Hay all, gue akan menceritakan semanagat juang anak perdesaan yang ngak pernah menyerah walaupun mereka diasingkan, sebagai anak tiri. Dan pemeritah mengukur pendidikan dengan UN apakah adil?, pasti tidak adil. Lebih pahamnya, aku akan memberi contoh.
Hidup di kampung kecil di tengah hutan, harus sekolah 10 KM menuju kota. Walaupun jauh tapi kami tetap semangat belajar demi merah putih dan garuda. Jam menunjukkan 04.30 suara ngajipun terdengar, walaupun di tengah hutan kami sekampung membangun musholla sederhana tanpa di bantu pemerintah. Setelah sholat Subuh aku pun pergi meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu, tapi ngak ketinggalan barang dagangan aku untuk diperdagangkan sepanjang jalan menuju sekolah.
Selama 60 menit perjalanan akhirnya aku sampai di sebuah sekolah yang di bangun rakyat situ dan gurunya relawan, dan selama diperjalanan Alhamdulillah barang dagangan aku laku tinggal beberapa kue lagi, semoga aja pulang sekolah habis kuenya. Dari jam 8 pagi sampai 12 siang kami belajar di sekolah. Setelah pulang sekolah aku menjual barang dagangan aku demi mendapat rupiah. Sesampainya di rumah akupun melanjutkan bantu abang di kebun, ini adalah kebun orang, kami hanya membersihkan kebun orang. Aku bekerja membanting tulang demi keluarga dan merah putih.
Ujian Nasional pun tiba, walaupun ujian nasional di kampung kami banyak kendala tapi kami tidak putus asa, walaupun ujian nasional di undur tapi kami tetap semangat demi merah putih dan garuda di dadaku. Kami seperti anak tiri, kami seperti budak, pemerintah hanya mengambil sumber daya alam kami tapi pendidikan kami di nomor duakan. Apakah ini namanya Indonesia?, Indonesia banyak sumber daya alam, indonesia kaya tapi pendidikan di nomor duakan. Bagi yang membaca ini pasti sangat marah atas kegagagalan UN.
Para korupsi hukuman ringan tidak seberat mencuri pisang, cokelat, peapaya. seorang nenek mencuri untuk makan cucunya di hukum seberat-beratnya. Kalau ujian nasional sebagai alat ukur pasti tidak adil, sekolah di kota pasti yang menang dan lulus 100%, karena pendidikan kota lebih terjamin, fasilitas sudah disediakan oleh pemerintah. Sekolah di desa, pendidkan yang tidak terjamin, fasilitas yang tidak ada, kami seperti anak tiri, tapi semangat merah putih ada di sekoalah desa, semangat garuda ada di sekolah pedesaan, mereka berusaha untuk mendapatkan pendidikan, sungai, hutan, lembah, gunung, bukit meraka lewatkan.. Tapi pemerintah peduli sama pendidikan di desa.
Bagi pengusaha, pemerintah, dan orang kaya harap tolong anak perdesaan yang pendidikan tidak tejamin.
Cerpen Karangan: Wahyu Rizky Ramadhan Facebook: aku_kieh35[-at-]yahoo.com Sekoalah:SMPN 9 Pekanbaru Temapat/tanggal lahir:12 DEsemeber 1999 Terima kasih y telah membaca cerpen gue, kalian boleh kok add fb and follow twitter gue @rrizky_rizky