Semua manusia pastinya memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Di cerpen ini saya menceritakan dua orang gadis remaja yang memiliki perbedaan mulai dari sikap, cara berpenampilan dan cara berbicara. Tetapi, karena ikatan persahabatan mereka mampu menyatu menjadi wanita yang lebih baik dari sebelumnya
Surat an-Nur ayat 31. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka”. Sangat jelas dikatakan pada ayat tersebut, bahwa sebagai wanita muslimah hendaklah menjaga dan menutupi aurat, agar terhindar dari pandangan-pandangan iblis yang sesat.
Perkataan ustadz masih terngiang-ngiang di fikiran Aisyah. Ia berfikir kehidupan bumi yang semakin tua tetapi, amal tidak bertambah. Aisyah, seorang gadis cantik dan Sholehah. Ia memutuskan untuk bersekolah umum, dan tidak masuk pesantren. Dikarenakan ia bercita-cita sebagai dokter tetapi, hal itu tidak menjadi penghalang baginya dalam mempelajari ilmu agama Islam. Di kelasnya, Aisyah terkenal dengan anak yang pintar, baik, sopan dan sholehah. Tetapi, semua sikapnya itu membuat teman-temannya enggan untuk berteman dengannya. Mereka sering mengejek Aisyah dengan memanggilnya ustadzah.
Aisyah hanya tersenyum membalas olokan dari teman-temannya. Karena ia tau “jika kita semakin dekat dengan Allah, maka banyak manusia yang menjauhi”. Mungkin ini sebuah ujian, agar Aisyah tetap Istiqomah dalam hijrahnya melawan bisikan-bisikan setan.
Pada saat pelajaran berlangsung Bu guru memperkenalkan seorang murid baru yang akan menambah siswa di kelas Aisyah. “Silakan perkenalan, nak” perintah Bu guru kepada siswa baru itu. “Halo semua, perkenalkan namaku Azizah. Salam kenal” ucap Azizah, dengan tangan yang sibuk memperbaiki rambutnya. “Haloo, salam kenal juga Azizah” jawab siswa secara serempak “Azizah, duduk di samping Aisyah ya” “Baik, Bu”
Siswa baru itu bernama Azizah, dengan gaya seperti laki-laki gelang hitam di tangannya, rambut sebahu dan anting di hidungnya. Azizah anak dari keluarga broken home, semenjak usia lima tahun, ayah dan ibunya sudah berpisah. Mungkin itu yang menyebabkan penampilan dan perilaku Azizah uring-uringan.
Sepanjang pelajaran Aisyah hanya terdiam, dan ia takut dengan penampilan Azizah yang seperti itu. “Azizah, salam kenal. Nama lo siapa?” Azizah mengejutkan Aisyah “Astagfirullah, eh maaf. Saya Aisyah” jawab Aisyah terkejut “Melamun mulu kerjaan Lo” “Tidak, saya sedang menghapal surat-surat pendek yang ada dalam Al-Qur’an” “beeeh, alim banget” cemooh Azizah Aisyah hanya membalas dengan tersenyum.
Sudah sebulan Azizah duduk di sebelah Aisyah, dan menjadi teman bagi Aisyah. Aisyah senang, meskipun penampilan Azizah yang seperti itu tetapi, masih ada sisi baik dari seorang Azizah. “Lo ga panas, pake jilbab panjang gitu” tanya Azizah sambil mengerutkan keningnya “Nih dengerin ya, Azizah cantik. Kita sebagai seorang muslimah wajib menutup aurat dan menjaga pandangan serta penampilan kita. Agar kita jauh dari pandangan-pandangan yang jelek” “perkara panas atau enggaknya pakai jilbab panjang, baju dalam, rok dalam, pakai kaus kaki. Pasti ya tentu gerah dan panas tapi, lebih panas lagi di neraka. Disaat kita udah tiada, kehidupan kita di dunia tidak menutup aurat. Hukumannya di akhirat lebih panas dan dahsyat dari pada panasnya di dunia. Itu sebabnya, kita wajib menutupi aurat kita” “lah, jadi gue yang begini. Masuk neraka dong” gumam Azizah sambil bercermin. “fikir aja sendiri, week” ledek Aisyah, sambil berlari meninggalkan Azizah “heeeh tungguuu” teriak Azizah
“Benar juga apa yang dibilang Aisyah, dengan pakaian tertutup orang-orang pada segan sama Aisyah. Laki-laki ga ada yang mau gangguin Aisyah” sambil termenung Azizah mengingat kembali perkataan Aisyah tadi. “Eh gini gak, ini diapain lagi nih. Gini kali ya” “Behh kek lontong sayur gue” Azizah sibuk memakai jilbab yang tak pernah ia pakai sebelumnya.
“Assalamualaikum ukhtii, Aisyah oo Aisyah” teriak Azizah “Siapa ya hari libur gini datang ke rumah, waalaikumsalam” “Masya allah, Ini Azizah kan” tanya Aisyah dengan tidak percaya “Cantik gak gue” tanya Azizah dengan pipi yang sudah kemerahan karena malu “Cantik bangeeet, sini masuk” “Aku mau belajar ngaji sama Lo, boleh ga” tanya Azizah ragu “Boleh banget, Ais malah seneng kalo Azizah jadi gini. Tunggu bentar ya Ais ambilin Iqro nya dulu”
Aisyah mengajari Azizah mengaji dengan sangat sabar. Mulai dari Iqro yang pertama sampai kini Azizah sudah bisa membaca Al-Qur’an sendirian. Setiap pulang sekolah Aisyah dan Azizah kini selalu melakukan pengajian bersama anak-anak IRM (Ikatan Remaja Masjid), mereka memanfaatkan waktu luangnya dengan mempelajari dan mendalami agama Islam. Mereka sadar bahwa menjadi seorang wanita tidaklah mudah. Harus memiliki pegangan yang teguh ajaran agama, agar terhindar dari pengaruh-pengaruh di luaran sana. Sampai akhirnya kini Azizah menjadi wanita muslimah, tidak ada lagi rambut sebahu, anting di hidungnya yang seharusnya di telinga, pakaian-pakaian tomboynya sudah tidak ada lagi. Kini Aisyah dan Azizah sama-sama beristiqomah dalam memperbaiki dirinya.
Sudah seminggu Aisyah tidak sekolah karena sakit. Azizah merasa sangat kesepian dan sedih karena tidak ada yang harus menceramahinya setiap hari. “Aisyah kemana ya, sepi juga ga ada dia” ucap Azizah dalam hati “Sebaiknya aku ke rumahnya, melihat keadaan dia”
Sesampainya di rumah Aisyah “Haaah, ada apa ini ramai sekali” “Kenapa banyak bendera kuning” “Aisyah, kemana Aisyah” Seribu satu pertanyaan yang terlintas di fikiran Azizah saat sampai ke rumah Aisyah.
Azizah terkejut saat melihat ibunya Aisyah menangis sambil memeluk mayat yang ada di hadapannya. “Assalamualaikum Bu, apa yang terjadi. Aisyah mana” tanya Azizah kebingungan Ibu Aisyah tidak dapat menahan nangis, dan langsung memberikan sepucuk surat kepada Azizah. “Ini Zah, Ais memberikan ini untukmu. Dia sudah lama menderita penyakit kanker tetapi, ia selalu menyembunyikannya dari teman-temannya”, terang ibu Aisyah sambil terisak-isak menahan tangisnya. Azizah hanya terpaku melihat mayat yang sudah kaku di hadapannya, apakah kau Aisyah yang ada di balik kain itu? Apakah kau yang terbaring di hadapanku sekarang?
Azizah pergi keluar, sambil membaca surat yang di berikan Ibu Aisyah tadi
Assalamualaikum sahabatku Azizah Aku sahabatmu Aisyah. Ais ingin berterima kasih kepadamu yang selalu setia berteman denganku. Apa kabar? Semoga kau selalu sehat dan tetap seperti yang Ais kenal. Azizah yang selalu ceria, yang dulunya tomboy dan ugal-ugalan kini menjadi wanita Sholehah yang Masya Allah cantiknya mengalahkan Aisyah sendiri hehehe.
Maaf sebelumnya tidak memberitahu kondisi Ais selama ini. Ais ga mau melihat Azizah sedih, dan merasa sendiri seperti dulu. Tetap menjadi wanita Sholehah, bermanfaat bagi orang lain, dan tetap menutup aurat. Ais berharap Azizah tidak sedih, saat mengetahui yang sudah terjadi kini. Ais minta maaf karena telah merahasiakannya. Jangan pernah merasa sendiri lagi Ada Allah yang bersama Azizah
Wassalamu’alaikum Salam hangat, Aisyah
Azizah menangis terisak-isak saat membaca surat itu, ia tak menyangka sahabatnya yang telah merubah dirinya menahankan sakit selama ini, namun ia mampu memendamnya sendirian. Sedangkan aku, aku yang selalu menyusahkanmu Ais. Azizah hanya bisa menangis atas kepergian sahabatnya untuk selamanya.
“Aku janji, aku akan menjadi wanita yang dirindukan surga. Aku akan menjadi wanita Sholehah, dan meninggalkan semua sifat burukku dulu. Tunggu aku di surga Aisyah” ucap Azizah dengan tangisannya. Ia memegang batu nisan sahabatnya itu, sambil beberapa kali menaburkan bunga di atasnya.
Beberapa tahun setelah kepergian Aisyah. Azizah sudah lulus SMA, dan kini dia menjadi aktivis, motivator dan sering juga menjadi penceramah di kajian-kajian islami. “hey sahabatku, lihatlah aku kini menjadi seorang wanita yang kuat, wanita yang bermanfaat bagi banyak orang. Terima kasih kau mampu memberikan penerangan pada hidupku yang dulu kelam. Semoga kita bertemu di Jannah nya”
Cerpen Karangan: Sri Mewan Lestari Putri Facebook: Sri Mewan Lestari Putri