Yah akulah seorang Lita wanita berusia 23 tahun yang merasakan kehampaan itu sejak berumur 6 tahun ayah dan ibuku bercerai saat itu ibu pergi dari rumah sejauh mungkin, aku tidak tau kemana dan penyebabnya apa dan tinggal bersama ayah bukanlah hal mudah dan saat ku tau mama pergi dari rumah karna ayah berselingkuh rasanya hatiku seperti dihujam duri yang tajam dan bayangkan saat ayah menikah dengan istri barunya dia menitipkanku ke rumah nenek dan membawa istri barunya pindah keluar negeri. Sejak tinggal di rumah nenek aku kurang kasih sayang kedua orangtuaku akibatnya aku jadi pendiam, sulit bergaul, dan hari-hariku selalu suram. Kurang lebih 16 tahun aku tidak bertemu mereka lagi hanya lewat telepon kami bertukar kabar dan hanya mengirimkanku uang biaya sekolah, sampai sekarang aku hidup mandiri.
Aku mengerti sekarang mengapa aku selalu sedih sepulang kerja karena sejak kecil aku sudah terlahir sebagai anak broken home merasakan hampa yang berkepanjangan, kurang kasih sayang, cinta dan ketulusan. Hatiku yang dulunya lunak seiring berjalannya waktu berubah jadi keras sekeras batu dan entah kapan akan menjadi luluh.
“tok… tok… tok…” “masuk” Jawabku yang sukses membuatku terbangun dari lamunan karna suara ketukan. “Lita dipanggil bos tuh, katanya ke ruangannya sekarang” kata Dini sekertarisku. “iya aku akan segera kesana”
Dan ternyata bos mempercayakanku lagi untuk kerja proyek baru, dan proyek kali ini aku ditugaskan bekerjasama dengan bobby, aku sangat antusias.
Hari yang panas matahari bersinar terik, yah disinilah aku bersama bobby yang mengerjakan proyek baru itu, kuperhatikan dia sedang mengobrol dengan rekan kerja kami sepertinya dia sangat serius, keringat di dahinya menyucur di pelipisnya dan sukses membuatku tersenyum dia refleks melihat kearahku dia tersenyum juga awalnya aku kaget tapi akhirnya aku ikut tersenyum kembali, lama kami saling berpandangan dan akhirnya aku mengalihkan pandangan kearah lain dan kembali bekerja.
“boleh duduk disini?” “boleh kok” kataku yang mengambil jeda intuk istirahat di bangku taman dan bobby mengambil tempat di sampingku. “pemandangannya indah yah kamu memang pintar pilih tempatnya” “hahaha apaan sih bob, tempatnya yang memang indah kali” “anginnya disini sejuk sesejuk hatiku melihatmu yang akhirnya bisa tersenyum, bunga-bunga disini juga cantik-cantik secantik wajahmu” Kata bobby sambil menatapku, aku menatap balik dan akhirnya tawa kami pecah bersamaan. “hahaha kamu lucu banget sih aku jadi geli tau” “nah gitu dong lit, sesekali tersenyum kenapa sih nikmati hidup” Katanya lagi sambil menyenderkan kepalanya ke bangku taman mengadah ke langit, akhir-akhir ini pembicaraanku dengan dia semakin lumer saja. “makasih yah bapak Bobby mau menjadi temanku, aku sangat bahagia punya teman sepertimu” “sama-sama ibu Lita aku juga dengan senang hati mengenalmu, tapi kalau boleh tau apa yang membuatmu sedih selama ini aku kepo loh” katanya sambil menyengir kuda.
Akhirnya aku menceritakan semuanya masa-masa kelamku itu, aku juga tidak mengerti mengapa dia yang aku percayakan padahal selama ini aku selalu menyimpan rapat-rapat masalahku sendiri tapi saat melihat dia yang serius serta muka tulusnya itu akhirnya aku luluh juga.
“sudahlah tidak usah bersedih lita, asal kamu tau aja aku juga punya masa kelam dan semua orang juga mempunyai itu, seperti aku yang sebenarnya bukan anak kandung dari pak Wijaya Kusuma Ningrat dia tidak mempunyai keturunan dan demi meneruskan usahanya itu dia harus mengadopsi seorang anak laki-laki yaitu aku dan aku selalu dipaksa jadi orang lain, dimasukkan sekolah yang bukan keinginan kita, bersikap formal setiap saat dan juga selalu menjaga nama baik keluarga Wijaya itu semua membuatku stres. Sifat asli aku mah cuek, apa adanya aku bahkan lebih menyukai menulis dari pada kerja kantoran dan semua itu aku korbankan selama bertahun-tahun, itulah sebabnya selama ini aku mengincar posisimu dulu supaya ayah bisa tau aku juga bisa sukses pimpin perusahaan tanpa merubah sifat asliku tapi aku kembali tersadar tidak sehebat kamu lagi pula jiwaku ada di seni menulis.
Ya ampun selama ini aku berburuk sangka kepadanya aku jadi merasa bersalah. Mendengar cerita bobby aku seperti mempunyai teman.
“tapi sering ketemu orangtua kandung kan?” kataku bertanya. “jangankan ingin bertemu, mengenal wajahnya saja tidak lit dan sampai sekarang aku tidak tau apakah mereka masih ada atau tidak” “ohh aku tidak tau, maaf yah membuatnya sedih” “tidak apa-apa… ngomong-ngomong aku sudah lama memperhatikanmu, kau tidak seperti teman yang lainnya kau hanya sibuk dengan duniamu sendiri dan tidak peduli bagaimana di sekelilingmu. Dan kamu harus janji yak sama aku harus lebih semangat lagi kita juga ada loh di sampingmu yang siap menerimamu” Aku mengangguk sambil mengangkat jari kelingkingku. “janji” “janji yah” Balasnya sambil menautkan jari kelingking kami.
“ehh lit, sekarang kita sudah berteman kan” “iya…” “mau gak jadi sahabat aku” “mau banget, dan mungkin memang kita ditakdirkan untuk bertemu karena kita senasib” “iya kita senasib dan nama kita juga agak mirip ada KUSUMAnya gitu, jangan-jangan kita jodoh lagi” “Apaan… hahahahaha” Kamipun tertawa bersamaan.
Yah bobby memang pandai membuat suasan yang tadinya dingin jadi cair, sedih jadi ceria, dari dia aku belajar banyak hal bahwa kita hidup harus banyak-banyak bersyukur jangan mengeluh karna masih banyak orang yang lebih menderita dari kita. Dia pernah cerita jika dia sedih dia tidak ingin tenggelam lebih dalam yang dapat membuatnya depresi dan lebih memilih melakukan hal yang positif. Aku sangat senang bertemu dan mempunyai teman seperti dia teman kerja sekaligus teman segala-galanya.
Dan sekarang aku bersyukur meskipun aku jarang bahkan tidak pernah bertemu lagi dengan orangtuaku setidaknya mereka masih ada dan sering menanyakan kabarku apakah aku baik-baik saja atau sebaliknya dan mereka sangat bangga kepadaku yang sudah dewasa dan mandiri ini.
Aku tidak boleh egois dan marah sama mereka bagaimanapun mereka adalah kedua orangtuaku berkat mereka aku ada di dunia ini dan mama hanya mengasingkan diri mengobati hatinya yang luka, papa keluar negri demi tuntutan pekerjaannya yang telah membiayai aku kuliah.
Dan semenjak aku berteman dengan bobby sifatku pun perlahan-lahan aku ubah yang tadinya cuek sekarang lebih peduli kepada teman-teman kantor dan ternyata mereka asyik tidak sejahat yang aku duga hanya saja sifatku yang selama ini yang dingin ke mereka.
Dan hal yang kucari selama ini akhirnya kutemukan, yang mengganjal di hatiku sudah hilang, aku menemukan orang-orang baru hebat yang membuat hatiku luluh, teman-teman yang nantinya akan berubah jadi sosok sahabat. Hari-hariku yang monoton, kosong dan hampa sekarang semuanya pudar.
Satu hal yang dapat kupelajari dari masalah ini adalah banyak-banyaklah bersyukur dan pergilah temukan kebahagiaanmu itu, jika kau tak menemukannya disini carilah di tempat lain jangan hanya menunggu jika kau tak kunjung mendapatkannya karena kebahagiaan itu bebas kita bisa ciptakan sendiri.
Cerpen Karangan: Tri Juwita Facebook: Tri Juwita Cerpen pertamaku.