Suara deru motor dan klakson-klakson yang bergema di sepanjang jalan, memperkeruh suasana pagi. Aku terkejut ketika seseorang menyiramku dengan air, ternyata dia pemilik toko ini. Aku sontak terbangun dari tidurku dan meninggalkan tempat tersebut. Kepalaku terasa pusing dan badanku rasanya pegal. Tanpa kusadari pakaian badut masih menempel di badanku. Aku berhenti di toilet umum untuk membersihkan badanku yang kotor ini. Betapa terkejutnya aku ketika melihat jam dinding, ternyata sekarang sudah jam 8.
“Pantas saja aku disiram air, ternyata sekarang sudah jam 8” kataku dengan sedikit tertawa.
Setelah menyelesaikan ritual mandi, aku menyusuri jalan setapak dengan kostum badutku yang basah terkena siraman air tadi, berharap sinar matahari dapat mengeringkan kostum badutku. Di sepanjang jalan aku mengingat-ingat bagaimana bisa aku ketiduran di depan toko. Aku teringat, kemarin aku berkerja terlalu keras sampai larut malam. Aku beristirahat di depan toko, namun tanpa kusadari aku ketiduran disana.
Aku menggantungkan hidupku di jalanan. Menurutku pekerjaan badut ini bukanlah pekerjaan yang memalukan. Karena dari sini aku mendapatkan sesuap nasi dan melanjutkan hidupku yang menyedihkan ini. Terkadang aku juga disewa untuk mengisi acara ulang tahun. walaupun upahnya tidak seberapa, aku sangat bersyukur.
Aku mulai mengamen di pinggir jalan. Tidak sedikit yang memberikan uang kepadaku. Cukup lama aku mengamen, hingga aku memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menghitung uang hasil ngamen tadi. Pandanganku beralih pada jalanan yang sangat ramai. Dari kejauhan aku melihat seseorang melambaikan tangan kepadaku.
“Woiii Regaa!!” teriaknya dari kejauhan yang menyedot banyak perhatian dari orang yang berlalu lalang. Dia berlari menghampiriku. Dia temanku Yoni. Kita teman main dulunya. Namun, nasib kita yang berbeda. Dia bekerja sebagai pegawai tetap di salah satu pabrik yang terkenal bayarannya yang lumayan tinggi. Sedangkan aku bekerja sebagai badut di pinggir jalan yang harus menahan panas terik matahari.
“Kamu kemana aja? Kok kita jarang ketemu” tanya Yoni menepuk-nepuk punggungku “Kamu tahu sendiri lah Yon, aku bekerja sebagai badut dan tidak menetap di satu tempat saja. Aku juga biasanya keliling-keliling” jawabku dengan santai. “Eh iya Ga, aku mau ngundang kamu di pestaku nanti malam. Aku harap kamu datang ya” ucap Yoni dengan penuh harap dan memberikan selembar kertas berisi alamat rumahnya. “Iya, akan aku usahakan” jawabku
Malam hari pun datang. Bintang dan bulan dengan indah memancarkan sinarnya. Aku memakai pakaian yang agak bagus untuk menghadiri pesta temanku. Pakaian yang orang kasih kepadaku dan kelihatan masih layak untuk dipakai.
Aku bergegas menuju alamat yang telah diberikan Yoni kepadaku. Sudah cukup lama aku tidak menghadiri acara seperti ini. Jantungku tak henti-hentinya berdebar. Sesampainya aku di sana, Yoni menghampiriku dengan wajah yang sangat senang.
“Aku pikir kamu tidak akan datang Ga, aku senang sekali kalau kamu bisa datang sekarang” ucap Yoni “Iya Yon” “Yaudah, kamu duduk di sini dulu” “Iya”
Aku menarik kursi dan duduk. Ternyata teman-teman Yoni sangat banyak. Aku menjadi minder dengan yang lain. Diam adalah pilihanku saat ini, aku tidak kenal siapa-siapa disini. Hingga pada akhirnya, ada seseorang menghampiriku.
“Kamu badut jalanan itu kan?” tanya Alex, teman Yoni. Semua mata tertuju kepadaku “Iya” jawabku pelan “Kok kamu di sini? Kamu mau numpang makan?” tanya Alex lagi “Tidak, aku diundang oleh Yoni” jawabku “Halah, ga usah bohong. Mana mungkin Yoni punya teman badut kayak kamu” Aku terdiam seribu bahasa, sebegitu jelek kah pekerjaanku sampai aku dipermalukan seperti ini?
“Jika menjadi badut pekerjaanku, apakah itu salah? Setidaknya aku tidak mencuri” kataku lantang “Siapa tahu kamu di sini ingin mencuri? HAHAHAHA” perkataan Alex sangat keterlaluan “Mungkin itu niatmu” ucapku santai “Ga usah banyak bacot” Alex emosi dan menarik kerah bajuku.
“Heh!! Ada apa ini?” Yoni melerai aku dengan Alex “Yon, apakah benar ini temanmu? Badut seperti ini bisa menjadi temanmu?” “Memangnya kenapa?” tanya Yoni “Tidak apa-apa, jika ku tahu seperti ini temanmu, maka aku akan memutuskan kerja sama denganmu” Yoni terdiam. Aku bisa melihat dari wajahnya, dia sedang bingung. Dia menghampiriku “Ga, kamu pulang aja ya. Sorry” ucapnya lalu meninggalkanku yang masih terpating tak percaya. “Tak apa, ini bukan tempat yang pantas untukku” ucapku dengan tersenyum kepada diriku sendiri.
Aku kembali ke tempatku. Kolong jembatan yang kotor, banyak nyamuk, dan suara bising dari kendaraan memang pantas untukku. Aku menangis, kenapa Tuhan sangat tega kepadaku. Aku bukan pencuri, aku juga bukan koruptor yang mengkorupsi uang rakyat, tetapi kenapa aku sangat dibenci karena pekerjaanku?
Aku coba menutup mata dan melupakan kejadian yang terjadi hari ini. Angin malam seakan-akan menyelimuti tubuhku. Waktunya aku tidur. Esok hari aku akan kembali bekerja sebagai badut.
Cerpen Karangan: Nazwa Andiva Salsabila Blog / Facebook: Nazwa Andiva Salsabila
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com