Melihat aksi tanteku yang lagi sibuk kejar-kejaran dengan Ifha, putrinya yang kelas dua SD, karena susah sekali disuruh mengerjakan PR, diriku teringat pada tulisanku yang akan Anda baca ini. Hehe Apakah peralatan tempur sudah siap? (bantal, cemilan, kipas angin, lotion anti nyamuk, kacamata bila perlu :D)
“C’mon Nisrina.. Finish your homework!” “Sebentar lagi, Mom. Tanggung nich..”, sambil terus memainkan game for girl di laptopnya. “PR kamu masih banyak, sayang. Dan itu harus dikumpulkan besok. Mama ga mau nemenin ngerjain kalau besok pagi kamu terburu-buru mengerjakannya.” “Nisrina sudah baca soal-soalnya dan tau jawabannya kok, Mom. So, i just write the answers in my worksheet tomorrow. And i’m sure that won’t take much time.” Mom Amira hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban putri semata wayangnya dan kembali dengan pekerjaannya, menerjemahkan sebuah buku tentang pendidikan Bahasa Jepang. Yupz! Mom yang satu ini adalah translator freelance Bahasa Jepang. In the next morning, “Mom.. Where is my worksheet? Seingat Nisrina ada di tas yang pink, tapi kok ga ada..” “See? Coba aja tadi malam kamu mau mengerjakannya, honey.” sambil ikut mencarikan worksheet Nisrina. Sebenarnya mom Amira tak ingin mengawali hari dengan omelan, rasa emosi, terburu-buru, dan ketidaksiapan seperti ini untuk keluarganya. Memang menjalaninya ternyata tak semudah memahami teori dan membayangkannya.
Akhirnya pagi itu Nisrina mengerjakan PR di mobil sambil sarapan disuapi mamanya. Untung saja keluarga ini mempunyai sopir yang mahir menyalip-nyalip di jalanan ramai sekalipun. Apalagi rush hour begini, seakan-akan semua kendaraan pribadi berubah menjadi motor dan mobil balap berebut ruang di sirkuit karena takut telat.
Setiba di rumah, mom Amira mulai membuka notebooknya dan melanjutkan pekerjaannya. Buka kamus ini, kamus itu, menandai halaman ini, halaman itu, “Klunthiiing..” haduh, pensil ini pake jatuh segala. Karena jatuhnya agak jauh di ujung kolong meja, sampai-sampai harus merangkak untuk mengambilnya. “I just wanna say i love you.. I just wanna say i love you” (by: potret) “Dugh!!” “Aduh!” kepala mom Amira tidak sengaja mencium pojokan meja karena kaget mendengar suara Melly Goeslow berdering di HP-nya pertanda panggilan masuk dari Mas Zidan, suami tercinta. “Darling, how are you?” “Kurang baik, suamiku.” sambil mengelus-elus kepalanya yang tercium pojokan meja barusan.” “Ada apa? Sayang sakit?” “Engga kok, Mas. Hehehe.. Alhamdulillah semuanya baik. Cuma satu hal yang menurutku perlu kita diskusikan, honey. Putri kita ini kok semakin manja dan sering mengabaikan saranku ya, Daddy? What have i to do?” “Kita bicarakan saat aku sudah di rumah ya, honey. Ini siap-siap pulang kok. Oleh-oleh yang aku beli dari China lumayan banyak lho..” “ Lho, mampir ke China juga?” “Iya. Ketemu teman lama, Mom. Masih ingat Trian?” “Trian anaknya guru olahraga kita waktu SMP dulu itu, Mas? Iya, masih ingat kok.” “Dia bekerja di China sekarang. Aku mampir ke rumahnya. Anaknya sudah tiga, Mom.” “Alhamdulillah.. Ya sudah, hati-hati di jalan ya, Mas. I do miss u, honey.” “Me too, darling.” –klik– *** Petang, saat dinner di rumah.. “Mom, kapan Daddy pulang? Biasanya cuma tiga hari, but this is more than a week. I miss daddy..” sambil mengunyah makanan. “Sayang, dikunyah dan ditelan dulu makanannya, baru bicara. Kalau makan sambil bicara nanti tersedak lho. Mama juga kangen daddy, sayang. Kita berdoa sama-sama yuk, supaya pekerjaan daddy lancar dan selamat dalam perjalanan pulang. Nisrina yang pimpin doa buat daddy. ” “Bismillahirrahmanirrahiim. Ya Allah, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berilah daddy kelancaran dalam bekerja. Dan berilah keselamatan saat daddy pulang. Nisrina dan mama kangen daddy ya Allah. Kabulkanlah doa Nisrina dan mama, amiin..” “Amin.. Terimakasih ya Nak, sudah bersedia mendoakan daddy. Kita lanjutkan makannya yuk!” *** “Daddy, yang ini buat Nisrina, khan?!” “Iya, sayang. Do yo like it?” “Of course, Dad. You know? this is my favorit character. Yay!” Suasana rumah begitu ramai dan senang menyambut daddy Zidan (dan oleh-olehnya, hihihi). Nisrina sibuk membuka bungkusan dan memilih-milih mana yang dia suka. Sedangkan mom Amira sibuk di dapur membuatkan masakan untuk makan siang bersama. “Dad, Nisrina pengen dibeliin sepeda lagi, yang lebih bagus dari yang itu.” Sambil menunjuk sepeda pink-nya yang terparkir rapi di samping rumah. “Lho, memangnya yang itu sudah tidak bisa dipakai lagi, Nak?” “Masih, ga ada yang rusak kok. Tapi Nisrina bosan dengan yang itu. Besok kita ke toko sepeda yuk, Dad! Ya? Please..” sambil merengek manja ke daddy. “Sayang, itu namanya pemborosan. Kalau yang ini saja masih bagus dan bisa dipakai, kenapa harus beli lagi? Kalau bosan dengan warnanya, kita bisa ganti warnanya besok. Ok? What colour do you like, honey?” sambil berlutut mendekati Nisrina dan mengelus rambutnya. “Not new colour, but new bicycle, Daddy.” “Iya, iya. Kita ke toko sepeda besok. Tapi sepeda yang ini dijual lagi, ga apa-apa, khan?” “Up to you. Thank you, Daddy.” Nisrina memeluk daddy.
Hari ini Nisrina siap-siap pergi ke toko sepeda ditemani mom&dad, tapi kok sepertinya tidak jadi. Karena baru saja ada mobil parkir di depan rumah. Siapa ya kira-kira? Mom&dad khan sudah janji menemani Nisrina ke toko sepeda, jadi tidak mungkin membuat janji dengan orang lain. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam. Hei, Dina. Long time no see..” mom sambil cipika-cipiki dengan seorang wanita yang kira-kira seumuran dengannya. “Maaf, ga kasih kabar dulu kalau mau ke sini. Kamu ada acara?” “Sebenarnya sich mau mengantar anakku ke toko sepeda, Din. Nisrina, come here, honey..” “Ya, Mom..”jawab Nisrina sambil lari kecil menuju ruang tamu. “Ini anakmu? Cantik sekali! Siapa namamu, sayang?” “Nisrina..” sambil cium tangan kepada tamu yang sepertinya teman mom Amira. “Ini tante Madina, mom and daddy’s close friend, honey..” jelas mom Amira. Dad Zidan pun ikut nimbrung dan ngobrol ngalor-ngidul. Mereka semua nyambung karena memang sudah saling kenal. Dad Zidan, mom Amira, tante Madina dan suaminya adalah teman akrab dari SMP sampai kuliah. Saking asyiknya ngobrol dengan teman lama, mereka lupa dengan rencana pergi ke toko sepeda. “Mom, it’s too late. I want us to go to bike shop now.. Dad, let’s go now..” Nisrina mulai merajuk. “She speaks English? She is still first grade of primary school, right? How do you teach it?” “Ya. We use English as mother tongue for her.” Karena Nisrina tetap saja merengek dan hampir menangis, akhirnya mereka berangkat juga ke toko sepeda. Tante Madina ternyata mau menginap, jadi sekalian saja ikut mengantar Nisrina. Sesampai di toko yang dimaksud, Nisrina kebingungan memilih model dan warna sepeda yang akan dia beli. Seandainya boleh, mungkin dia akan minta semua sepeda yang terpajang di situ beserta penjaga tokonya, 😀 Tak perlu waktu lama bagi Nisrina untuk memutuskan mana sepeda yang ingin dia beli, cuma empat jam saja kok. (WHAAATTT??!!!)
Nisrina terus saja mengelap sepeda barunya yang berwarna pink (again) itu. Sampai waktu mau tidur pun, dia masih sibuk ber-PDKT dengan sepedanya. “Dad, boleh ga kalau sepedanya bobo’ di kamar Nisrina?” “Khan daddy udah bikinin kamar sendiri buat sepedanya, sayang. Daddy janji sepedanya akan baik-baik saja di situ.” “Ah, Daddy ga asyik!” Nisrina sambil tetap membawa sepedanya masuk ke kamarnya. Daddy&mom&tante: “ (-.-‘) ”
“Din, gimana ya caranya biar Nisrina itu ga manja lagi? Tolongin aku dan mas Zidan donk!” “Iya, Din. Kamu khan pakar anak.” “Sebenarnya wajar kalau putri kalian manja. Karena dia anak semata wayang, dan perhatian kalian fokus hanya untuk dia. Kalian juga selalu mencukupi tidak hanya keperluannya, tapi segala sesuatu yang dia inginkan..” Dari penjelasan selebihnya, akhirnya mom&dad sadar bahwa perlakuan mereka terhadap Nisrina yang mereka maksudkan karena menyayanginya ternyata salah. Karena mom&dad tidak mau Nisrina mengalami hal yang sama dengan mereka, yang serba mendapat tekanan dan kurang bebas dari eyang semasa kecil dulu, maka apapun yang diminta oleh Nisrina mereka turuti dan serba dibolehkan. Beruntung tante Madina berkunjung. Jadi, mom Amira dan Daddy Zidan bisa konsultasi gratis tentang buah hati (jadi ingat masa kuliah dulu, selalu sibuk mencari lowongan gratisan, 😀 ).
Kegiatan saat ini terpantau ramai lancar dan aman meskipun memang tidak seperti kegiatan yang dilakukan pada hari-hari biasanya. (Lho, kok kayak laporan lalu lintas dari briptu cantik yang biasanya di siaran berita di tipi-tipi itu ya..hihihi) Mom Amira mengajak Nisrina bermain di taman kota setelah sarapan di hari minggu “baru” ini. Baru? Yupz! Karena baru kali ini mereka bermain di luar bersama tetangga. Alasan mom Amira sich untuk mencoba sepeda baru Nisrina, padahal ya untuk memulai “program penurunan”. Bukan penurunan berat badan, tapi “program penurunan berat manja” Nisrina sesuai dengan apa yang dianjurkan tante Madina. “Hallo, Nisrina.. tumben main ke taman?” sapa salah satu tetangga yang sepertinya sudah sering atau mungkin selalu menemani anaknya yang seumuran dengan Nisrina bermain di taman itu. “Iya, Bu Bayu. Biar kenal sama Mifta (nama anak bu Bayu).” Jawab mom Amira. “Wah, asyik nich ada teman baru. Sini, sayang. Bermain sama Mifta.” Ajak bu Bayu pada Nisrina. Tapi karena ini adalah pengalaman pertama ia bermain di taman yang ramai oleh anak-anak lain, Nisrina masih malu dan terus saja lengket sama mom Amira. Malahan jadi mom Amira yang asyik bermain pasir dengan Mifta (ketahuan khan kalau MKKB alias masa kecil kurang bahagia.. ;D ). Langkah pertama yang dilakukan dalam program penurunan adalah mengajak Nisrina terlibat dalam kegiatan sosial dan bermain bersama anak-anak lain. Hal ini, kata tante Madina, agar Nisrina banyak belajar dan berinteraksi lebih luas. Sehingga Nisrina tidak selalu menjadi pusat perhatian. Ditambah lagi, agar dalam diri Nisrina timbul sikap pengertian dan berbagi, untuk selanjutnya dia akan memiliki kedewasaan dalam bersikap. Tapi kok sepertinya percobaan pertama belum berhasil ya? Jangan menyerah, Mom! (sambil membawa pom-pom menyemangati mom Amira *.*) Kesempatan berikutnya, giliran daddy zidan yang beraksi. “Honey, maen ke alun-alun yuk! Udah lama Daddy ga ke alun-alun.” “Emangnya di alun-alun ada apa, Dad?” “Biasanya kalau sore begini banyak yang jual jajanan. Belum pernah ngerasain jajanan alun-alun, khan?!” “Belum.. Nisrina mau ikuuut!” dengan antusias. “Ya udah, yuk! Mom, are you ready?” “I’m ready, Daddy..” Mereka hangout ke alun-alun sore-sore. Sebenarnya tujuan utama daddy bukan tentang jajanan, tapi karena di alun-alun sedang ada rangkaian kegiatan memperingati dies natalies kota, dan hari ini adalah pembukaan pendaftaran lomba yang diperuntukkan khusus bagi keluarga yang tinggal di kota itu. Melihat anak-anak lain bersuka cita memilih jenis lomba, Nisrina jadi terpancing juga. Akhirnya dia ngotot ingin ikut dua lomba sekaligus, lomba masak “aku&bunda” dan lomba balap bangkiak raksasa. Hihihi.. Step 1 is done. Setelah antre cukup lama, akhirnya tiba juga giliran mendaftar. Isi formulir, lengkapi syarat-syarat, mencari info tentang hari pelaksanaan, dan pulang. Eits! Ada yang terlupakan, “Dad, katanya mau beli jajanan?”
Hampir setiap hari sepulang sekolah, Nisrina dan mom Amira berlatih masak kue. Latihan pertama Nisrina membanting wadah adonan karena adonannya terlalu encer, berikutnya dia menangis karena kuenya gosong, selanjutnya ganti mom Amira yang ngomel-ngomel karena begitu acara pembuatan kue kelar, mom Amira langsung mandi. Dan seusai mandi, berniat mencicipi kue buatannya dan buah hatinya itu, tapi ternyata sudah habis duluan dilahap Nisrina dan daddy Zidan. Bruakakakakak, ups! Tak hanya itu, latihan menggunakan bangkiak raksasa pun mereka lakukan. Jika memang berniat ikut lomba, ya harus berusaha dan berlatih. Tak tanggung-tanggung, daddy Zidan sampai membuat sendiri bangkiak raksasa untuk latihan. Namanya juga latihan, ya jatuh ke depan, ke samping, lutut lecet, dan lain-lain.
Satu minggu telah berlalu, dan kini saatnya mereka unjuk gigi. Lomba pertama yang mereka ikuti adalah lomba masak “aku&bunda”. Tak kalah sibuknya dengan kontestan lainnya, mom Amira dan Nisrina sibuk bekerja sama membuat kue. Campur bahan ini-itu, aduk sini-situ, sedangkan daddy juga tak tinggal diam. Sambil menyemangati, tak henti-hentinya dia jeprat-jepret, memotret aksi istri dan buah hati tercintanya.
Pada waktu penjurian, semua kontestan, termasuk Nisrina sangat tegang. Dia sudah terbiasa menjadi yang nomor satu, kali ini pun dia sangat ingin memenangkan lomba masak yang baru pertama kali ia ikuti ini.
Mencicipi, saling pandang, manggut-manggut, tersenyum, dan menulis skor. Itulah gaya empat juri lomba masak saat menilai kue buatan Nisrina and her mom. Karena pengumuman pemenang akan diumumkan pada saat seluruh rangkaian lomba berakhir, maka mereka pun mempersiapkan diri untuk lomba berikutnya yang akan dilaksanakan besok sore, yaitu lomba balap bangkiak raksasa.
“Nisrina, kamu yang juara III lomba masak di alun-alun kemarin khan?!” salah satu murid di sekolahnya menyapanya. “Iya. Kok kamu tau?” “Ya tau lah, aku khan yang juara II. Selamat ya!” “Terimakasih. Tapi jangan dibahas lagi ya. Aku malu Cuma juara III. Kamu kelas berapa?” “Aku kelas Nol besar B. Ga apa-apa, Nisrina. Ga usah malu. Istirahat bareng, yuk!” Untuk pertama kalinya Nisrina bermain dengan temannya. Awalnya Nisrina masih suka rewel dan merengek bila dia tak bersama mom Amira atau segala sesuatu yang terjadi dan dia temukan di sekitarnya tak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Misalnya yang terjadi siang ini, “Honey, kok makanannya tidak dimakan? Nanti kalau dingin, kamu ga doyan..” tanya mom Amira. “Ga mau makan kalau ga disuapin!” “Hei, Tuhan sudah menciptakan tangan pada tubuh kita ini tidak untuk hiasan, sayang. Kita semua menggunakan tangan untuk makan.” Dengan lembut mom Amira menjelaskan pada Nisrina sambil memeluk dan membelai rambutnya.
Akhirnya Nisrina mau juga makan tanpa disuapin, meskipun dengan wajah ditekuk (bisa membayangkan ada anak yang mempunyai keahlian unik, yaitu menekuk wajahnya? Ckckckckck :p ).
Pengalaman-pengalaman baru mulai diperkenalkan mom&daddy pada Nisrina, mulai dari beres-beres rumah bersama-sama, ikut les di lembaga bimbingan belajar bersama anak-anak lain, ikut berbagai macam lomba, sampai bakti sosial. Dengan seiring berjalannya waktu, dia mulai terbuka dengan anak-anak yang lain dan sudah tidak canggung lagi untuk terlibat dalam kegiatan sosial. Tahun ini Nisrina memasuki tahun kedua sekolah dasar. Karena daddy Zidan ditugaskan untuk mengelola perusahaan yang ada di luar kota, akhirnya mom Amira dan daddy Zidan memutuskan untuk sekalian pindah rumah. Tapi mereka tak khawatir lagi bagaimana Nisrina akan beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan tak ragu-ragu lagi untuk tidak menemaninya di sekolah, karena “program penurunan berat manja” yang dianjurkan tante Madina telah sukses! ^_^ Berhasil.. Berhasil.. Hore!!!
Cerpen Karangan: Ana Rifqi Jamil Blog / Facebook: http://www.facebook.com/anarifqi.jamil.5