Hai, perkenalkan nama saya ida umurku 20 tahun dan aku masih duduk diperkuliahan dan aku punya teman bernama hesi, yuni dan rendi. Singkat perkenalan. Kami sedikit cerita tentang bagaimana rasanya Kehilangan Dimasa Pandemi saat ini, baik itu dimulai dari berita duka sampai hilangnya rasa kebebasan untuk melakukan aktivitas seperti saya sendiri dan teman seperjuangan saya yaitu hilanganya kebebasan belajar tatap muka sebagai mahasiswa baru atau sering disebut dengan kata MABA.
Biasanya saat maba banyak hal yang sangat menyenangkan baik itu MOS. Dan yang paling sedihnya lagi disaat hari natal dan hari raya kita harus berdiam diri di rumah. Padahal hari itu hari yang paling ditunggu tunggu. Dan perayaan natal 2019 masih lekat di benak kita masing-masing terutama saya dan teman saya. Biasanya saat suasana natal tiba, mulai dari malam natal, kemudian berkunjung ke rumah kerabat, bercengkrama sambil menikmati hidangan yang disajikan, hingga jalan-jalan bersama keluarga. Tapi, suasana natal dan sekolah pun berubah derastis, semua dilakukan hanya secara daring atau online.
Memang setiap orang memiliki kisahnya sendiri tentang bagaimana pandemi ini telah berdampak pada diri kita masing-masing. Kita bahkan tidak bisa berpikir apa yang sedang terjadi di dunia kita saat ini? Karena pandemi ini datang tanpa peringatan dan telah mempengaruhi bahkan merusak harapan setiap orang di dunia, terutama harapan anak bangsa yang saat ini tidak bisa melalukan proses pembelajaran secara langsung dan tidak hanya itu, banyak pekerja di PHK akibat pandemi sekarang ini! Kadang hati bertanya-tanya,
“Tuhan, bagiamana negeri kami ini, bagaimana jika setiap tahunnya banyak yang kehilangan harapan setiap manusia dan bagaimana jika generasi penerus bangsa banyak yang putus harapannya dalam menuntut ilmu?” saya pun tidak mendapat jawabannya, bahkan masih banyak korban dimana-mana! Bahkan berita duka hadir lebih intens di kehidupan sehari-hari selama masa pandemi ini, entah itu melalui tellevisi, cerita yang beredar di media sosial atau bahkan melalui pengalaman pribadi. Bagaimana cara kita untuk menghadapi berita duka yang menghantui kita setiap hari?
Ketika Waktu Telah Berlalu, pandemi ini memang mengharuskan individu untuk beradaptasi dengan banyak hal. Salah satunya adalah dengan adanya New Normal. Disaat itu lah kita bisa bertemu tetapi tidak bebas seperti biasanya, tetapi sekarang kita diharuskan mengikuti protokol kesehatan dan menjauhi kerumunan.
Senin tanggal 15 maret 2021 pertemuan pertama kami setelah New Normal dengan temanku hesi, yuni, dan rendi kami betemu di kampus, kami sempat bingung apa yang harus kami lakukan di tempat baru ini sebab kami belum paham dengan ruangan ruangan di kampus tersebut. Hmm efek dari pandemi ini sih ujar kami. “yun kemana kita sekarang ini?” tanya rendi pada yuni. “aku juga belum tahu kemana?” jawab yuni. “gimana kalau kita mencari petugas di kampus ini” ajakku kepada rendi, hesi dan yuni. “ide yang bagus” jawab mereka serempak. “Tapi…” jawab hesi dengan sedikit ragu. “Tapi kenapa hesi?” tanyaku. “Ya kan kita tahu sendiri kalau sekarang banyak virus covid 19 dimana-mana dan kita pasti dilarang berkerumunan seperti saat ini” jelas hesi pada kami. “Iya sih”, jelasku pada mereka. “sudahlah daripada kita tidak bertanya sesat di jalan, hehe bagaimana jika aku saja yang bertanya kepada bapak itu” kata rendi kepada kami.
Mendengar kata rendi membuat kami merasa bersemangat untuk melakukan pencarian ruangan tersebut, rendi pun menjumpai bapak petugas tersebut. “selamat siang pak” sapa rendi kepada petugas di kampus itu. “siang nak” jawab bapak itu. “kami kesini mau bertanya pak, dimana ruangan untuk mahasiswa pgsd pak, soalnya kami disini mahasiswa angkatan corona pak? hehehe” tanya rendi kepada bapak itu dengan gurauan. “oww begituu”. jawab bapak itu dengan nada datar. “iya pak” jawabku pendek. “mari ikut saya” ajak bapak tersebut kepada kami. Asyiikk bercerita saatnya sampai di ruangan tersebut, “suudah sampai nak” jawab bapak itu. “oh iya pak, terimakasih banyak pak” jawab kami. “sudah menjadi tugas bapak nak, baiklah bapak permisi dulu” jawab bapak tersebut. “baik pak”. Jawab kami
Akhirnya kami bertemu di ruangan tersebut dengan senang dan saling berkenalan dengan teman teman yang lain tetapi dalam hati timbul rasa sedih di benak kita, karna masih banyak teman kami yang jauh belum bisa kesini untuk pertemuan pertama ini, karena banyak yang masih berada di zona merah bahkan banyak virus yang bersebaran di setiap kota masing masing.
Saat urusan di kampus selesai kami pun berfoto-foto dengan semua teman kami yang berada disitu, setelah selesai acara foto berfoto kami pun pulang ke rumah masing-masing. tetapi aku dan temanku, hesi yumi dan rendi masih ingin berkumpul lebih lama lagi bahkan masih ingin bercerita cerita dengan pengalaman masing-masing karena sudah lama berdiam diri di rumah akibat pandemi ini atau stay at home.
Kami pun saling bercerita saat pandemi ini banyak yang hilang, mulai dari momen berkuumpul bareng, ibadah mingguan bahkan moment-moment bahagia. “arrggggghhhh, bagaimana sih pandemi ini, saya sudah bosan belajar di rumah dan saya sama sekali belum mengenal kampus bahkan ruangan pun saya tidak tau dimana!!” ujar saya kepada hesi, yuni dan rendi. “emang kamu aja yang merasa seperti ituu?” jawab hesi. “banyak diluar sana juga merasa seperti kita rasakan saat ini, mungkin mereka tidak tau apa yang haru mereka lakukan saat pandemi ini?” jawab rendi. “Mungkin ini sebagai hukuman Tuhan buat kita agar kita selalu berdoa kepadanya, jangan iri hati dan jangan menganggap dunia ini milik kita tetapi kita hanya menumpang disini dan dunia hanya sementara!” jawab yuni kepada kami. “Baiklh mulai sekarang mari kita bersyukur atas apa yang kita punya dan jangan pernah menyombongkan harta sementara saja” jawab rendi. “Hmmmm hmmmm…. sudah sudah, kita harus segera pulang karena kalau berlama-lama akan bahaya. Sebab kita tidak tau orang disekeliling kita” jawab saya. “kamu betul, lebih baik mencegah daripada mengobati” jawab rendi. Baiklah mari kita pulang. Dan kami pun puulang ke ruumah kami masing-masing.
Saat di perjalanan mau ke rumah, saya tidak sengaja melewati rumah di simpang rumah saya yang sedang berduka dan saya bertanya kepada bapak yang ada disana “pak, kalau saya boleh tau dia meninggal kenapa ya pak?” tanya saya, “dia meninggal karena virus corona, sebab dia pergi menjenguk anaknya keluar kota tanpa mengikuti protokol kesehatan” jawab bapak tersebuut. “ohhh begitu ya pak, baiklah terima kasih informasinya pak, saya pamit ya pak” jawab saya.
Saat waktu tidak bisa diputar lagi, distu lah kita benar-benar menyesal akan hari esok, dimana saat kita melalukann sesuatu kita tidak berpikir akan hari esok, banyak sekali korban bahkan pemeriintah sudah memberlakukan peraturan protokol kesehatan dan jangan bepergian dulu tetaplah di rumah. Tetapi kita merasa kita belum hebat kalau kita tidak melanggar peraturan tersebut. Banyak kehilangan nyawa, pekerjaan, waktu bahkan kebahagiaan. Banyak juga anak anak generasi bangsa yang rindu akan bersekolah, tetapi saat pandemi ini kita hanya bisa berdiam diri di rumah dan melakukan apapun harus melalui daring.
Tidak hanya itu, banyak juga petani yang kehilangan baik itu kehilangan keluarga yang meninggal akibat corona virus dan kasus ekonomi yang semakin menurun dan banyak yang harus mmbutuhkan handphone untuuk proses belajar daring, tetapi kasus ekonomi tidak sanggup hingga harus melalukan tindakan yang tidak wajar seperti kasus bunuh diri akibat tidak sanggup membeli handphone bahkan banyak yang bunuh diri akibat kehilangan pekerjaan.
Untuk itu kita sebagai pelajar, harus bersemangat dalam menuntut ilmu karena kita adalah penerus generasi bangsa dan tanpa kita dunia tidak akan baik. Walaupun banyak yang kehilangan kebahagiaan, kehilangan ilmu tetapi kita tidak boleh menyerah.
Waktu pun sudah larut malam tiba-tiba hesi video call lalu kami membahas apa yang terjadi di simpang rumah saya tadi sore, “lalu apa tindakan warga disitu?” tanya hesi “bisa jadi dia tidak bisa dimakamkan di tempat yang lain selain tempat pemakaman covid 19” ujar saya kepada hesi. “lalu, bagaimana pihak keluarga?” tanya hesi lagi “mau bagaimana lagi, itu sudah keputuusan pemerintah” jawab saya kepada hesi “kasihan ya, untuk pemakaman terakhir saja pihak keluarga tidak bisa melihat untuk terakhir kalinya bahkan tidak bisa memakamkan di pemakaman yang diinginkan keluarga” ujar saya pada hesi. dan kami pun mulai merasa takut, karena setiap hari banyak korban bahkan rumah sakit juga penuh karena kasus kasus virus yang menyebar luas. Akhir cerita kami pun mengakhiri telepon tersebut karena sudah larut malam.
Saat mau tidur saya tidak lupa untuk selalu membuka handpone saya, dan tidak sengaja melihat banyak korban bahkan satu kampung terkena virus. Dan yang lebih parah lagi, virus timbul dengan gejala yang baru dan dinamakan covid 17. Ada apa dengan negara kita? Apakah masih kurang, korban dimana mana!! kunci nya ada pada diri kita masing-masing. Kalau kita patuh dengan protokol kesehatan, mungkin kita tidak kehilangan suuasana yang bahagia dan mungkin tidak akan bertambah korban lagi, uuntuk itu kita jangan lalai terhadap peraturan pemerintah.
Tidak lama kemudian, kami pun mendapat kabar duka dari orangtua rendi “rendi terkena virus 19 dan harus diisolasi selama 2 minggu, mohon doanya ya nak”. Ujar ibu rendi. Seketika kami merasa terpukul dengan apa yang terjadi terhadap teman kami. “kami pasti akan mendoakan rendi, bu…” jawab kami. “ibu berharap rendi bisa berkumpul dengan kita seperti semula lagi” ujar ibu rendi.
Tidak lama kemudian, kami pun mendapat telepon dari keluarga rendi bahwa rendi sudah meninggal akibat covid yang sudah merajalela di paru paru rendi, dan kami pun sedih atas hilangnya teman kami dan untuk melihat terakhir kalinya pun sudah tidak bisa, “bagaimana teman kita sudah meninnggal, apa yang harus kita perbuat?” tanya saya kepada hesi dan yuni. “uhhhhh saya sedih dan air mata saya tidak berhenti henti dari tadi”. jawab yuni. “ini adalah pelajaran buat kita, sudah cukup kita kehilangan kebahagiaan bahkan kita juga kehilangan sahabat kita sendiri” jawabku kepada yuni dan hesi. “kita sekarang harus lebih waspada dan jangan anggap remeh terhadap viruus sekarang ini” jawab yuni.
singkat cerita kami mematikan telepon dan kami sadar bahwa pandemi ini sangat sangat membuat Kita kehilangan, baik itu kehilangan ilmu hingga kita tidak bisa sekolah seperti biasanya, ekonomi yang semakin menurun akibat banyak yang di phk dari pekerjaan, banyak anak diluar sana yang tewas bunuuh diri akibat krisis ekonomi yang tidak sanggup membeli handpone dan kehilangan keluarga bahkan sahabat sendiri.
Untuk itu, tahun corona ini adalah tahun peringatan buat kita agar tetap waspada dengan virus yang mematikan ini, kita tidak boleh lalai dengan protokol kesehatan tetap pakai masker dan hindari kerumunan. Agar kita tidak kehilangan dimasa pandemi ini.
TAMAT
Cerpen Karangan: Ida Nursanti Saragih Blog / Facebook: Ida Nursanti saragih Universitas HKBP Nomensen pematang Siantar