Hari ini hari Minggu. Jam menunjukkan pukul 12.10, saat ini aku sedang melakukan perjalanan dekat menggunakan mobil. Entah kemana, aku ikut saja orangtuaku pergi.
Namaku Lulu, usiaku 12 tahun. Sekarang aku duduk di kelas 7 SMP. Aku adalah anak tunggal dari… kedua orangtuaku mestinya. Hehehe…
Beberapa menit berlalu, aku yang penasaran hendak menanyakan tujuan perjalanan pendek kita ini. Baru saja aku hendak menanyakannya, akan tetapi kecelakaan besar ini telah terjadi terlebih dahulu.
Pada peristiwa ini, nyawa kedua orangtua Lulu telah diambil. Sedangkan Lulu sendiri terluka parah. Sangat parah, darahnya menetes. Dan dia koma selama beberapa minggu.
“Alhamdulillah, kau tidak apa-apa Lulu?”, Tanya Marjan, sahabat Lulu saat Lulu terbangun. “Aku merasa sakit, tapi Alhamdulillah aku masih kuat. Marjan, apa yang terjadi?” “Kecelakaan itu Lu..” “Hah? Marjan, bagaimana dengan orangtuaku?” “Mereka telah pergi terlebih dahulu”
Mata Lulu terpejam, air matanya menetes membasahi pipinya. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi sekarang, secepat ini.
“Sabar, ya Lu. Ada hikmah dalam setiap kejadian. In Syaa Allah aku akan menjengukmu setiap hari sampai kamu pulang, Lu.” Kata Marjan sambil menyerahkan tisu untuk mengelap air mata Lulu. “Baik, terima kasih banyak, ya. Kau sahabat yang baik Marjan.” “Kau juga Lulu. Sekarang kamu shalat dulu, ya” Lulu mengangguk, ia segera melaksanakan shalat. Setelah Lulu selesai shalat, Marjan pamit dan pulang. Lulu menulis sesuatu di diarynya.
Dear diary, Sebelumnya aku ingin membiasakan menggunakan nama. Kata “aku” diganti “Lulu”. Hari ini, Lulu baru bangun dari koma. Tapi, hal yang amat menyedihkan dan sulit dipercaya, kedua orangtua Lulu telah meninggalkan Lulu terlebih dahulu. Lulu sangat sedih sekali, tapi Lulu masih bisa tersenyum saat Marjan menenangkan Lulu. Bahkan Marjan berniat akan menjenguk Lulu setiap hari. Marjan memang sahabat yang baik. Diary, asal kau tau Lulu sangat sedih tapi juga sangat sakit. Lulu berusaha menguatkan diri Lulu. Baiklah diary, itu saja. ~ Lulu ~
Aku merasakan sakit yang amat sangat, tubuhku menggigil. Keadaannya cukup parah. Beberapa saat kemudian Lulu tertidur lelap.
Paginya ia terbangun dan segera melaksanakan shalat Shubuh. “Astaghfirullah, saya mimisan” katanya terkejut beberapa saat setelah selesai shalat. Tisu yang diambilnya telah basah ditetesi darah.
Beberapa hari telah berlalu, tapi hari ini ada yang berbeda. Marjan tidak menjenguk Lulu. Pesan yang ia kirim dari handphonenya juga tidak terbaca. Ditelepon-pun tidak bisa.
*Sampai sini mungkin kalian sudah bisa menebak, ya…
Alangkah terkejutnya Lulu ketika mendengar kabar kematian Marjan. Siapa sangka? Padahal Lulu yang sakit parah sampai diopname, Lulu juga yang barusan mengalami kecelakaan. Tapi apalah kematian itu pasti datangnya, tidak harus sakit terlebih dahulu. Air mata Lulu kembali menetes, untuk kesekian kalinya.
Pada hari ini ia telah diizinkan untuk pulang. Ia merasa senang boleh pulang, tapi ia masih merasakan luka yang mendalam. Lagi-lagi air matanya menetes.
“Entah kapan, yang pasti aku akan menyusul kalian semua yang telah pergi terlebih dahulu. Aku hanya bisa mendoakan kalian, dan kalian akan tetap ada dihatiku. Aku percaya ada hikmah dibalik semua ini, di antara tetesan air mata dan darahku”
Ia memandang Rumah Sakit sebelum meninggalkannya. “Selamat tinggal Rumah Sakit, hahaha”
~ tamat ~
Cerpen Karangan: Fahira Salma