“Assalamualaikum ukhti… namaku Irma, ukhti?” Ujar seorang anak SMA yang tengah berkenalan dengan anak baru disekolahnya. Irma adalah gadis remaja berkerudung yang sekarang sudah masuk kelas 3 SMA. Anak baru itu menjawab sapaan Irma dengan lembut “Waalaikumussalam ma, aku Tania… senang bertemu denganmu”. “Bisakah kita berteman?” Tania terdiam dengan pertanyaan Irma. Tania malu bila harus berteman dengan Irma yang sholehah, sedangkan dia sendiri tidak memakai kerudung.
Tak lama kemudian, hp Irma bergetar menandakan SMS masuk. *Ma, kamu dimana? Pak Arif nunggu kamu di ruang kepala sekolah! Cepet kesini yaa kayaknya penting* From: Silvi.
Setelah melihat SMS itu, wajah Irma menjadi tegang. Ia sudah mengira kalau kepala sekolahnya itu pasti akan menanyakan biaya sekolah yang belum juga dilunasi. “Kenapa ma? Kok kamu jadi gelisah gitu?”. “Nggak kok tan, aku pergi dulu ya… Assalamualaikum…”. Tanpa mendengar dulu jawaban Tania, Irma langsung pergi begitu saja.
Irma begitu tegang menghadapi pak Arif. Setelah masuk ke ruangan pak Arif, Irma kini merasa lega karena ternyata pak Arif tidak membahas soal biaya sekolahnya. Namun kali ini pak Arif memberi Irma secarik surat undangan event menulis novel antar sekolah. Betapa terkejutnya Irma saat itu “terima kasih pak… insyaAllah saya akan berusaha sebaik mungkin”.
Bel sekolah pun berbunyi menunjukkan waktu pulang. Setelah berdoa bersama dan berpamitan pada bapak ibu guru, Irma bergegas pulang berjalan kaki. Rumah Irma memang tak jauh dari sekolahnya. Namun saat Irma masih di gerbang sekolah, langkahnya terhenti. “Irma…” terlihat Tania yang memanggilnya sambil melambaikan tangan. Irma pun menghampiri Tania. “Assalamualaikum tan… kenapa kamu manggil aku?” “Eh, nggak kok ma, aku… emangnya aku pantas jadi temen kamu ma?”. “Kenapa nggak tan?” Tania menunduk dan menceritakan pada Irma alasannya ragu untuk berteman dengannya. Akhirnya sejak hari itu mereka berteman.
Sesampainya di rumah, Irma langsung mencari ibunya untuk memberi tahukan undangan yang diberikan pak Arif. “Alhamdulillah nak… ibu bangga sama kamu. Kamu semangat ya sayang, dan jangan lupa berdoa sama Allah. Supaya semuanya lancar dan kamu bisa meraih cita citamu”. Mereka berpelukan. Rasa tentram kini merambat di hati Irma setelah mendengar ucapan ibunya. Dan keinginannya semakin besar untuk mewujudkan cita citanya, meskipun tanpa sosok seorang ayah.
Dua minggu kemudian, waktu yang dinantikan Irma kini telah datang. “Assalamualaikum buk… Irma berangkat dulu buk… doakan Irma yaa” pamit Irma seraya mencium tangan ibunya. Seperti biasa, ibunya selalu memberi semangat yang membuat Irma semakin bersikeras memenangkan lomba itu. Semua telah dipersiapkan, dan Irma berangkat dijemput oleh pihak sekolah dan beberapa guru yang akan menemaninya.
Sampai di tempat lomba, Irma langsung menyerahkan novel karyanya. Hari sudah siang, dan Irma sudah diperbolehkan pulang. Satu minggu lagi pemenangnya akan diumumkan. Irma terlihat sangat pasrah akan hasil lombanya.
Keesokan harinya, Irma bersekolah seperti biasa. Disana ia disambut oleh Tania dengan penampilan yang berbeda. “Subhanallah tan, kamu pakai kerudung?” “Iya ma… aku pikir aku ini sudah wajib melaksanakannya. Makasih ya ma, kamu yang selama ini bikin aku jadi lebih baik”. Mereka berdua berpelukan dan berjanji akan bersahabat selamanya.
“Oh ya ma… kamu bikin novel apa? Gimana hasilnya?” Tanya Tania penasaran. “Aku bikin novel muslimah tan, hasilnya keluar satu minggu lagi.
Akhirnya satu minggu yang dinanti pun datang, dan ternyata Irma berhasil meraih juara satu. Ibunya sangat bangga pada Irma, karna Irma juga disuruh mengikuti lomba menulis antar kota. “Bu… kalau yang ini apa ibu setuju Irma ikut lomba? Tempatnya agak jauh bu…” “boleh lah nak… lanjutkan bakatmu, jangan memberatkan hati tentang ibu”. “Iya bu… Irma akan berusaha”.
‘Krings krings’ ponsel Tania berbunyi, ternyata Ibunya Irma yang menelepon. “Waalaikumussalam bu… ada apa?” Tanya Tania lembut. “Nak, apa kamu melihat Irma… dari siang dia belum pulang, dan sekarang sudah hampir larut malam” Tania menjadi panik. Akhirnya dia mengajak ibunya Irma untuk mencari Irma bersama sama dengan mobil milik Tania.
Mereka mencari hingga larut malam, dan Irma pun masih tidak bisa dihubungi. Akhirnya mereka pulang dan memutuskan untuk melanjutkannya besok pagi.
Setelah pulang ke rumah masing masing, ibunya Irma menerima telepon dari pihak rumah sakit. Betapa terkejutnya ibunya Irma mendengar anaknya itu kecelakaan. Tanpa pikir panjang, sang ibu langsung menuju rumah sakit dan ternyata sampai disana, Irma tersenyum manis pada ibunya. Ibunya menangis melihat kondisi Irma “ma… apa yang terjadi nak, kenapa bisa seperti ini?”. “Gapapa buk… Irma minta maaf ya buk… kalau selama ini Irma belum bisa bahagiain ibuk. Maaf buk… Irma banyak salah sama ibuk”. Ibu sontak kaget dengan ucapan Irma “apa yang kamu bicarakan sayang… selama ini kamu selalu membuat ibuk bahagia”. Sang ibum memeluk Irma, dan Irma membalas pelukan ibu. Namun tak lama kemudian, tangan Irma jatuh. Seketika ibu menjadi panik dan berteriak memanggil dokter.
“Innalillahi wainnailaihi rojiun… ibu yang sabar bu… anak ibu sudah meninggal” kata dokter itu. “Irma…” sang ibu menangis, ternyata permaafan Irma adalah ucapan terakhirnya.
Cerpen Karangan: Lia warokah Blog / Facebook: Rozi