Sore itu begitu hangat dengan sinar matahari yang mulai redup di arah barat. Semenjak kakiku mulai bisa bergerak normal aku sering duduk di balkon ini. Pagi maupun sore. Dulu teman-temanku juga sering kesini, jika di rumahku kami menyempatkan berbincang santai di balkon yang tak terlalu besar ini. Karena ukurannya tak besar, ada kesan dekat dalam bicang-bincang kami. Dulu di tempat inilah kami semua mengeluarkan semua rahasia yang akan jadi rahasia kami bersama. Sampai merencanakan perjalanan jauh yang dapat melepas beban pikiran. Rencana itu benar-benar kami susun matang-matang dan kami telah siap untuk berangkat.
Namun ada satu musibah yang membuat kami menunda semuanya. Aku mengalami kecelakaan mobil yang membuat kakiku cedera. Aku berjalan menggunakan tongkat selama lebih dari 3 bulan. Mereka teman-temanku menunda perjalanan yang harusnya jadi perjalanan menyenangkan ke singapura. Walaupun begitu, aku meminta mereka untuk tak terlalu memikrikanku, kami bisa berlibur bersama lagi setelahnya. Aku tidak akan memaksa kalian menungguku untuk berangkat ke singapura. Mereka awalnya tetap ingin menunggu, namun karena liburan tinggal sebentar lagi, akhirnya mereka mempertimbangkan ulang lagi rencana itu.
Mereka janji akan berlibur bersama denganku di liburan Panjang berikutnya. Mereka janji. Sebenarnya aku merasa sedih karena akan kesepian jika mereka pergi berlibur, namun mereka akan pulang dengan cepat Kembali ke Surabaya. Aku sempat mengantar 4 temanku menuju bandara. Walaupun memang tak nyaman berjalan dengan bantuan tongkat. Namun aku tetap berusaha tak terlihat lemah. Kami berpamitan, berpelukan, dan bersenda gurau sebelum keberangkatan. Entah mengapa hari itu terasa berbeda. Ada rasa dalam diriku dimana sangat sedih mereka pergi berlibur. Namun aku tak mungkin mengacaukan liburannya dengan tingkahku kan?
Mereka berangkat pagi itu, aku pulang ke rumah dengan perasaan sepi. Entah mengapa ada hal yang rasanya ingin aku katakan sebelum keberangkatan tadi, tapi aku tidak tahu apa. saat sampai di rumah aku berkegiatan seperti biasanya orang sakit. Aku hanya berbaring dan menonton acara tv kesukaanku seharian, hingga ponselku berdering, panggilan dari salah satu temanku yang berangkat tadi. Namun hanya sebentar saja dan dia tak dapat dihubungi. Yah hal itu biasa terjadi di dalam pesawat. Mungkin dia ingin mengabari atau semacamya.
Pagi itu awan kelabu, begitu dingin udaranya dan gelap awan menutupi matahari yang tadinya cerah. Aku menonton tv dengan santai sampai sebuah tayangan berita mendadak memotong acara yang kutonton. Berita itu menampilkan sebuah pembawa berita membawakan informasi mengenai pesawat jatuh di laut jawa. Darah berdesir dalam tubuhku dan aku mencoba mencerna apa yang dia katakan. Aku tidak menanyakan nomor penerbangan temanku, lagipula tidak mungkin bukan? Teman-temanku?
Ketukan pintu yang cukup kencang tedengar dari luar kamarku, ibuku masuk dengan wajah panik. Tetesan air mata yang tipis nyaris tak terlihat membasahi pipi kirinya. Dia berlutut di depanku dan memperlihatkan ponselnya yang menunjukan chat dari orangtua temanku. “nak teman-temanmu nak” ucap ibu lirih
Aku masih mencerna apa yang dia maksud hingga aku akhirnya paham. Teman-temanku, tak akan pernah Kembali. Kami tak akan pernah berlibur bersama lagi, tak akan pernah bisa berbincang di balkon sederhana kami. Teman-temanku, mereka menyisakan kesunyian setiap pagi dan sore hari. Canda tawat terakhir kami adalah suara kebahagiaan kami sebelum teriakan mereka menggema di seluruh kabin pesawat yang malang itu. Teman-temanku, janji tinggalah janji.
Cerpen Karangan: Fadhlurrahman Ramdhani Blog / Facebook: Fadhlurrahman R Mahasiswa yang mencoba mengutarakan isi pikiran dan imajinasinya melalui tulisan
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com