Namaku Putri Azizzah. Biasa dipanggil Putri. Akhirnya pengorbanan dan kerja keras ku terbayar sudah, kini aku telah menjadi seorang sarjana pendidikan. Kini aku sudah bisa melihat senyum indah mengembang di wajah tulus kedua orang tua ku. Tapi ini baru awal dari lembaran hidup yang sebenarnya. Mengabdi pada masyarakat sebagai tenaga pendidik di Sekolah Dasar. Ya memang sebenarnya dulu aku tidak bercita-cita menjadi seorang guru, namun orang tua dan takdir yang membuatku ada di pilihan ini.
Kini tiba saatnya aku mengabdi mengemban tugas untuk membina anak-anak nan imut dengan segala tingkah lucunya. Hari ini hari pertama ku benar-benar menjadi seorang guru. Wah rasanya gimana gitu. Aku berusaha ber penampilan rapi. Kan guru harus bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya ya kan? Pagi ini aku melangkah dengan hati tak tentu, walaupun dulu pernah PPL mengajar, namun saat ini saat yang benar-benar nyata. Ini hari pertama ku aku menjadi seorang guru. Yang sering dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa. Di ambang pintu aku berdoa semoga aku bisa… aku bisa… aku bisa mengajar dengan baik.
Ku lihat wajah-wajah penasaran itu, tak kuasa aku. Murid ku hanya 35 anak. Namun wah apa aku bisa selama 2 semester ini menghantarkan mereka menjadi anak-anak yang pintar dan bermoral baik. Padahal aku sendiri jauh sekaliiiiii dari kata sempurna. Aku ucapkan salam untuk mengawali pagi ini. Diiringi senyum. Mereka membalas tentunya dengan gaya anak-anak yang lucu menggemaskan. Prinsip ku tak ada anak yang bodoh, semua anak pandai. Hanya saja mereka mempunyai bakat yang berbeda. Hanya perlu ditemukan dan dikembangkan. hari ini aku akan mengajar mata pelajaran IPA tentang bagian-bagian bunga. Aku menjelaskan nya dengan cara ku yang tentunya masih sangat jauh dari kata profesional. Namun ada pemandangan yang berbeda, ku lihat Andi salah satu murid ku. Ia tak fokus pada pelajaran, selalu melamun.
Aku menugaskan murid-murid ku untuk membawa bunga ke sekolah besok agar lebih paham tentang bagian-bagian dari bunga. Mereka sangat antusias, namun Andi tidak. Saat akan pulang kami bernyanyi bersama dan saling berjabat tangan. Aku ingin mencintai murid ku. “kalian hebat hari ini anak-anak, mari wujudkan bersama cita-cita kita. Tetap semangat, kalian semua pintar, jangan lupa ya besok baawa bunga satu tangkai saja ya” kataku sambil tersenyum. “iya Bu… guru pipi bakpao” kata sebagian anak-anak. Dan yang lain hanya mengangguk tanda paham.
Apa? Pipi bakpao? Wah… anak-anak bisa saja. Kataku dalam hati. Keesokan harinya, wah kelas ramai dengan bunga warna-warni indah. Anak-anak saling berceloteh tentang bunga apa yang dibawanya. Namun Andi tidak. Ia hanya melamun. Aku mulai mendekatinya dan bertanya” nak kamu lupa membawa ya? Tidak apa-apa kok. Lain kali jangan lupa ya jika ibu memberi tugas.
Andi hanya mengangguk. Anak-anak harap maju ke depan ya sesuai nomor urut absen. Setiap anak menceritakan pengalaman saat memetik bunga itu dan menjelaskan bagian-bagian dari bunga yang telah kita pelajari kemarin. Ada yang malu-malu, ada yang dengan pede nya bercerita, ada yang sambil garuk-garuk kepala saat menyebutkan bagian-bagian bunga yang ia lupa. Wah lucu sekali tingkah murid ku. Setelah selesai aku meminta semua anak berbaris untuk aku foto dengan membawa bunga masing-masing. Besok akan ku cetek dan akan ku pasang di dinding yang ku beri nama kenangan kita. Aku ingin murid-murid ku ter motivasi karena ini.
Melihat wajah mereka yang imut-imut. Aku tak menyuruh Andi maju, aku takut membuatnya malu karena hanya ia yang tak membawa bunga. Sore hari aku memutuskan untuk berkunjung ke rumah Andi. “ibu sama ayah Andi ke mana nak? Andi sendirian ya di rumah? Wah hebat. Dengan ketus Andi menjawab “sibuk semua.” “nak, ibu bawa tanaman bunga ini untuk kamu, siram selalu ya” Masih dengan ketus Andi menjawab iya. Ternyata selama ini jawaban nya ini, Andi kurang perhatian dari orang tuanya.
Keesokan harinya aku ingin bertemu dengan orang tua Andi. Setelah aku menyampaikan perkembangan belajar Andi, mereka hanya ter tunduk pasrah. Ibu… bapak… Andi anak anak yang pintar, maukah ibu dan bapak meluangkan waktunya untuk Andi. Membelai penuh kasih sayang padanya setiap hari. Mengajak nya mengobrol dan bercanda. Andi juga butuh kasih sayang dan perhatian dari orang tua, bukan hanya mainan dan segala kebutuhan yang Andi minta serba ada, serba kecukupan. Saya meminta maaf sebelumnya jika saya lancang.
Iya bu, maaf kami yang salah. Kami pikir dengan memberi semua kebutuhan Andi dengan serba cukup Andi akan ter motivasi belajar nya. Kami hanya perlu bekerja. Kata ayah Andi. Saya juga minta maaf ibu… bapak… Kasih sayang orang tua sangat berarti untuk perkembangan anak, agar karakter mereka terbentuk dengan baik. Iya bu, mulai saat ini kami akan lebih perhatian dengan Andi.
Dan wah ajaib. Dalam kurun waktu beberapa hari Andi menjadi anak yang fokus pada pelajaran. Mau dan sangat semangat jika diberi tugas. Dengan langkah kaki kecilnya Andi datang menghampiri ku dan membawa bunga pemberian ku, ia bercerita panjang lebar bagaimana ia merawatnya. “Bu ayo foto dengan bunga ini ntar kita pajang di dinding kenangan kita” katanya dengan gembira. Hatiku damai, rasanya damai. Senang melihat anak didik ku yang kini telah berubah. Lewat bunga itu, bunga yang dirawat tulus oleh murid ku, aku semakin yakin bahwa kita harus mencintai murid kita.
Ternyata kasih sayang begitu nyata adanya, mampu mengubah perangai seseorang. Mampu membangkitkan seseorang menjadi jiwa yang kuat. Mari para calon-calon guru dan semua guru senior, tanamkan di hati kasih sayang saat mengajar. Mengajar dengan hati.
Cerpen Karangan: Rahmi (Adhe Amii) Facebook: Adhe Amii