Kata orang bila kau terjatuh pada lubang yang sama kau adalah keledai, kau adalah orang bego. Udah tau ada lubang, mengapa masih terjatuh ke lubang yang sama lagi dan lagi dan lagi.
Keledai juga tidak sebego itu. Apa karena yang menuntun atau karena barang yang berat. Tapi entah mengapa lubang itu berbisik dan terus menghantui.
Bagai berdiri di ujung tebing atau gedung yang tinggi. Banyak yang merasa takut akan bahkan berdiri di ujung. Melihat ke bawah, ketinggian yang sangat menggairah, angin yang merayu setiap langkah untuk maju dan terjatuh dan terjatuh lagi.
Sekarang diriku berada di posisi itu, di ujung. Diriku tahu bahwa aku akan melangkah maju dan terjatuh. Tanpa sayap, tanpa pengaman. Beribu orang hanya dapat melihat. Menjadi tontonan semata. Malaikat maut berada di sisiku siap membangkitkanku lagi.
Setiap diriku melangkah maju diriku mari dan kemudian berada kembali ditempat yang sama dan keadaan yang sama. Diriku tahu aku akan melangkah lagi dan terjatuh lagi. Seperti keledai bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama.
Didepan tidak ada jalur keluar. Ingin sekali melangkah mundur tapi bisikan angin tersebut untuk terus, melangkah lagi. Berharap kepakan sayap atau diriku dapat bangun di tempat lain. Tapi di sini lagi ku berdiri.
Matahari yang merah dan langit yang terbakar. Diriku tidaklah bodoh, diriku telah belajar untuk tak melangkahi lubang tapi yang di depan mata hanyalah langkah untuk jatuh. Dimana rasa senyum dan senang terbentuk ketika terjatuh. Hanya tertawa pada keadaan, menunggu kepak sayap malaikat maut yang akan membawaku pergi.
Apakah kau pernah merasakannya?
Tau akan terjatuh, tau akan mati dan gairah akan tubuhmu mendarat di atas tanah. Bukan jatuh yang membunuh seseorang, sesungguhnya pendaratan itu sendiri yang membunuh seseorang.
Tidak ada kata mundur, mau orang berkata lain kau sudah tak bisa mundur. Bila pun ku mundur aku dengan sendirinya akan berada di ujung lagi siap melangkah.
Apakah aku bodoh berdiri di ujung? Apakah aku pengecut karena telah berdiri di ujung? Apakah aku harus tetap melangkah, berharap diriku akan baik-baik saja?
Rasa adrenalin yang masuk saat melangkah. Kesenangan melihat langit di detik terakhir atau perkotaan, atau keduanya dengan matahari yang berwarna merah. Apakah aku orang bodoh?
Cerpen Karangan: Ymir youtube.com/channel/UCYAK-3X57hzjIRVLBxXdSIA
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com