Sahabat bagiku bagaikan burung pipit yang tak henti berkicau saat berada di perkumpulannya dan menjadi orang bisu saat bertemu orang baru. Saat itu aku menemukan beberapa orang yang dapat menghibur, membantu, mengingatkan, serta memperlihatkan. Begitu indahnya masa-masa remaja jika dilakukan bersama. Membuat dan menambah coretan di dalam buku kehidupanku. Menemukan yang sejalan, sepemikiran, dan bisa memberiku kenyamanan. Hingga tiba hari dimana aku pergi meninggalkan semua itu. Meninggalkan banyak kenangan dan berusaha untuk kuat dan berharap suatu saat bisa bertemu dangan orang-orang itu kembali.
Namaku adyli, bisa dipanggil ady, li, atau apapun asalkan jangan panggil dengan nama orangtuaku hehe… Sedikit bercerita, dulu saat aku SD aku tinggal di sebuah kota yang cukup unik, di sini aku tinggal dengan keluargaku. Hingga tiba saatnya aku lulus dan diminta oleh orangtuaku agar aku tinggal atau menyambung sekolah di kampung tempat nenek dan kakekku berada.
Seperti anak baru pada umumnya, yang tidak saling kenal dan tiada sapaan saat awal masuk. Untung di sini aku langsung punya kenalan yaitu keponakan kakekku sendiri. Cukup tantangan bagiku pindah dari kota ke kampung, mulai dari rumah nenekku yang berada di hutan, sunyi, sampai dengan bahasa yang kugunakan dengan orang-orang gunakan sangat berbeda, sehingga setiap orang berbicara denganku harus diartikan terlebih dulu.
Hari demi haripun berlalu, hingga aku menjadi terbiasa mendengar dan belajar bahasa orang sini. Temanku pun bertambah setelah aku memasuki salah satu organisasi terfavorit di sekolah ini. Di sini lah cerita persahabatanku dimulai…
Aku menemukan sahabat-sahabatku ini di sekolah tingkat pertama. Kami bertemu karena satu organisasi dan bertemu karena satu kelas. Sahabatku beranggotakan sepuluh orang dan termasuk aku. Terdiri dari empat gadis dan enam bujang. Setiap sahabatku ini memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Mulai dari mereka yang pendiam, ceria, alim, cerdas, baik, sedikit keren dan banyak tingkah mereka yang tidak bisa dijelaskan, butuh waktu dan lembaran yang amat panjang agar aku bisa menceritakan mereka semua.
Pada hari itu, tepat hari lebaran kedua pada saat aku dibangku SMP kelas 9. Sejak dahulu, aku dan sahabatku ini mempunyai kebiasaan, yaitu pergi ke rumah-rumah untuk bersilaturahmi. Perjalanan kami mulai pada pukul 13.00 WIB dan biasanya selesai pada malam hari. Dihari itu kami semua bahagia dan sangat kenyang tentunya, makan-makan di setiap rumah belum lagi ditambah dengan cemilannya. Selesai itu, jadwal terakhir pun tiba di rumahku. Di rumahku biasanya paling lama, mulai dari mereka menonton, sholat, dan bermain. Seakan rumahku itu milik nenek moyang mereka tanpa ada rasa sungkan sedikitpun. Sejak dahulu setiap ada perkumpulan pasti ada sesi dokumentasi yang selalu kuambil, terkadang secara diam-diam dan sedikit dengan terang-terangan.
Pada saat SMA kami pun berpisah. Di sekolahku, aku bersama dengan dua dari enam laki-laki sahabatku. Karena sekolah itu jauh dari rumah, sehingga membuat kami kos di sana. Yaa tentu saja kami tidak satu kosan, kita beda hahkah… jangan berprasangka buruk dulu yaah. Setiap pergi dan pulang ke rumah atau ke sekolah pasti aku selalu sama dengan temanku ini, pasti mereka menjemputku. Dulu kita pernah bertiga makan bakso di tepi jalan dan dengan kebiasaanku jika awal bulan pasti uang bulananku masih ada di tabungan dan belum kuambil. Selesai makan, aku seperti orang yang tak berdosa, aku diam dan pura-pura memainkan telepon genggamku,
“Li, uangmu mana?!”. Salah satu diantara mereka menagih (aku seakan terkejut dan tertawa, melihat wajah mereka yang seolah ingin mencubitku) “Biasa ini awal bulan, uangku gak ada. Lagian kalian yang ajak aku makan, yaa kukira kalian yang traktir”. Jawabku sambil senyum (mereka berhadapan dengan wajah pasrah dan tersenyum) Dan akhirnya mereka berdua menggabungkan uangnya untuk membayarkanku. Setelah itu merekapun mengantarkanku pulang.
Esokannya, di sekolah jam istirahat, mereka berdua berdiri di depan kelasku seperti rentenir dengan memasang wajah yang seakan seperti badut di mataku. Aku kira semua telah berakhir dan ternyata belum, mereka minta agar aku membayarkan jajananya di kantin. Melihat mereka aku tertawa karena ingat akan wajah pasrah dan jelek yang terpancar pada wajahnya.
Hari libur pun tiba, aku dan sahabatku berencana untuk pergi bertamasya ke beberapa tempat, yang mana kami menyewa semua waktu kami dihari itu untuk menghabiskan waktu bersama. Mulai pagi hingga malam akan kami hadang. Panas hujan pun akan kami tempuh.
Esokannya di mana hari itu, hari kami berangkat. Kami berangkat pada pukul 09.00 WIB, saat itu kami pergi menggunakan beberapa motor. Tujuan pertama kami saat itu adalah sebuah sungai, sungai yang indah bak dalam mimpi. Di sini kami merayakan ulang tahun temanku, kita merayakannya dengan sesederhana mungkin, hanya membawa roti dan membawa nasi untuk makan bersama-sama, roti yang kami bawa bagaikan kue tart dan saat itu kami hanya menggunakan lilin tangan yang dianggap bagaikan lilin asli.
Setelah kami selesai makan, kami melanjutkan berenang dengan berpindah ke tempat lain. Di tempat ini kami menemui dua anak kecil yang ingin melompat ke sungai. Pada saat itu akupun ingin melompat dan ikut berenang dengan mereka, dengan kepercayaan diri yang tinggi aku langsung melompat ke sungai itu. Pikirku setelah melompat bagaikan berada di tengah tebing yang sulit bagiku untuk naik ke atas. Aku kira sungai itu dangkal karena dua anak kecil itu tidak sepertiku. Di dalam air kakiku seakan tidak bisa digerakkan, keram dan akupun meminta tolong kepada sahabatku, aku panik dan aku takut bahwa aku tidak akan selamat. Pikiranku di dalam air bahwa aku akan bertemu Malaikat Izrail saat itu. Kacau, bukannya mereka membantuku malah mereka melihat dan menertawakanku, mereka menganggap jika aku itu hanya bercanda karena posisiku itu dekat dengan tepi sungai. Tidak tahu aku tidak dapat marah dalam posisi itu kepada mereka, hanya panik, panik dan panik. Saat aku tidak bisa bergerak dan tidak begitu bereaksi, baru para bujangan itu membantuku. Jantungku berdetak kencang lebih kencang dari orang yang baru jadian.
Setelah aku naik, aku marah kepada temanku karena mereka tidak percaya denganku, malah mereka menertawakanku kembali. “Siapa suruh kamu turun duluan, dengan gaya-gayaan lompat segala”. Jawab salah satu temanku. “Yaa aku berpedoman dengan anak kecil itu” jawabku lagi. Dan mereka membalaskan dengan senyuman yang membawa kamarahan bagiku.
Setelah itu kami pulang, lalu melanjutkan ke tempat selanjutnya. Hari itu sangat berkesan bagiku di tempat ini aku dan temanku naik permainan kora-kora namanya. Di atas kora-kora ini aku juga sempat membut video dan tertawa melihat ekspresi yang terpancar dari wajah mereka. Wajah yang pucat bagaikan mayat hidup dan tubuh yang lemas seakan mati besok. Tertawaku saat itu terbalas dengan kejadian di sungai, sangat adil, karma yang datang begitu cepat hahaha… Setelah bermain, kami juga mengambil foto di beberapa tempat yang bagus. Dan tanpa disadari haripun sudah senja, kami berhenti untuk beristirahat dan makan di warung terkenal di kota ini.
Setelah makan, baru kami memutuskan untuk pulang. Butuh waktu 4 jam untuk kami pulang, karena hujan sangat lebat dan gemuruh seperti dentuman ombak yang keras membuat kami takut dan berhenti lagi.
Setibanya di rumah, aku menyusun semua foto yang telah kami lakukan pada hari itu, fotonya bagus semua, apalagi ekspresi para sahabatku yang pucat bak mayat. Ingin rasanya kubagikan kebahagiaan hari itu, tapi sayang tidak akan cukup untuk akunku menampungnya.
Beberapa minggu setelah itu, aku mempunyai masalah keluarga yang mengharuskan aku untuk pindah sekolah dari kota itu. Awalnya aku dan para sahabatku ingin makan-makan di sebuah warung kopi baru dekat dengan sekolahku, tapi aku tidak memberi tahu sahabatku bahwa aku akan pindah, karena itu baru rencana dan aku perlu mencari dahulu sekolah dengan kursi kosong.
Dua hari setelah itu, tanteku menghubungi ibu dan mengatakan jika ia telah menemukan sekolah baru yang akan mengadakan tes bagi siswa pindahan. Tes tersebut akan dilaksanakan dua hari lagi. Mendengar kabar itu, aku diminta oleh ibu untuk berangkat esok hari agar aku bisa mengikuti tes tersebut.
Pada malam itu juga aku langsung menghubungi grup sahabatku, dan memberitahu bahwa aku akan berangkat besok pagi. Mereka semua terkejut, aku sedih air mataku pun jatuh tak henti, bagaikan hujan deras. “Aku harus pergi guys, ini perintah. Tenanglah aku tak akan lama kita akan bertemu dilain waktu”. Ucapku melalui pesan suara. Aku berusaha tegar dan semuanya nangis. Kenapa aku meninggalkan mereka, padahal masih banyak rencana tempat jalan-jalan yang akan kami kunjungi.
Aku percaya Tuhan pasti telah merencanakan yang terbaik, dan mungkin ini yang terbaik untukku. Pada saat dihari aku dan sahabatku menghabiskan waktu bersama, itu diberi oleh Tuhan agar teman-temanku bahagia dan menikmati jalan-jalannya hingga yang biasanya tidak mau diajak berfoto, dihari itu ingin berfoto dan itu semua telah kusimpan di sebuah dokumen penting bagiku. Semua itu akan berguna untuk aku bisa mengenang para-para mereka semua, walaupun itu bagiku tidak mudah dan begitupun bagi sahabatku.
Keesokan harinya, sebelum aku berangkat menuju kota tujuanku dan pergi meninggalkan kota itu, aku singgah sebentar di kosanku untuk mengambil beberapa perlengkapan pentingku. Saat aku mau berangkat, sahabat yang satu sekolah denganku datang, aku terkejut dia datang dan langsung memberi tangannya, dan aku memegang tangannya dan ternyata dia ingin menyalamiku… hahaha sahabatku satu ini emang berbeda, dan dia berkata “hati-hati plen” lalu ia pergi. Padahal aku belum sempat menjawab perkataannya, saat ia memutar kendaraannya aku melihat dia menyeka air matanya. Melihatnya begitu aku sedih, ternyata dia juga bisa menangis seperti orang pada umumnya dan punya rasa peduli yang tinggi. Kemudian aku berangkat dan meninggalkan tempat yang banyak kenangan ini.
Akhirnya akupun tiba di bandara kota tujuanku. Di sana aku dijemput tante, selama perjalannan aku melihat disekelilingku dan berkata dengan hatiku (selamat datang di tempat baru, selamat datang ady, dan semoga kamu betah). Aamiin ucapku…
Besoknya aku mengikuti tes untuk memperebutkan satu kursi di sekolah ini, dan aku bersyukur aku berhasil dalam tes ini, aku bisa menyingkirkan lawan-lawanku. Di sekolah baru ini cukup asik menurutku, teman-temannya yang ramah dan menyambutku terbuka. Tetapi, aku masih tidak bisa melupakan kenangan dan sahabatku yang jauh di sana. Mereka masih terngiang dalam benakku.
Setiap pulang sekolah, aku pasti membuka dokumen penting tentang para sahabatku itu. Tidak rugi dan ada untungnya bagiku sering mengambil foto mereka, dan sangat bermanfaat bagiku karena aku bisa mengobati rindu tentang mereka. Begitu banyak kenangan yang telah kulalui bersama mereka, setiap jalan, setiap waktu dan setiap saat yang kami lakukan itu sangat berkesan dan menjadi kenangan manis dan indah bagiku, dari pada kenangan yang pernah kulalui dengan para-para mantan yang begitu membosankan. Sampai jumpa sahabat, coretan yang kalian beri dilembar hidupku sangat berarti. Semua ini biarlah hanya jadi kenangan dan aku yakin kita akan bertemu diwaktu yang telah direncanakan Tuhan…
Cerpen Karangan: Adela Dwi Yanti Blog / Facebook: Adela Dwi Yanti Adela Dwi Yanti, kelahiran Agustus 2002. Mahasiswa Politeknik Ketenagakerjaan program studi D-IV Relasi Industri