Tira, seorang gadis manis dan periang. Dikenal sebagai murid yang pintar, aktif dan disiplin. Gadis ramah yang tersohor namanya di seluruh penjuru sekolah ini, merupakan murid kesayangan para guru dan teman-temannya. Namun, tidak ada yang pernah menduga kalau gadis yang dulunya ramah, pintar, dan aktif ini berubah 1800 menjadi seseorang yang cuek dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Orang yang dulunya selalu berjalan dengan dikelilingi orang-orang yang ingin dekat dengannya, kini selalu tampak jalan sendiri tanpa seorangpun di sampingnya. Entah apa yang terjadi pada Tira, perubahan drastis ini terjadi sejak ia menduduki bangku kelas 2 SMP. Beberapa orang membenci dirinya, namun tidak sedikit juga yang berharap agar Tira yang dulu kembali.
“Dimana Tira?” tanya Rafa, ketua kelas 8F yang baru tersadar kalau bangku di pojok kanan belakang di kelasnya kosong. Teman-temannya yang lain hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Ini bukanlah hal langkah yang baru ditemui, kejadian yang bertema ‘Tira Bolos’ ini sudah tidak asing lagi. Rafa yang menjadi ketua kelas saja sudah lelah tiap kali ia dipanggil oleh kepala sekolah karena ulah Tira (Catat! ‘Kepala Sekolah’ karena kasus ini sudah berulang kali membuat Rafa keluar masuk ruang BP). Rafa hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya terhadap anggotanya yang satu ini. Dari pelajaran pertama sampai sekolah berakhirpun, Tira belum menampakkan batang hidungnya.
Hari ini adalah Hari Selasa, dimana jam pertama merupakan pelajaran IPS yang diisi oleh Bu Rita. Kali ini Tira tidak lagi membolos, ia tengah duduk di bangkunya sambil menatap kosong ke depan. “Hari ini ibu akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok untuk membuat tugas portofolio. Satu kelompok terdiri atas dua orang!” ucap Bu Rita memulai pelajaran. “Vani kamu sekelompok dengan Tira!” lanjutnya sambil membagi kelompok. “Saya bisa mengerjakannya sendiri!” tolak Tira dengan lantang lalu melangkah keluar kelas. Ia berlalu melewati bangku Vani tanpa meliriknya sedikitpun. Vani hanya dapat memasang raut sedih atas tindakan mantan sahabatnya itu. Vani merupakan salah satu dari sekian orang yang tidak membenci Tira, ia yakin kalau Tira sedang ada masalah. Tira pasti akan kembali seperti dulu! Namun setelah melalui beberapa hari, keyakinannya pun menyusut dan hanya dapat pasrah. Bu Rita yang menyaksikan itu tidak bereaksi sedikitpun ia juga merasa heran dengan murid yang dulu menjadi kesayangannya itu.
Setelah jam pelajaran IPS selesai, waktu istirahat pun tiba. Vani yang merupakan bendahara di kelasnya itu melihat daftar yang belum membayar uang kas minggu ini. Tatapannya tertuju pada Tira yang sejak duduk di kelas 8 belum pernah sekalipun membayar uang kas. Padahal sebentar lagi sekolah akan mengadakan lomba keindahan antar kelas. Namun ia juga tak berniat untuk menagih kepada Tira. Ia takut kalau Tira semakin menjauh. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin bersama sahabatnya yaitu Ami, Via, dan Alda. Dulunya mereka berlima bersama Tira, sekarang semuanya terasa suram karena Tira merupakan yang paling ceria diantara mereka. Alda dulunya adalah gadis pendiam yang diajak bergabung oleh Tira bersama mereka. Awalnya semua menentang Tira saat membawa Alda masuk ke persahabatan mereka. Namun setelah Tira bersikeras dan memohon, akhirnya secara perlahan mereka dapat menerima Alda. Kini Alda lebih terlihat ramah, baik, dan suka menolong orang lain. Namun tetap saja ia tidak dapat begitu saja menggantikan sosok Tira di mata yang lainnya. Ketika pulang sekolah, Vani terkejut karena di tasnya terdapat selembar uang sepuluh ribu, ia bingung karena sejak di sekolah tidak ada satu pun yang membayar kepadanya. Ia berpikir bahwa Tira yang memasukkan uang itu ke dalam tasnya guna membayar uang kas.
Seluruh kelas tampak panik karena besok merupakan lomba keindahan kelas. Rafa, Vani dan seluruh pengurus kelas lainnya sedang tidak masuk hari ini dikarenakan sakit, mengikuti lomba, dan lainnya. Seluruh kelas tampak gaduh tanpa satupun yang mencegahnya. Akhirnya sampai bel usai pelajaran terakhir dibunyikan, kelas 8F belum memutuskan apapun dan kebanyakan tampak tidak mau peduli. Namun keesokan harinya semua dikejutkan karena kelas tampak rapi dan telah dihiasi beberapa pita, balon dan lainnya. Entah apa yang terjadi semalam, namun semuanya merasa lega. Ketika pemenang diumumkan, ternyata kelas 8F yang menjadi pemenang. Semuanya tampak bergembira kecuali Tira yang memang tidak masuk pada hari itu. Namun semuanya tidak ada yang peduli karena itu merupakan hal yang biasa.
Ami begitu panik ketika menyadari bahwa ia lupa membawa pakaian olahraga yang seharusnya ia pakai ketika jam pelajaran ke 6. Seluruh sahabatnya juga bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Namun ajaibnya, setelah istirahat Ami menemukan pakaian olahraganya terlipat rapi di atas mejanya. Ketika jam olahraga dimulai, Tira tidak dapat ikut dengan alasan tidak membawa baju olahraga. Ia dihukum mengumpulkan sampah selama pelajaran berlangsung.
Satu bulan kemudian, semuanya dikejutkan karena Tira sedang koma di rumah sakit. Tidak ada yang menjenguknya kecuali Vani, Ami, Via dan Alda. Mereka langsung menuju rumah sakit sepulang sekolah. Namun ketika sampai, mereka menemukan Tira yang sudah tak bernyawa. Semuanya terdiam membatu. Namun anehnya, Via berlari keluar dari rumah sakit sambil menangis. Semuanya mengejar Via hingga akhirnya Vani berhasil menangkap lengannya dan bertanya menanyakan alasan dari Via.
“Sebenarnya, selama ini aku masih menjalin hubungan dengan Tira. Ia menjauhi semuannya sebab ia menderita penyakit tumor otak yang sudah akut. Ia tak berniat berobat karena tidak ingin membebani keluarganya. Selama ini ia merasa kesepian ia selalu menyembunyikannya di balik keceriannya. Namun setelah ia mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, ia menjauh karena tidak ingin ada yang bersedih karena itu. Ia ingin ia dibenci agar tidak ada yang menangisi kepergiannya. Ia memohon kepadaku agar tidak memberi tahu kepada siapapun. Sebenarnya ketika ia tidak masuk sekolah itu karena fisiknya sedang melemah, ia tidak ingin ada yang mengetahui bahwa ia sedang sakit. Ketika perayaan lomba, ialah yang menghiasi seluruh kelas dan esoknya ia sakit karena kelelahan. Saat Ami lupa membawa pakaian olahraga, ia memberi pakaiannya dan menerima hukuman. Ia menceritakan semuanya kepadaku hanya kepadaku.” cerita Via dengan diselingi isakan. Seketika itu, semuanya menangis dan menyesal karena tidak menyadari kalau selama ini, Tira yang harusnya menerima dukungan, malah memendamnya sendiri dan menjauh dari yang lainnya. Semua tidak ada yang menyangka bahwa hati semulia itu. Andaikan mereka ada di posisi Tira, mereka tidak akan bisa setegar itu. Namun Tira merupakan yang terbaik dan tetap menjadi yang terbaik. Tak ada yang pernah tahu dan menyadari itu. Buah durian memiliki kulit yang keras namun itu untuk melindungi isinya yang sangat lembut. Kulitnya yang berduri sebenarnya untuk menyembunyikan isinya yang rasanya manis.
Cerpen Karangan: Tira Trie Blog / Facebook: Mujilatul Qaiyemah Juliantira