Inara menatap lekat ke gundukan tanah yang bertabur bunga mawar dan bunga kenanga di atasnya. Kini sudah lima bulan lamanya dia ditinggal sang Ibu. Kini dia hidup berdua dengan ayahnya yang bernama Danang. Kasihan pada Inara yang tak memiliki kasih sayang seorang ibu, Danang berniat menikah lagi.
Tepat diusia Inara yang ke delapan. Ayahnya menikah lagi dengan gadis kampung sebelah. Perempuan itu bernama Sari, wajahnya yang cantik dan parasnya yang menawan. Dia juga terlihat lemah lembut. Inara merasa bahagia memiliki ibu seperti Sari. Akan tetapi, rasa itu luntur saat ayahnya sedang pergi ke luar kota. Inara sering disuruh-suruh seperti babu oleh ibu tirinya.
Suatu hari Sari merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Inara dari kehidupannya. Dia memaksa Inara pergi main ke hutan sendiri. Berjalanlah rencana yang dia susun, Inara pergi ke hutan sendiri. Bahkan warga melihatnya jika Inara pergi berlari menuju hutan. Dia tak kembali lagi ke rumah sampai sore, Sari pura-pura cemas dan ikut warga mencari Inara. Namun, nahasnya Inara tidak ditemukan hingga Maghrib.
“Lebih baik kita lanjutkan pencarian Inara besok pagi. Sebentar lagi memasuki waktu salat Maghrib,” ujar salah satu warga. Para warga pun bubar menuju rumahnya masing-masing. Sementara Sari menemui orang suruhannya yang menangkap Inara. Lalu membayari mereka dengan lima lembar uang seratus ribu.
Sari menyeret Inara ke gudang pakan ayam. Tubuh Inara dia ikat dengan tali tambang dengan kuat, supaya tak terlepas, kemudian dia meninggalkannya begitu saja. Kandang ayam itu awalnya milik Danang. Dia mendirikan ternak ayam bersama ibu Inara. Tetapi, sekarang kandang itu dikelola oleh Sari. Sementara Danang mengurus usaha sepatu kulitnya yang berpusat di luar kota. Letak kandang ayam itu tidak jauh dari perumahan warga, malah biasa dilewati. Terdapat pintu gerbang berbahan stainless yang menjulang tinggi.
Para warga terus mencari Inara hingga tiga hari. Tak kunjung ketemu, mereka pun beranggapan bahwa Inara telah meninggal dimakan hewan buas di hutan.
Sari pun girang dalam hatinya, usaha yang dia lakukan untuk menyingkirkan Inara tidak sia-sia. Inara diletakan di gudang pakan ayam bagian belakang, supaya orang-orang tidak curiga jika dia menjerit meminta dilepaskan. Dia juga diberi makan dedak ayam dan plastik untuk makanan setiap harinya. Hingga lima bulan lamanya Inara diperlakukan tidak layak. Ayahnya pun tidak mengetahui keadaan Inara yang sebenarnya.
Sari memberi tahu Danang bahwa anak semata wayangnya itu sudah meninggal saat bermain di hutan. Danang sempat terkejut dan marah kepada Sari. Tetapi, bukan Sari namanya jika tak mampu memutar balikkan fakta. Dia berkata bahwa Inara yang ngeyel dilarang untuk tidak main ke hutan, tetapi malah nekat. Danang percaya dengan perkataan Sari, dia juga sudah merelakan kepergian anaknya. Bahkan Sari juga melarang Danang untuk menengok kandang. Supaya kejahatannya tidak tercium.
Inara menangis cukup kencang karena perutnya terasa sangat sakit. Bukan kali pertamanya dia kesakitan seperti itu. Di setiap harinya dia selalu merintih kesakitan. Sari pun sering melihatnya, tetapi tak ada rasa iba sama sekali pada dirinya. Lebih sering tangannya yang bertindak jika Inara menangis kesakitan.
“Suara apa itu? Kok kaya bocah nangis,” gumamnya. Harti yang tak sengaja lewat dan mendengar tangisan Inara langsung mencari sumber suara. Wajar bila Harti mendengar tangisan Inara, sebab saat Sarah mengecek kandang tadi. Lupa untuk menutup gudang pakan ayam. Jadi suara tangis Inara yang disertai isak dapat terdengar.
Harti hanya celingukan di depan gerbang kandang ayam milik Sari. Siapa sih? Kok nggak berhenti-berhenti suaranya, bikin penasaran aja. Batinnya.
Telanjur penasaran, dia mendekatkan tubuhnya ke gerbang. Lalu merapatkan telinganya Ke dinding gerbang. Terdengar makin jelas, suara Inara menangis. Harti pun segera memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Di dorongnya pintu gerbang dengan rasa penasaran yang bercokol. Pintu itu berhasil dibukanya karena tidak dikunci. Kemungkinan Sari yang lupa juga untuk mengunci gerbang utama. Harti lekas mencari sumber suara tangisan Inara.
Sampailah dia di depan gudang dengan tatapan bingung sekaligus bimbang. Bingung, mengapa ada suara tangisan bocah di dalam gudang tersebut. Akan tetapi dia juga bingung, apakah tidak apa, kalau harus nylonong masuk ke gudang orang.
Cukup lama dia bergeming. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk masuk. Dibukanya kenop pintu gudang yang sedikit terbuka, lantas melangkah masuk dengan berjalan pelan.
“Astaghfirullahalazim, Inara!” pekiknya lantang. Saking terkejutnya dia sampai tak berkedip. “Ka-kamu bu-bukannya sudah meninggal?” tanyanya. Inara menggeleng lemah. Dia cukup senang dalam hatinya, bersyukur ada yang menemukan. “Tolong aku Tante! Perutku keram,” pintanya dengan raut wajah memelas.
Harti segera melepaskan tali yang dililitkan pada tangan serta kaki Inara. Lalu menggendong tubuh gadis malang itu. Tujuannya adalah ke rumah Pak Rahim selaku ketua Rt. Sesampainya dia di sana, Pak Rahim terkejut melihat Harti menggendong Inara.
“Ya ampun … Ti! Kamu kok bisa sampai gendong Inara kaya begitu. Bagaimana ceritanya! Bukannya juga dia sudah tiada?” Harti yang kelelahan menggendong Inara, berusaha mengatur napasnya yang tersengal. “Nanti saja ceritanya Pak! Lebih baik Inara segera diberi pertolongan atau dibawa ke rumah sakit, katanya perutnya keram. Sekalian bapak lapor polisi atas tindakan tak berperikemanusiaan ini. Saya curiga sama Sari, kemungkinan besar dia sengaja menyekap Inara di gudang pakan ayamnya,” jelas Harti.
Pak Rahim bergegas membawa Inara ke rumah sakit terdekat. Dia meminta Harti dan Istrinya yang menunggu Inara. Sementara dirinya hendak ke Kantor polisi untuk melaporkan Sari dan menyerahkan barang bukti. Setelah Pak Rahim melaporkan semua tuduhannya pada Sari. Mereka langsung menggerebek rumah Sari.
Sari yang sedang asyik menonton televisi langsung terkejut mendapati polisi datang ke rumahnya. Dia tidak tahu kalau rahasianya telah terbongkar. Polisi pun langsung memborgol kedua tangannya, lalu dibawa ke kantor polisi, kemudian dimintai keterangan. Sempat dia berdalih bahwa bukan dia yang menyekap Inara. Namun, polisi mengancamnya jika berbohong akan dijatuhi hukuman mati. Merasa takut, Sari pun jujur kepada polisi.
Selesai memberikan pengakuan. Sari terancam dihukum penjara, selama 8 tahun lamanya. Dikarenakan penganiayaan pada korban. Serta menelantarkan.
Pak Rahim juga sudah mengabari Dadang. Inara juga sedang dirawat intensif, saat perutnya dirontgen terdapat dedak dan plastik berjumlah banyak. Dokter mengabari Harti dan Istri Pak Rahim. Mereka berdua terkejut bukan main, mendengar hasil rontgen yang dijelaskan Dokter. Segera dilakukan operasi pada perut Inara, untuk membersihkan plastik yang ada di dalamnya.
Danang pun datang dengan wajah kecewa. Dia juga merasa marah dengan istri barunya. Mengira bahwa Sari ibu yang baik, tetapi kenyataannya justru kejam seperti Iblis.
Dua tahun terlewati kini Inara sudah pergi sekolah lagi seperti biasanya, walaupun mengulang kelas. Tetapi dia cukup bahagia karena kehidupannya kembali normal.
Cerpen Karangan: Sudut Kamar Blog / Facebook: Na Selamat membaca. ^_^
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 25 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com