Kita bertemu melalui akun sosial media yang sedang booming pada saat itu. Dia menyapaku di pesan obrolan dengan kata-kata yang sering orang lain ucapkan ketika ingin berkenalan dengan lawan jenis. Dia selalu mencariku tiap aku lama membalas pesan yang dia kirim ke aku. Pada akhirnya, dia mengajakku untuk bertukar nomor HP, dengan alasan agar bisa lebih dekat dengan aku. Hahaha, itu sebuah alasan klasik. Tanpa banyak alasan, aku akhirnya menerima ajakan untuk bertukar nomor HP.
Setelah bertukar nomor HP, aku merasa semakin nyaman dengan kehadirannya di hidupku. Dia semakin sering bertanya “Lagi apa? Lagi dimana? Sudah makan? Sudah sholat?” dan banyak lagi. Yaa kata-kata wajar yang orang ucapkan ketika masa pendekatan lah.
Oiya, suatu saat aku bertanya ke dia, “Kamu sudah sholat?” dan dia pun menjawab “Aku non-islam hehe” pada saat itu rasanya sedih, kenapa bisa dipertemukan dengan orang yang ‘beda’. Tapi lucu juga, ternyata yang selama ini bertanya sudah sholat apa belum, ternyata dia non-islam hehe. Tapi seneng juga sih, bisa berteman dengan seseorang yang ‘beda’.
Semakin lama dia semakin sering memberi perhatian ke aku, bahkan dia juga membangunkanku sahur. Tak mau kalah dengan dia, aku juga selalu mengingatkan dia untuk tidak lupa ibadah. Tidak hanya lewat pesan, dia pun mulai mengajakku mengobrol lewat telepon. Pada awalnya kita sama-sama canggung untuk memulai mengobrol, karena ini kali pertamaku telepon dengan orang yang kenal lewat sosial media. Tapi, lama kelamaan akhirnya sudah mulai biasa. Sudah mulai bercanda seperti yang kita lakukan lewat pesan. Bahkan, hampir setiap hari dia mengajakku telepon berjam-jam.
“kamu gak capek telepon sama aku selama ini? udah 2 jam lebih loh.” “ngapain capek, teleponnya kan sama kamu, bukan sama yang lain hehe” itu yang dia ucapkan tiap kali aku dan dia telepon, dan udah cukup lama teleponnya. Kita ngobrol layaknya orang yang memiliki suatu hubungan khusus. Padahal kita aja baru kenal, kenalnya pun lewat akun sosial media. Hahaha, lucu memang.
Hingga pada akhirnya dia sedang liburan di luar kota, di rumah saudaranya. Ternyata kota saudara dia tetanggaan dengan kotaku. Dan dia pun mengajakku untuk bertemu, aku senang karena akhirnya aku bertemu dengan dia. Tapi ternyata, pada hari tersebut aku ada keperluan dan harus membatalkan acara bertemu dengan dia. Dia kecewa, aku minta maaf dan berjanji akan mengajaknya bertemu suatu saat nanti. Dia pun menerima maafku, dan mau untuk bertemu denganku suatu saat nanti. Entah kapan dan dimana.
Sejak batalnya pertemuan itu, dia semakin perhatian denganku. Aku telat membalas pesan langsung dicari, mulai dari mengirimkan banyak pesan, hingga meneleponku. Aku ngerasa, lucu banget kuyaa cowok ini.
Suatu hari, dia bilang kalau dia sakit dan harus ke rumah sakit pada saat itu juga. Sebagai orang yang sedang dekat dengan dia, meskipun tidak ada hubungan apa-apa aku merasa khawatir. Dan selalu menanyakan keadaan dia. Meskipun dia telat membalas pesanku, aku tidak mau mencari-cari dia karena tau dia sedang sakit. Hingga akhirnya dia bilang kalau keadaannyan sudah membaik. Oke lah, aku sudah mulai tenang, meskipun masih khawatir tapi itu hanya sedikit. Lalu kita ngobrol lagi seperti biasa, namun aku ngerasa ada yang berbeda. Dia membalas pesanku tak secepat biasanya, dan ketika aku mengajak dia ngobrol lewat telepon, dia mau tapi hanya 15-30 menit. Aku ngerasa khawatir dengan dia.
Keadaan itu berjalan selama sekitar sebulan, sekitar sebulan itu juga aku ngerasa kita semakin jauh. Namun, dia tetap memberiku perhatian, meskipun tak sesering dulu. Hingga suatu hari, dia bilang dia mau pergi, bersama keluarganya. Aku pun tak mencari-cari dia ketika dia lama membalas chat, karena aku paham, ah dia sedang kumpul dengan keluarganya.
Besoknya, dia tidak mengabariku, pesanku yang tadi malam tidak dibalas. Aku mulai khawatir, menelepon dia, mengirim pesan ke dia, dan tak ada balasan. Aku mulai panik. Kemana dia? oh mungkin dia sibuk dengan keluarganya. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak mencari dia untuk sementara waktu.
Besoknya, aku mengecek HP ku, lagi-lagi tak ada balasan dari dia. Makin panik lah aku. Aku coba membuka akun sosial media dia, betapa kagetnya aku ketika banyak ucapan selamat jalan kepada dia. Saat itu juga aku mulai meneteskan air mata, gak percaya aku dengan ucapan-ucapan itu. Aku memutuskan untuk menelepon dia, dengan harapan dia menjawab teleponku. Dan, akhirnya teleponku dijawab, tapi bukan suara dia yang kudengar melainkan suara sosok wanita paruh baya, dan ternyata itu ibunya. Dan berbicara di telepon dengan sedikit menangis, beliau berkata bahwa anak laki-lakinya yang dekat denganku telah tiada. Dan beliau juga berkata sebelum anaknya pergi, dia menitipkan pesan untukku “jangan lama-lama sedihnya, aku gak kemana-mana kok, aku selalu di sampingmu. Ingat pesanku, jangan lupa sholat 5 waktu ya. Kapan-kapan kita pasti ketemu kok” saat itu juga aku tak kuat menahan air mata. Dan saat itu juga aku minta alamat rumah dia, dan alamat dia dimakamkan.
Satu minggu setelah percakapanku dengan ibunya, aku langsung pergi ke rumah dia dan bertemu dengan ibunya. Dipeluklah aku, menangislah aku di pelukan ibunya. Dengan keadaan seperti itu, aku minta untuk diantarkan ke pemakaman anak laki-lakinya itu. Saat sampai di sana, tangisanku semakin menjadi. Akhirnya aku bertemu dengan dia. Mungkin ini yang dimaksud “kita pasti ketemu kok” iya, kita ketemu.
Cerpen Karangan: Alya Firdaus Blog: kompasiana.com/alyaaaaf