Pernahkah kalian merasakan jatuh cinta yang sangat dalam? Jatuh segitu dalamnya sampai sangat sakit saat ditinggalkan? Pernahkah kalian merasakan cinta yang begitu tulus? Saking tulusnya sampai begitu bodoh hingga ketergantungan?
Mungkin banyak sekali jenis cinta yang pernah kalian rasakan. Cinta yang bahagia, cinta yang manis, cinta yang romantis, cinta yang menggemaskan, hingga cinta sedih yang harus siap mengikhlaskan.
Di antara berbagai macam jenis cinta, Anya terpaksa menjalani cinta sedih di mana dirinya harus siap mengikhlaskan. Bukan karena laki-laki itu mencintai gadis lain, tetapi karena laki-laki terpaksa meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Memang menyedihkan. Selama dua minggu lebih tangis Anya tak kunjung reda semenjak laki-laki yang begitu dicintainya pergi. Kenangan pahit dan manis selalu saja terkenang membuatnya tak sanggup melupakan. Mencoba move on ia tak bisa. Semua kenangan itu selalu saja muncul. Anya benar-benar tak sanggup jika harus melupakan.
Namun, keluarga dan teman-temannya selalu saja mendorongnya untuk move on. Mendorongnya untuk melupakan kenangan manis itu. Mudah saja berkata dan memberi semangat. Rasanya sulit sekali! Coba saja!
Brandon sudah menemaninya selama dua tahun ini. Menemaninya di titik terendah dalam hidupnya. Brandon selalu ada di sisinya, disaat ia sakit Brandon selalu mendukungnya, disaat kepalanya botak akibat kemoterapi Brandon tetap mencintainya, disaat ia kritis Brandon tak pernah menghilang dari sisinya. Bagaimana bisa Anya melupakan laki-laki setulus itu? Bagaimana bisa coba?!
Satu-satunya laki-laki yang mau bersama dengannya, yang tulus mencintainya, hanyalah Brandon. Brandon tak pernah mempermasalahkan penyakitnya. Tidak sama sekali. Brandon pun tidak peduli dengan tubuh kurus atau kepalanya yang botak.
Anya kembali terisak di atas ranjangnya. Gadis itu meremas kencang bantal yang menutupi wajah sendunya. Sudah satu bulan Brandon pergi, Anya masih belum bisa melupakan kepedihan itu.
Gadis itu ingin menyusul Brandon kalau ia bisa. Sayangnya, itu mustahil kecuali kanker yang dideritanya tumbuh kembali dan merenggut kehidupannya.
Jujur saja, Anya merasa sia-sia berjuang melawan penyakitnya. Saat di akhir perjuangannya Brandonlah yang lebih dulu pergi meninggalkannya.
Anya tak pernah menyangka jika Brandon yang sehat dan selalu positif pergi begitu cepat. Anya pikir Brandon akan lebih panjang umur darinya. Namun, laki-laki itu ternyata memiliki sisi lain yang kelam. Brandon adalah ‘pecandu’, dia sangat ketergantungan dengan namanya narkotika. Itu kenyataannya. Selama ini Brandon depresi. Kepositifan yang laki-laki itu perlihatkan hanyalah tipuan. Hati Brandon jauh lebih terluka darinya. Namun, Brandon menutupi semuanya dan melepaskannya pada barang haram yang tak lagi asing di Amerika itu.
Tentu Anya syok mendengar kenyataan itu. Ia tak pernah menyangka jika laki-laki sebaik Brandon adalah pecandu. Akan tetapi, saat mendengar pahitnya kehidupan Brandon, Anya sedikit memahaminya. Walaupun salah, tapi Brandon tidak tahu cara lain untuk melampiaskannya.
Kegelapan menyelimuti kehidupan Brandon. Kedua orangtua Brandon tidak bertanggung jawab. Mereka pecandu sekaligus penj*di. Dengan kata lain, mereka menelantarkan anak mereka sendiri. Di tempat lain, Brandon jadi bahan bully-an. Semua teman-temannya mem-bully-nya hanya karena tahu kedua orangtua Brandon seperti itu. Di sisi lain, Brandon pun harus bekerja keras untuk membayar semua tagihan dan utang kedua orangtuanya. Keluarga Brandon yang lain pun tak ingin membantu, mereka membuang Brandon. Bagaimana Brandon tidak depresi?
Ia dicaci, dimaki, tidak diingkan, dikucilkan, ditekan dan dibuang. Bagaimana bisa Brandon tetap normal jika dirinya diperlukan tidak manusiawi seperti itu? Bagaimana bisa?! Brandon pun manusia yang punya batasannya. Batas kesabaran, batas kelogisan, atau batasan apa pun itu.
Laki-laki itu terpaksa melampiaskan semuanya pada narkotika. Ya, begitulah jalan yang Brandon pilih. Laki-laki itu memilih membunuh dirinya perlahan. Sangat menyayangkan memang, tapi Anya tak dapat mencegahnya.
Sebelum tiada, Anya pernah berbincang-bincang dengan Brandon tepat di anniversary kedua mereka. Baru sekarang Anya menyadari arah percakapan itu.
“Anya … kau tahu tidak?” Saat itu Brandon bertanya dengan nada khasnya yang setengah menggoda. Anya menoleh sebagai tanggapan kala itu. “Tidak,” jawabnya seadanya sambil mengunyah kue cokelat yang mereka beli tadi.
Saat itu Brandon tersenyum sangat lebar sampai gigi putihnya muncul. Laki-laki itu menggenggam tangannya sangat erat. Hangat. Tiba-tiba Anya merindukan perasaan itu.
“Dengarkan aku, ya. Sebenarnya … orang yang terlihat baik-baik saja itu terluka batinnya. Orang yang kau kira ceria nyatanya memiliki sisi gelap yang mungkin membuatmu ternganga.”
Andai saja Anya menganggap semua itu serius bukan sekadar candaan Brandon yang ingin sok keren di depannya. Mungkin ia bisa mencegah kepergian Brandon dan melarang laki-laki itu mengkonsumsi narkoba lagi.
“Kau mengutip perkataan siapa?” Begitulah responsnya, acuh tak acuh. Brandon hanya tersenyum kala itu. Setelah diingat-ingat, ada kepiluan di senyum itu. Ah, andai saja ia tak acuh dulu.
“Aku tidak mengutip dari mana-mana! Ini pendapatku!” sungut Brandon dengan senyuman. “Itu kenyataannya, Anya. Mungkin kau tidak tahu, tapi lihatlah … banyak yang begitu. Contohnya, banyak orang yang terlihat baik-baik saja, yang sukses, yang kelihatan ceria … malah bunuh diri. Lalu, artis-artis yang sering kau lihat di televisi. Bersikap baik, ramah, dan dicintai. Ternyata banyak yang menkonsumsi nark*ba untuk penambah energi. Jadi, tidak aneh lagi kalau orang yang ceria dan terlihat baik-baik saja itu sebenarnya terluka dan memiliki sisi gelap.” “Hmm … masuk akal juga.” Sungguh Anya menyesal tidak menanggapi Brandon dengan serius. Semua itu adalah curahan hati tersirat dari Brandon.
“Jika ada orang yang kau cintai tiba-tiba pergi … apa yang akan kau lakukan?” “Tentu aku akan sedih dan menangis sepanjang hari. Ehm … rasanya tidak mungkin. Akulah yang akan pergi lebih dulu daripada mereka.” Mengingat kondisinya saat itu, Anya optimis bahwa dirinya akan pergi terlebih dahulu. Tidak ada pikiran sama sekali jika orang yang dicintainya akan pergi terlebih dahulu.
Sebenarnya … Anya melihat senyum getir tanda ketidakpuasan di bibir Brandon. Namun, ia mengabaikannya.
“Kau selalu saja seperti itu. Aku bertanya serius. Jika itu terjadi padamu, bagaimana? Orang yang kau cintai pergi terlebih dahulu, apa yang akan kau lakukan?” “Sudah aku bilang … aku akan sedih dan menangis seharian! Memangnya aku harus apalagi?” “Kalau begitu, jika suatu saat nanti kau ditinggalkan tiba-tiba … jangan terlalu banyak bersedih dan menangis. Cukup pandangi fotoku saja. Pasti tangismu akan berhenti dan senyumanmu akan terbit lagi.”
Sudah dapat ditebak. Anya tertawa saat itu mengira itu adalah gombalan Brandon. Nyatanya semua itu adalah ungkapan perpisahan. Tak lama setelah hari itu … Brandon pergi untuk selama-lamanya.
Ditinggalkan Brandon rasanya berkali-kali lipat lebih sakit daripada kondisi kritis yang sering dialaminya. Meratapi kepergian Brandon selama sebulan penuh tidak ada efeknya. Kepedihan Anya terus saja mengalir, mengalir terus sampai membentuk kepedihan yang baru.
Teringat pesan Brandon. Anya langsung meraih foto Brandon yang ia pajang di figura. Benar saja senyumnya terbit saat ia melihat wajah jenaka Brandon.
Memang sulit mengikhlaskan. Sulit sekali melupakan. Namun, melanjutkan hidup itu lebih baik. Jangan sampai kesedihanmu membuat kehidupanmu hancur. Semua usaha yang kau lakukan semua ini akan terasa sia-sia jika kau melepaskannya begitu saja.
Memang hidup itu tak mudah, kadang hidup memang pahit dan banyak kehidupan yang tak diinginkan. Namun, melampiaskannya pada tempat yang salah bukanlah suatu kebijaksanaan. Lebih baik mengatakannya, curahkan semua kepiluanmu, siapa tahu ada orang yang akan membantu.
Lalu, janganlah putus asa. Memang ada penyakit yang tak dapat disembuhkan, tapi keajaiban tetap ada. Janganlah putus asa dan tetaplah berusaha. Ada banyak yang mencintaimu. Jangan kecewakan mereka.
Cerpen Karangan: Febi Auliasari Halo, aku Febi. Mahasiswa semester dua jurusan Hukum Tata Negara. Aku suka banget nulis di Wattpad. Terkadang aku juga nulis cerpen buat ngisi waktu luang. Semua genre aku suka, terutama misteri thriller. Aku penulis romance yang enggak punya pengalaman romance sama sekali. Aku introvert, pendiam, penyendiri, dan susah bergaul. Kalian bisa mampir ke Wattpad aku di @Annelysme.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com