Pagi yang begitu indah, burung-burung berkicauan sembari terbang tinggi, daun-daun bergoyang mengikuti angin pergi. Pagi itu, Vellyn merenung di dalam kamarnya entah apa yang ia pikirkan. Memandang kosong ke arah jendela, melirik bunga-bunga indah bermekaran. Lamunannya seketika buyar, karena kedatangan seekor kucing kesayangannya yaitu Kitty. “Heii kamu sayang, ada apa?”, itulah kebiasaan Vellyn jika ia bertemu seekor kucing.
Kucing itu hanya menjawab dengan suara meong yang menandakan ia lapar. Mungkin kebanyakan orang beranggapan bahwa jika kita berbicara dengan hewan disangka gila. Namun, hal itu salah, kita berbicara dengan kucing/hewan lain sebenarnya ingin mengetahui maksud hewan itu berkomunikasi dengan manusia. Vellyn pun beranjak pergi ke kamarnya mencari makanan khusus kucing kesayangannya setelah mengelus kepalanya perlahan.
“Kitty, sini makan sayang”, panggil Vellyn sambil menyodorkan makanan ke Kitty, si kucing kesayangannya. Kucing tersebut makan dengan lahap dan setelahnya ia menaiki kaki Vellyn untuk tempat tidurnya. Menurutnya, itu adalah tempat yang ternyaman daripada ia tidur di kasur sendirian. Vellyn hanya tersenyum sambil mengelus perlahan badan kucing tersebut.
Keesokan harinya, ia pergi ke sekolah. “Heii Kitty, mama pergi dulu, jangan kemana-mana, tunggu sampai mama pulang”, perintah Vellyn. Seakan tau apa yang majikannya ucapkan, ia menjawab dengan suara meongnya. Majikannya tak kunjung pulang, Kitty pergi mencari sang majikan ke luar rumah. Namun, ditengah jalan ia tertabrak mobil dan akhirnya mati dengan darah menetes di sekujur badannya.
Dalam perjalanan pulang, Vellyn mempunyai firasat buruk terhadap kucingnya. Ia pun berlari dan mendapati kucing kesayangannya tergeletak di jalan. Vellyn meraih tubuh kucing tersebut dan menangis. Tak seharusnya ia meninggalkan kucing tersebut ketika ia ke sekolah, dan akhirnya ia beranjak pulang dan menguburkan kucingnya di belakang rumahnya.
Cerpen Karangan: Lala Putri Safitri