“Kreeeek” suara pintu kubuka dengan pelan. Gara-gara matahari menyengat seperti lebah membuat seluruh tubuhku terasa panas. Kuistirahatkan sejenak tubuhku di atas kursi goyang dan kupejamkan mata sambil mendengarkan radio tua peninggalan bapak.
“Kok tumben baru pulang jam segini?” tanya ibu yang sedang di ruang makan. “Iya, tadi ada rapat buk.” jawabku singkat. Aku melamun dan merenung ketika mendengarkan lagu “Ibu”. “Sangat tulus kasih sayang dan pengorbananmu buk, semoga aku bisa menjadi anak sholeh.” batin hatiku. Perlahan mataku menangis karena teringat pertanyaan ibu setahun yang lalu sebelum meninggal.
Hari-hari kulalui tanpa kedua orangtua. Memang terasa berat. Semenjak ibu meninggal tak terdengar lagi cerewet manis dalam nasehat-nasehatnya yang menyemangatkan diriku. Memang sih, dulu aku sering tak mendengarkan nasehatnya. Ibu begitu sabar dalam mendidik dan tidak bosan-bosan mengingatkan jika aku bersalah. Hatiku begitu sedih dan menyesal ketika tidak bisa menemani ibu menghembuskan nafas terakhirnya.
Kenangan itu masih aku ingat, dulu waktu aku masih kecil, ibu selalu menuruti permintaanku. Ya, ketika ibu sedang sakit, aku memaksanya untuk ikut denganku pergi jalan-jalan di alun-alun rembang. Hanya untuk menikmati indahnya bulan dan bintang ibu rela sampai kedinginan. Aku tak menghiraukan menggigilnya. Tapi, aku sekarang hanya bisa menyesal. Giliran ibu yang memintaku untuk menemani permintaan terakhirnya waktu ibu sedang sakit, padahal hanya ingin mengenang di alun-alun rembang, aku malah menolak, tidak punya waktu dan sibuk bekerja. “Jika aku tahu itu adalah permintaan terakhirmu, akan aku habiskan malam itu bersama-samamu ibu” ibuuuuuuuuu!!!, teriakku dalam hati.
“Buk maaf kan anakmu ini” penyesalanku. Kupandangi foto wajah tersenyum lebar yang menempel di dinding.
Berkat do’a dan dukunganmu selama ini, sekarang aku menjadi orang sukses. Allohummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani shoghiro. Do’aku untukmu setiap sholat lima waktu. Penyesalan selalu datang terlambat, sifat kesatria itu mau mengakui kesalahan dan mau mengoreksi letak kesalahan walau sudah terlambat.
Cerpen Karangan: Nurul Sa’adah Blog / Facebook: Nurul nurul