“Anak-anak sebelum pulang ibu guru akan mengumumkan, bahwa seminggu lagi kalian akan menghadapi ulangan kenaikan kelas. Jadi ibu guru harap kalian lebih giat belajar!.” seru ibu guru mengumumkan sebelum kami akan pulang. “Huuu…” terdengar beberapa anak menyoraki dari belakang. Dari dalam hati aku berkata “Nggak belajar juga aku pasti bisa kok!” gumamku sombong. Aku seakan merasa yang paling pintar di kelas,.
Di depan gerbang sekolah saat Cika akan pulang tiba-tiba Andin teman baru Cika di kelas memangginya. “Cika…, tunggu!”. “Ada apa Ndin?” tanya Cika seraya menoleh pada Andin. “Gini, kan bentar lagi kita akan menghadapi ulangan kenaikan kelas. Jadi aku sama temen-temen yang lain rencananya mau belajar bersama. Kamu mau ikutan nggak?.” Tanya Andin yang sedikit berbelit-belit. “Mmm… gimana ya?.” pikir Cika. “Enggak deh!. Belakangan ini aku lagi nggak mood belajar. Lagi pula tanpa belajar aku pasti bisa kok, menghadapi ulangan kenaikan kelas itu!” jawab Cika dengan angkuhnya “Oh, gitu. Ya udah kalau begitu aku pulang dulu.” balas Andin dengan suaranya yang lembut.
Sesampainya di rumah ia melempar sepatunya dengan seenaknya. Kemudian tanpa mengganti baju terlebih dahulu, ia langsung menyalakan TV. Dan kemudian duduk di sofa yang berbentuk teddy bear besar di ruang TV tersebut. Tiba-tiba mamanya Cika datang dari arah dapur menuju sofa yang Cika duduki. “Cika, kenapa pulang-pulang bukannya ganti baju dulu malah nonton TV?” tanya mamanya yang keheranan melihat kelakuan anak tunggalnya itu. Cika menjawab hanya dengan anggukan. Mamanya yang tak tahu maksudnya apa kemudian diam. Setelah bosan menonton Cika masuk ke kamarnya meninggalkan mamanya di ruang TV sendirian.
“Cika, mama pergi dulu ya?. Mama mau pergi arisan dulu!” salam ibunya yang dalam sekejap telah menghilang karena sudah telat. Cika yang melihat hanya menggeleng-geleng. Setelah mamanya pergi, karena sendirian Cika mulai jenuh. Akhirnya dia memutuskan untuk jalan-jalan ke rumah temannya yang tidak jauh dari rumahnya tersebut. “Hai, intan.” sapa Cika pada Intan setelah sampai di rumah temannya yang bernama Intan itu. “Hai…!” sapa Intan membalas ketika ia sedang belajar di depan teras rumahnya. Setelah kemudian Cika masuk, ia mengajak Intan untuk bermain ke rumahnya. Tetapi ternyata Intan menolak. “Maaf Cik, tapi aku mau belajar untuk mempersiapkan ulangan kenaikan kelas yang ibu guru katakan tadi!. Emangnya kamu gak belajar ya?.” tanya Intan. “Ah kalau aku sih gak perlu belajar!. aku kan murid paling pinter di kelas, siapa sih yang bisa nandingin aku?.” “Cik, jadi orang itu nggak boleh takabur kali’!. Ntar kalau kamu dikalahin sama orang gimana?” ceramah Intan panjang lebar pada Cika. “Ah kamu tu ya… kalau emang nggak mau main ya udah jangan pake acara ceramah segala!” omel Cika dengan ketus. Tanpa berpamitan Cika langsung keluar dari pintu gerbang rumah Intan. Dari mukanya dapat dilihat bahwa dia lagi marah besar.
Hari-hari di rumah Cika lalui tanpa menyentuh buku sedikitpun. Yang ia lakukan hanya menonton, membaca komik, dan bermain. Karena ibunya tidak tahu-menahu tentang ulangan tersebut ibunya jadi tidak pernah menyuruh Cika belajar Hingga waktu ulangan pun tiba. Cika yang sama sekali tidak belajar masih tenang-tenang saja. Di dalam hatinya hanya ada rasa pd (percaya diri) yang sangat besar.
Tiba waktunya untuk mulai mengerjakan. Semua anak, termasuk Cika mulai melihat soal dan berfikir. Sedikit kesulitan ia temui, namun dalam benaknya ia berfikir “kalau aku nggak bisa masa’ sih yang lain bisa!” serunya masih dengan sombongnya. Waktupun habis. Saatnya mengumpulkan lembar ulangan. Namun Cika belum selesai juga. Akhirnya setelah agak lama ia berhasil menyelesaikannya. Biarpun agak lama dalam benaknya kembali mencul pikiran “biarpun agak lama tapi pasti aku akan dapat nilai A+”. Begitu seterusnya ia lalui. Juga tanpa belajar. Dia masih terlalu takabur, dia masih sombong dan angkuh dan juga sangat amat pd untuk mau belajar.
Sampai saatnya pembagian lembar ulangan. BURUK. Hanya itu yang bisa di simpulkan dari nilai-nilai yang di dapatnya. Kini ia hanya bisa ternganga melihat hasil ulangannya tersebut. Gurunya yang selama ini mengajarnyapun sedikit bingung dengan nilai yang didapat Cika. Yang mengagetkannya lagi adalah Andin. Bukannya Cika malah anak baru itu yang mendapat nilai paling bagus Saat tiba pembagian rapot Cika terlihat sangat lesu. Andin mendatanginya seraya berkata “kamu nggak apa-apa kan Cik?”. Cika hanya menoleh melihat Andin kemudian kembali menunduk.
Kini rapot sudah ada di tangan masing-masing. Ada ragu di dalam hati Cika untuk membuka rapotnya tersebut. Namun akhirnya ia membuka dan… “huff” desah Cika setelah melihat hasil rapotnya yang ternyata ia mendapat peringkat ketiga. Dan yang mendapat peringkat pertama adalah Andin si anak baru itu. Sedangkan yang kedua adalah Intan Intan kemudian datang ke arahnya “hei kamu pasti dapat peringkat per…” ucap Intan yang kemudian tidak ia lanjutkan setelah melihat rapot cika yang terbuka.
“Kamu sedih ya?” kata Intan karena melihat muka Cika yang sangat lesu. Cika hanya mengangguk. “Makanya lain kali kalau ada ulangan kamu harusnya belajar bukannya bermain!” jelas Intan bagaikan seorang guru. Cika kembali menjawab dengan anggukan, namun kali ini wajahnya mulai terlihat berseri. Ternyata wajahnya mulai berseri karena dalam hatinya ia telah menyadari apa yang selama ini ia lakukan. Ia menyesal kemudian berjanji pada dirinya sendiri tidak akan takabur terhadap apapun. Tidak akan sombong dan merasa PD lagi. Cika telah mendapat pelajaran dari semua kejadian itu. Diapun tak pernah berlaku sombong lagi.
Cerpen Karangan: Fitri Rosadela Blog: http://mywordsworld.blogspot.com Facebook: Fitri Rosadela II