan lagi pula aku hanya ingin berteman denganmu apa itu salah?”
Aku diam seribu bahasa LAGI PULA AKU HANYA INGIN BERTEMAN DENGANMU kata-katanya itu membuatku bungkam, aku seperti terbangun dari tidur panjangku baru kali ini ada orang yang mengatakan ingin berteman denganku walaupun aku mempunyai teman sekolah dulu tapi mereka hanya memanfaatkanku tidak benar-benar tulus dan itulah alasannya aku berhati-hati dan cuek ke semua orang.
“sudahlah bob, lupakan semuanya lebih baik kau fokus menyetir aku tidak ingin terlambat” “ok nyonya Nuralita Kesuma, sebentar aku ke ruanganmu yah aku mau kau membacanya bukuku” kata bobby memohon dan di sepanjang perjalanannya dia selalu melemparkan lelucon-leluconnya itu dan sukses membuatnya ketawa, dan aku tidak tau kenapa aku bisa tertawa ini seperti bukan diriku yang asli.
Sudah seminggu sejak pertemuanku dengan bobby itu aku makin akrab saja dengannya seperti setelah rapat dengan klien dia mengajak makan siang bersama dan membaca bukunya yang cukup keren itu semua teman kantor menatap kami heran, bukan apanya aku dulu sangat alergi serta tidak pernah berbicara dengan seorang yang bernama Bobby Kusuma Ningrat itu dan lucunya aku bahkan sudah melupakan niat jahatnya itu dalam sekejap. Aku juga tidak mengerti ini mengapa bisa terjadi mungkin berteman dengan dia yang seorang humoris rasa hampa yang aku rasakan agak berkurang.
Cerpen Karangan: Tri Juwita Facebook: Tri Juwita Cerpen pertamaku.