Di bawah naungan pohon besar itu, seorang remaja lelaki berusia 15 tahunan itu sedang duduk di bangku yang berada di situ.
Dia Musa, seorang penuh akan kedukaan yang teramat menyedihkan. Dia sangat benci semua orang, dia benci!! Dia tak membutuhkan teman, sahabat ataupun seorang kekasih.
Kau tahu? Dia hanyalah seorang monster yang selalu mengingat masa lalunya yang kelam. Dia akan melampiaskan amarahnya pada siapapun. Sudahlah, dia hanya seorang monster. Tapi aku mempunyai firasat, bahwa kau pasti penasaran. Masa lalu kelam apakah yang membuatnya menjadi monster seperti itu? Baiklah akan kuceritakan kisah dia.
Musa, adalah seorang anak yatim piatu. Dia hanya tinggal berdua dengan Kakak perempuannya. Dia telah putus sekolah sejak kedua orangtuanya telah meninggal, saat ia masih berusia 6 tahun dan kakaknya berusia 12 tahun. Dia sangat sayang pada kakaknya, karena hanya kakaknya yang menjadi lentera bagi kehidupannya. Saat ia dibully oleh teman-temannya, kakaknyalah yang membelanya.
“Dasar anak lemah, bodoh!!” Seorang bocah perempuan berusia 6 tahun itu menjambak rambut Musa. Teman-temanya yang lain tertawa mengoloknya. Dia tidak membalasnya, dia hanya diam, dia tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan.
Disaat Teman-temanya terus membullynya kakaknya berlari dengan kecepatan kilat dan membantu adiknya yang lemah itu. “Hei kalian!! Jangan ganggu adikku, dia kan tidak bersalah. Coba andaikan posisi kalian seperti dia, bagaimanakah perasaan kalian?!” Kata Kakak Musa dengan nada tinggi. Anak-anak tersebut diam. Beberapa saat kemudian mereka meminta maaf.
Kakaknya adalah seorang pahlawan baginya, ia adalah pelindung baginya. Di setiap keadaan, kakaknya selalu menemaninya. Bahkan saat dia sakit, kakaknya selalu ada di sisinya, memberikan obat dan mengecupnya setiap saat. Ya hanya kakaknyalah.
Saat itu dia dan kakaknya sedang berada di pantai, menikmati senja yang kian berlalu di telan waktu. Keduanya saling berpelukan dan Musa yang kini telah berusia 12 tahun tidur di pangkuan kakaknya. Mereka adalah dua saudara yang tak akan terpisahkan sepanjang zaman.
“Kak, kakak tahu gak pahlawan yang paling hebat di dunia ini?” tanya Musa yang masih tidur di pangkuan kakaknya. “Oo… pasti Superman kan?” jawab kakaknya. “Bukan kok,” kata Musa. “Jadi apa?” “Pahlawan yang paling hebat adalah kakak, yang selalu menemani adiknya disetiap saat. Aku sayang sama kakak. I Love You Kak.” Musa tiba-tiba memeluk kakaknya dengan tulus. Kakaknya membalas pelukan tersebut. “Ooo… adik kakak sayang. Kamu adalah segala-galanya bagi kakak.”
Kedua saudara itu sangat bahagia di bawah naungan langit. Langit yang semakin gelap pun membuat mereka beranjak untuk pulang.
Ryuna, kakak Musa sedang memasak di dapur. Saat itu jam menunjukkan pukul delapan malam. Sementara Musa belum pulang. Suara desingan gesekan wajan dan sendok masak terdengar nyaring di telinga. Entah kemana adik tercintanya itu, biasanya Musa kalo tidak bekerja, pasti bermain dengan temannya.
Udara di luar sungguh menyengat kulit, mencekam bagai terkena sembilu. Daun-daun pohon yang tua berguguran jatuh ke tanah. Terlihat dua orang pria sedang mengendap-endap di sekitar rumah Musa dan Ryuna kakaknya. Pria berkepala botak dan berbadan kekar itu mengintip dari jendela rumah. Sementara yang satunya lagi seorang pria berberewok itu tengah memeriksa keadaan sekitar. Kemudian mereka pun masuk ke rumah tersebut.
“Gak ada apa-apa di rumah ini Bos,” kata pria berkepala botak itu. “Sssttt… jangan ribut, lihat tu ada cewek. Itu cewek cantik, mendingan kita garap aja dia Jon.” Pria berberewok itu menunjuk kearah dapur, Ryuna kakaknya Musa masih sibuk memasak.
“Siapa kalian?!” Suara itu mengagetkan kedua pria itu. Mereka menoleh kebelakang, mereka mendapati seorang bocah lelaki sedang berdiri beberapa jarak dari mereka. Bocah lelaki itu adalah Musa. “Eh rupanya anak kecil. Ha.. ha.. ha…” Pria berkepala botak itu tertawa bagaikan iblis yang menggoda manusia. “CETAS.” Sebuah batu tiba-tiba mendarat di kepala pria berkepala botak itu, hal itu lantas membuat darah segar mengalir dari kepalanya. “Dasar keparat, masuk ke rumah orang tanpa permisi, memang seperti binatang!!” kata Musa sambil memegang katapelnya.
Tiba-tiba Ryuna kakak Musa datang dan memeluk adiknya itu. Ia sangat khawatir pada mutiaranya itu. Ia tidak mau mutiaranya itu tergores dan tersakiti. “Hei… siapa kalian?! masuk ke rumah orang tanpa permisi. Dan kalian jangan sakiti adikku!” kata Ryuna dengan lantang.
Kedua pria itu menyeringai tanpa menjawab. Kedua pria itupun menarik tangan gadis itu. Mereka ingin mendapatkan kepuasan yang hina. Mereka memang seperti binatang. Ryuna terus memberontak agar ia dilepas. Kedua pria itu agak kepayahan dan akhirnya dapat membuat gadis itu terbaring dengan dipaksa.
Di saat kedua pria itu ingin melepas pakaian Ryuna, sebuah batu meluncur dengan indah dan mengenai kepala pria berberewok seperti monyet itu. Dan batu itupun meluncur bertubi-tubi mengenai keduanya, sehingga dari kepala mereka mengeluarkan cairan merah nan kental. Mereka mengurungkan niat mereka untuk melakukan aksi kejinya, karena mereka kesakitan.
Musa membantu kakaknya untuk bangun dan lari. Hentakan kaki mereka menggema di lantai. Saat mereka lari tiba-tiba sebuah pisau menancap di punggung Ryuna. Seketika wajah dan sekujur tubuhnya biru, serta dari mulutnya keluar cairan putih. Musa refleks langsung memeluk tubuh kakaknya.
“Kakak… bangun kak! jangan pergi ninggalin aku kak. Aku gak ada siapa-siapa lagi kak di dunia ini kak, kak. KAKAK..!!!”
Masih di bawah naungan pohon tadi, dia masih mengingat masa lalunya itu. Dia sungguh tertekan mengingat kisah kelam itu. Kejadian 2 tahun yang lalu masih membekas mulus di ingatannya. Kakak aku kesepian tinggal di dunia ini tanpamu kak. Aku sungguh rindu padamu. Aku rindu pada bulan yang menyinari malam yang gelap gulita.
Sebuah tangan cantik nan mulus itu mendarat di bahu Musa. Ia menoleh, siapakah gerangan yang membuyarkan lamunannya. Dia menatap gadis cantik yang sedang berada di sampingnya. Dia menatap heran, siapakah gadis ini?
“Hai… apa kau ingat aku?” tanya gadis itu dengan anggun. “Entahlah, aku tidak ingat apa-apa tentang dirimu. Maaf,” kata Musa. “Apakah kau ingat dengan anak perempuan yang sering membulymu saat masih kecil dan menjambak rambutmu?” kata gadis itu. “Oh, tentu saja aku ingat dia adalah Rara,” jawab Musa. “Dan aku sangat benci padanya, dia seperti manusia jelmaan iblis. ” “Dia adalah aku. Dan inilah aku yang sekarang,” kata gadis itu. “Oh ternyata kau. Bagaimana kau dapat mengenaliku?” tanya Musa. “Aku tanya dengan orang sekitar sini, dan mereka memberi tahu ciri-cirimu. Aku sekarang baru pulang dari tempat nenekku. Maafkan aku ya atas kesalahanku padamu.” “Iya,” jawab Musa. “Sudahlah, kau pergi saja! aku tidak butuh siapapun, aku tak butuh candaan. Aku hanyalah monster. Aku sungguh benci pada semua orang, aku benci melihat kebengisan manusia. Hah…!!!” kata Byora menjambak rambutnya sendiri. Terlihat di tangannya, bekas sayatan pisau yang agak banyak.
“Oh apa yang terjadi padamu ceritakanlah. Mungkin aku bisa membantu,” kata gadis itu. Ia berusaha menenangkan Musa. Musa menarik napas panjang. “Baiklah, aku akan menceritakannya.” Kemudian dia pun menceritakan masa lalunya yang kelam pada gadis cantik itu. Gadis yang bernama Rara itu sangat terkejut mendengar cerita Musa. Perlahan, air bening itu mengalir bagaikan hujan dari mata gadis cantik itu. Ia sangat kasihan pada Musa.
“Intinya, kau harus bersabar Musa. Semua manusia pasti pernah mengalami cobaan dan ujian dari Tuhan. Dan kukatakan, kau bukanlah monster kawan, kau hanya manusia yang terlalu mengingat masa lalu. Bangunlah dan pandang masa depan. Kau harus selalu berdoa untuk kakakmu, jika dia melihat adiknya seperti ini, pasti dia akan sedih. Bersabarlah,” kata Rara. “Baiklah Rara, kau memang benar tapi aku masih depresi mengingatnya. Tapi aku akan berusaha bersabar,” kata Musa. “Bersabarlah Musa, aku akan selalu menemanimu.” Tiba-tiba Rara memeluk tubuh Musa. Seketika dengan kehendak Tuhan, lelaki itu ambruk. Karena ia mengalami sakit paru-paru sejak kakaknya tewas.
Gadis cantik itu panik. Dia mengguncang-guncang tubuh lelaki malang itu. Dengan mata berkaca-berkaca-kaca dan air yang siap terjun dari matanya, gadis itu memeluk tubuh lelaki malang itu dengan erat.
“MUSA…!!!”
Cerpen Karangan: Marwan Syah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 24 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com