Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah setelah masa liburan panjang Semester Ganjil di SMAN Tunas Siswa Bandung. Semua siswa berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Suasana di SMAN Tunas Siswa sangat ceria. Ada yang duduk di depan kelas, ada yang becanda dan ada yang saling berpelukan satu sama lain untuk melepas kerinduan setelah 2 minggu tidak bertemu.
“Andiiiin…” teriak Mawar kepada sahabatnya Andini, “Mawaaarrr aku kangennn bangeeeet sama kamu, emm tambah cantik nih kamu war.” balas Andini kepada Mawar yang suka dipuji orang lain, Mawar pun tertawa sambil memeluk sahabatnya. Andin dan Mawar adalah siswa kelas XI IPS 3, ada 34 siswa lain yang ada dikelas tersebut.
Bel berbunyi pertanda upacara segera di mulai, semua siswa berkumpul di tengah lapangan di bawah terik matahari yang panas. Tidak seperti siswa lainnya, siswa XI IPS 3 belum bergegas menuju lapangan, mereka masih asyik bercanda. Hingga wali kelas mereka mendatangi mereka, “Anak-anak ayo ke lapangan sekarang!” dengan serentak mereka menjawab, “Iyaa Buuu”. Dengan rasa malas mereka bergegas menuju lapangan.
Tak terasa 45 menit berlalu dan artinya upacara bendera hari Senin berakhir, semua siswa bergegas masuk ke kelas masing-masing, tetapi tidak dengan siswa XI IPS 3, bukannya masuk ke dalam kelas mereka malah ada yang nongkrong di depan WC ada yang ke kantin, ada yang masuk ke kelas tapi asyik main HP, Laptop dan ada berbagai aktifitas mereka yang tidak positif melainkan NEGATIF. “Jen, minta air minum buat minum ini” pinta Adi kepada Jeni “Apaan itu di?” Tanya Jeni pada Adi Dengan santainya Adi menjawab, “Ini double L Jen, masak loe enggak tau?” “double L? enggak tau tuh aku, ya udah ini minumnya.” Jawab Jeni bertanya–tanya. “Thanks ya Jen.” Ucap Adi, namun Jeni hanya menganggukan kepalanya.
Setelah 30 menit jam pelajaran terisi dengan ulah para mereka yang aneh-aneh akhirnya guru Bahasa Indonesia pun datang, namun mereka tetap saja ramai. “Anak–anak diam!” ucap Pak Bagyo dengan nada membentak, mereka pun diam, “Kumpulkan PR kalian!” pinta Pak Bagyo untuk mengumpulkan PR Bahasa Indonesia. Namun tidak ada satu siswa pun yang berdiri untuk mengumpulkan PR itu, yang ada hanya diam dan tidak memperdulikan perintah Pak Bagyo.
“Emangnya ada PR ya?” Tanya Meli pada Sarah namun Sarah hanya mengangkat bahu dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan nada yang marah, “Kalian ini tetap saja tidak menghiraukan apa yang saya suruh, sekarang ada PR malah tidak di kerjakan, mau kalian itu apa?” Pak Bagyo menasehati mereka namun mereka tidak menghiraukan sama sekali apa yang di ucapkan oleh Pak Bagyo. “Kalian masih bisa di atur atau tidak, kalau kalian masih bisa di atur, saya akan melanjutkan pelajaran ini, tetapi jika kalian tidak bisa di atur lagi, saya tidak akan mengisi mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas ini.” Dengan asyiknya mereka menjawab “TERSERAH.”
Memang, kelas XI IPS 3 ini susah untuk di atur baik oleh guru maupun orang lain yang ada di sekitar mereka. Hari demi hari berlalu, tiba saatnya pelajaran Sejarah di hari Kamis dan kebetulan Bu Mila pengajar Sejarah di kelas XI IPS 3 sekaligus Wali Kelas mereka. Bu Mila datang dengan wajah yang kurang ceria, “Assalamualaikum wr.wb anak–anak.” Ucap Bu Mila mengawali pelajaran sejarah, dengan serentak seluruh siswa menjawab “Waalaikumsalam wr.wb”. “Ibu hanya ingin kasih nasehat kepada kalian, tolong lah nak kalian jangan terus menerus membuat gaduh di kelas, banyak guru–guru yang lain menyampaikan kepada ibu jika kalian sering bahkan setiap kali pelajaran kalian tidak memperhatikan pelajaran dengan baik, melainkan ramai sendiri.” Ucap Bu Mila, sambil menghela nafas, Bu Mila melanjutkan nasehatnya, “Ibu sebenarnya tidak tega melihat kalian di bicarakan oleh para guru di kantor, namun kalian yang menanam benih untuk ini semua, sekarang kalian kumpulkan semua HP…” belum selesai Bu Mila berbicara, muncullah 3 guru lain yaitu Pak Bagyo, Pak Wawan dan Pak Sholeh. “Yang merasa laki-laki harap berdiri di depan sekarang juga!” Ucap Pak Sholeh.
Seluruh siswa terlihat bingung dan merasa ketakutan, terutama Adi, entah apa yang di takutkan oleh Adi. Para guru yang berada di kelas itu lalu memeriksa semua HP, Laptop dan benda elektronik lainnya serta saku yang ada pada seragam mereka. Ketika pak Wawan memeriksa isi saku seragam Adi, beliau terkejut dan berkata dengan nada membentak “Apa ini di? Jawab yang jujur!”. Dengan gugup Adi menjawab “a…a…anuu pak” “Apa di, ini narkoba kan?” Jawab Adi, “jangan sampai saya berbuat kasar pada kamu” “iya pak ini narkoba, emang kenapa? Namanya juga anak zaman sekarang, wajar kalau saya memakai ini,” jawab Adi dengan santainya. Plaaakkk, suara tamparan melayang dari Pak Wawan pada Adi. “Kamu memang anak yang nggak tau etika sopan santun dan kamu berani–beraninya membawa dan mengkonsumsi barang haram ini ke sekolah,” “Sudah pak biarkan, dia sedang terpengaruh obat–obatan terlarang, maklum jika dia sedikit error” ucap Sasa yang berusaha melerai pertengkaran antara murid dan guru.
Dan tidak kalah mengejutkan, disaat bu Mila memeriksa isi dari barang–barang elektronik yang di bawa siswa, bu Mila menemukan gambar, video dan sms berbau po*no. Bu Mila langsung memanggil nama–nam pemilik barang-barang tersebut, “Niko, Osa, Ela, Retno, Amir, Adi, Afan, Sinta dan Dita, cepat kesini!”. Dengan perasaan yang takut mereka (nama-nama yang telah disebutkan) berjalan menuju ke meja Bu Mila, “Ibu, sungguh kecewa dengan kalian, bisa–bisanya kalian menyimpan ini semua” bentak Bu Mila sambil menunjukkan gambar-gambar menjijikkan itu. “Sekarang juga kalian semua ikut ibu ke kantor, untuk yang lainnya tetap di kelas dan JANGAN RAMAI!” ucap bu Mila bergegas meninggalkan kelas. Kini kelas XI IPS 3 menjadi sunyi tanpa ada suara gaduh dari para siswa, tampaknya mereka masih shok dan tidak menyangka akan kejadian mengerikan di hari Kamis siang tersebut.
Setelah peristiwa mengejutkan itu, kelas XI IPS 3 saat pelajaran Bu Mila, mereka diam tak seperti biasanya yang ramai dan gaduh, entah mereka takut atau masih shok akan kejadian yang menimpa kelas mereka. “Anak-anak, ibu senang jika kalian diam seperti ini, nurut pula sama apa yang ibu ucapkan, sekarang ibu akan membuat perjanjian pada kalian agar kalian tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi” ucap Bu Mila mengawali pembicaraan antara guru dan siswanya. Sontak Anini langsung menjawab “Perjanjian apa bu? Kalau perjanjian itu membuat kami berubah, kami mau. Bener gak teman-teman?” dengan serentak mereka mengaku setuju. “Ok kalau begitu, perjanjiannya adalah jika kalian tetap saja ramai dan tidak pernah mentaati peraturan sekolah ini, dengan terpaksa kalian semua akan ibu hukum dan akan ibu kenakan sanksi yaitu skors selama 3 hari, berlaku mulai hari ini!” ucap bu Mila dengan tegas. Dengan serentak mereka menjawab “SETUJU”. Setelah itu mereka melanjutkan pelajaran dengan tenang dan tidak ada keributan sama sekali.
1 bulan kemudian… Kini kelas yang dulunya terkenal dengan kenakalannya berubah menjadi siswa siswi yang pintar dan tidak lagi ada laporan dari guru yang mengeluhkan kenakalan penghuni kelas tersebut. Ini membuktikan bahwa motivasi guru akan menimbulkan hal yang positif bagi siswa siswinya. Dan betapa besarnya cinta guru terhadap siswa siswi seperti kita ini 😀
Cerpen Karangan: Echa Aprillia Facebook: Echa Aprillia SMKN 12 Malang