Pagi hari yang cerah membuat hari minggu Egi terasa sangat menyenangkan.
“Egi kamu mau pergi kemana pagi-pagi sekali?” Anak laki-laki berusia 8 tahun itu langsung menaiki skuter, meninggalkan sarapan yang sebelumnya sudah disiapkan ibunya. Sekarang adalah hari libur, waktunya untuk bermain bersama Ann, sahabatnya. Egi terus mendorong skuter dengan kaki mungilnya untuk menuju rumah Ann. Tepatnya di sebuah gang luas di jalan Anggrek. Egi dan Ann memang tinggal di sebuah kompleks perumahan yang sama, namun rumah mereka tidak bersebelahan. Egi tinggal di jalan Mawar, berjarak 10 meter dari rumah Ann.
Egi langsung menghentikan skuternya ketika sampai di depan rumah Ann, rumah minimalis berwarna abu-abu dengan pohon mangga besar di depan pagar. Lalu Egi memanggil gadis kecil itu. “Ann, yuk kita main.”
Ann yang sudah menunggu Egi di kamarnya langsung keluar untuk berpamitan kepada ayah dan bundanya yang sedang sarapan saat itu. “Ann mau main sama Egi dulu ya.” “Iya nak, hati-hati ya.” “Iyaa…”
Egi sangat bersemangat dan langsung melambaikan tangan kecilnya ketika melihat Ann keluar dengan skuter merah mudanya. Ann tampak sangat cantik. Ia memakai gaun berwarna merah muda dengan rambut yang dikepang. Ann juga memakai pita di kepalanya, itu membuatnya semakin cantik. Mereka berdua memakai sepatu sneakers berwarna putih. Seperti biasa, Egi dan Ann akan mengelilingi kompleks dengan skuter kecilnya. Tapi hari ini mereka berencancana untuk ke taman bermain di ujung kompleks perumahan. Namun, sebelum Ann menaiki skuternya, Egi sudah melaju didepannya. “Ann aku duluan ya, hahaha.” “Tungguin aku Egi…” “Nggak mau.”
Mendengar hal itu, raut wajah Ann jadi cemberut. Ann langsung menyusul Egi yang sudah mendahuluinya. Karena Ann marah, ia tidak menyadari bahwa ada lubang yang cukup besar di depannya. Skuter Ann pun jadi goyah, sehingga membuat ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Egi yang sudah melaju di depan Ann pun menoleh saat mendengar skuter Ann yang sudah terbentur ke jalan. Egi langsung menghentikan skuternya dan menghampiri Ann. “Ann kamu nggak papa?”
Ann duduk di samping skuter dengan suara tangisannya. Kedua lutut Ann tergores aspal dan berdarah. Rasa goresan yang perih membuat Ann menangis. Lalu Egi pun segera membersihkan lutut Ann dari kotoran yang menempel di lutut sahabatnya dengan perlahan-lahan. Egi jadi merasa bersalah kepada Ann “Kita pulang aja ya Ann.” Ucap Egi dengan rasa khawatir. Tapi Ann tidak mau, ia berkali-kali menggelengkan kepalanya.
“Jangan nangis lagi ya Ann, kalau Ann berhenti menangis nanti Egi belikan ice cream.” Bujuk Egi Mendengar kata ice cream, Ann perlahan-lahan mulai berhenti menangis. “Beneran ya Egi.” “Iya beneran Ann, tapi Ann nggak boleh nangis lagi ya.” “Iya deh.” Ucap Ann dengan semangat
Egi dan Ann menggiring skuternya dengan perlahan menuju taman bermain itu. Taman bermain itu memiliki banyak tempat permainan seperti ayunan, jungkat-jungkit dan prosotan. Tempat itu sering didatangi anak-anak dari kompleks perumahan ini, sehingga kedua sahabat itu senang saat datang kesana untuk bermain bersama. Sesampainya mereka disana, Egi mengajak Ann duduk di sebuah bangku kecil di pojok taman. “Kamu tunggu dulu disini dulu ya Ann.” “Iya Egi.”
Egi pun langsung bergegas menuju warung di seberang taman untuk membeli plester dan ice cream stroberi. Ann yang duduk di bangku taman itu pun tidak menangis lagi, karena Egi sudah membelikan ice cream favoritnya. Lalu Egi segera merekatkan plester yang baru saja ia beli ke lutut Ann yang terluka dengan hati-hati. “Kakinya masih sakit nggak Ann?” “Nggak.” “Pasti karena ada ice cream kan.” Ucap Egi sambil tertawa. Ann sangat fokus memakan ice cream itu, sampai Egi dihiraukan.
“Ann kalau kamu udah besar nanti kamu mau jadi apa?” Tanya Egi dengan penasaran “Aku mau punya toko ice cream yang besar.” “Hmm… Ice cream lagi.” “Biarin.”
Nanti kalau Ann punya toko ice cream, Ann bisa makan ice cream sepuasnya. Pasti orang-orang juga suka ice cream buatan Ann. “Egi nanti juga boleh deh makan ice cream di toko Ann. Tapi nanti kalau Ann udah pergi, Egi janji ya harus punya toko ice cream.” “Ih, Ann kok tiba-tiba bilang gitu sih.” “Tapi Egi janji ya bakal bikin toko ice cream juga.” “Iya deh, aku janji.” “Horee… Egi emang baik.” Setelah Ann menghabiskan ice cream nya, Egi segera mengajak Ann untuk pulang.
Keesokan harinya Egi kembali bersiap untuk ke rumah Ann dan mengajaknya ke taman kompleks. Sesampainya di sana, Egi terkejut dengan adanya sebuah truk besar di depan rumah Ann. Egi pun langsung turun sambil menggiring skuternya. Egi sangat kebingungan melihat orang-orang yang sibuk mengangkut barang dalam rumah Ann ke truk besar itu. Lalu dilihatnya bunda Ann yang sedang membawa kardus berisi barang-barang Ann. “Bunda mau kemana?” “Bunda sekeluarga mau pindah ke Surabaya nak, karena kakek Ann tiba-tiba sakit.” Egi yang semula tidak tahu apa-apa itu pun sontak terkejut dan sedih saat mendengar jawaban dari bunda.
Setelah orang-orang yang sibuk dengan barang-barang itu diam, suasana menjadi semakin senyap. Lalu dilihatnya Ann dengan boneka beruang yang sedang ia pegang. Ann yang biasanya tampak ceria itu berbeda dengan Ann yang Egi lihat sekarang. Wajahnya yang begitu murung, membuat Egi bertambah sedih. Ketika Egi dan Ann bertatapan, mereka tidak bisa lagi membendung air matanya. Seketika air mata pun menetes dari kedua mata sahabat itu. “Ann mau pindah ya.” “Iya, maafin Ann ya Egi.” “Ann ayo naik ke mobil. Kita akan segera berangkat nak.” “Iya yah.” Ann pun meninggalkan Egi yang juga menangis saat itu.
Sebelum Ann pergi, ia kembali menemui sahabatnya itu. “Egi nggak lupa kan janji Egi ke Ann?.” “Enggak, Egi janji akan punya toko es cream untuk Ann.” “Egi, aku pergi dulu ya. Ann bakal rindu sama Egi” “Egi juga pasti rindu. Ann hati-bati ya di jalan.” “Iya. Daa Egi.” “Daa Ann.”
Setelah mobil hatchback itu hilang dari pandangan Egi, ia langsung kembali ke rumahnya. Di rumah, Egi kembali menangis hingga membuat ibunya sangat khawatir. “Egi kamu kenapa nak?” “Ann pindah ke Surabaya bu.” Ibu Egi pun juga terkejut mendengar hal itu dan berusaha untuk menenangkan Egi yang masih sangat sedih.
Setelah beberapa jam kemudian, Egi bisa tenang meskipun ia masih sangat sedih. “Egi, ayo makan malam dulu nak.” “Iya bu.” Egi pun keluar dari kamarnya untuk makan malam di ruang tengah. Saat itu ayahnya sedang menonton berita di televisi. Namun tidak disangka, berita itu tiba-tiba mengejutkan keluarga kecil Egi. “Sebuah mobil hatchback berwarna merah, ditemukan jatuh di jurang. Tiga orang penumpang di dalam mobil itu dinyatakan tewas.” Egi yang semula sudah tenang, jadi menangis lagi. Mata Egi menjadi merah dan bengkak karena Egi tau bahwa itu adalah mobil milik keluarga Ann.
Sejak kejadian itu, Egi menjadi orang yang pendiam. Teman yang setiap hari bermain bersamanya, kini sudah pergi untuk selamanya. Setiap Egi melihat ice cream, ia akan selalu teringat dengan sahabatnya. Menurut Egi, Ann itu unik karena kecintaannya pada ice cream tidak sama sekali terpengaruh dengan cuaca. Meskipun sedang hujan, Ann tetap akan memilih ice cream dibanding coklat panas. Tapi itulah yang membuat Egi suka pada Ann.
Sudah 12 tahun berlalu, kini Egi sudah memiliki karier yang sukses. Namun, kesuksesannya tidak membuat Egi bahagia. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Egi masih memiliki 1 janji untuk sahabatnya yang sampai saat ini belum ia tepati. Itu membuat Egi selalu gelisah dan terus memikirkan Ann.
Pria berumur 20 tahun itu, akhirnya memilih untuk berhenti dari kantor tempat ia bekerja. Teman kantor Egi merasa heran padanya, padahal karier Egi sedang naik daun.Tapi itu tidak membuat Egi untuk membatalkan tekadnya. Egi sudah berjanji kepada Ann untuk membuat toko ice cream dan Egi harus menepatinya. Saat di rumah, keluarganya terkejut saat Egi mengatakan bahwa ia berhenti bekerja. “Egi berhenti dari kantor itu.” “Kenapa kamu berhenti Gi?” Jawab orang tuanya dengan kebingungan. “Egi mau bikin toko ice cream, sesuai dengan janji Egi pada Ann sewaktu kecil. Egi juga udah yakin.”
Kedua orangtua Egi pun setuju, karena itu mungkin adalah keputusan Egi yang sudah bulat. Mereka mendoakan Egi agar sukses dalam mendirikan toko ice cream yang selama ini sudah Egi janjikan pada sahabatnya.
Setelah 4 bulan, toko ice cream dengan tema cafe outdoor itu selesai didirikan. Namun, Egi bingung untuk mencari pembuat ice cream yang enak. “Kamu nggak pakai mesin ice cream aja?” usul ibunya. “Hmm… Nggak deh bu. Kalau pakai mesin, rasanya nggak bakal seenak yang dibuat dengan manual.” “Iya juga, sepertinya ibu kenal seorang pembuat ice cream yang enak.” “Wah, beneran bu?” “Iya, namanya Rika. Ibu kasih alamat rumahnya ke kamu ya.” “Iya bu.” Jawab Egi dengan senang.
Keesokan harinya, Egi pun pergi menuju alamat yang diberi ibunya. Sesampainya di sana, Egi disambut dengan ramah. Lalu Egi langsung menawarkan Rika untuk bekerja sama di cafe ice cream yang baru saja ia dirikan. Dan Rika pun setuju. Cafe itu manjadi populer karena cita rasa ice cream yang unik serta tempat yang modern untuk para remaja berkumpul. Egi pun merasa sangat senang karena bisa menepati janjinya pada Ann, si ice cream girl kesayangannya.
Cafe ice cream itu bernama “2000 Cream”. Tahun dimana sahabatnya telah pergi untuk selamanya.
Selamat jalan Ann…
Cerpen Karangan: Hanida Hafsya Tsabita Blog / Facebook: Hanida Tsabita