Kampung bahagia, tempat Ryan melewati hari-hari bersama ibu dan adiknya. Hidup tanpa kehadiran seorang ayah tak membuatnya kehilangan semangat, meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang memadai. Ryan yang masih berusia 10 tahun, terbilang cukup belia untuk menghadapi kehidupan yang begitu keras.
Sejak ayahnya meninggal 2 tahun silam, kondisi Ryan dan keluarga memang sudah sangat jauh berubah. Ibunya mulai sakit-sakitan dan diapun harus putus sekolah. Menjadi tulang punggung keluarga mungkin berat baginya mengingat usianya yang masih sangat belia, namun semangat yang dimilikinya untuk membahagiakan ibu dan adiknya tak membuatnya menjadi seorang pecundang. Ada mimpi yang harus ia wujudkan meskipun tidak dengan ia sekolah.
—
Suasana malam yang begitu sendu, tatkala Ryan memulai percakapan dengan ibunya terkait pengalaman bahagia mereka dengan sang ayah Ryan Ibu… Andaikan ayah masih bersama kita, mungkin gak yah hidup kita seperti ini (Sambil tidur dipangkuan ibu) Ibu Sayang, itu semua sudah menjadi garis tangan-Nya. Apapun keadaannya kita harus terima. Ibu yakin ada rencana Tuhan di balik semua ini, yang terpenting sekarang Ryan menjadi anak yang baik, soleh, dan jangan lupa doakan ayahmu nak. Biar Tuhan tempatkan ayahmu di sisiNya yang terbaik. (Sambil mengelus kepala anak sulungnya) Ryan Amin… Ryan sayang ibu, Ryan gak mau ibu pergi (Mengeluarkan air mata bahagia, karena masih di beri kesempatan bersama ibu yang dicintainya) Ibu Ibu juga sayang sama Ryan, sama adik juga. Ibu akan selalu jaga kalian berdua. Bagi ibu Ryan dan Tasya lah harta ibu yang paling berharga. Sekarang Ryan tidur yah, biar Ryan bangunnya gak telat jadi Ryan bisa shalat subuh (Mengeluarkan air mata dengan memberikan senyuman kepada anaknya)
Ryan yang memiliki sifat penurut, segera mengikuti seruan ibunya. Meskipun dengan beralaskan tikar yang cukup untuk mereka bertiga. Malam semakin larut, namun mata Ryan tak kunjung tertutup jua. Sebagai anak tertua dengan usia yang masih belia ia mencoba mencari cara bagaimana membahagiakan ibu dan adiknya. Ia tak sanggup jika harus melihat ibu dan adiknya hidup dengan keadaan seperti ini. Dalam hati Ryan berbisik “Tuhan, Ryan ingin lihat ibu dan adik Ryan bahagia, Ryan gak mau ibu dan adik Ryan menjalani hidup seperti ini. Ryan mau ngelakuin apa saja, yang penting ibu dan adik Ryan bahagia, kabulkan permintaan Ryan yah Tuhan.” Sembari meneteskan air mata.
Mentari telah menyapa, senyum manis dari adik yang paling Ryan sayang pun menebarkan bahagia. Sungguh anugerah terindah yang Ryan miliki, memiliki ibu dan adik yang begitu Ryan sayang dan juga menyayangi Ryan. Senyum manis Tasya, menambah semangat Ryan untuk segera lepas landas mencari rezeki untuk ibu dan adiknya Ryan Doakan kakak agar dapat uang banyak biar bulan depan Tasya sudah bisa masuk sekolah (Penuh semangat sembari mengacak-acak rambut halus Tasya) Tasya Iya kak Ryan. Tasya mau belajar yang rajin, biar nanti jadi orang sukses (Sembari tersenyum manis kepada kakaknya) Ibu Amin… Anak-anak ibu kan anak yang rajin, tekun. Ibu yakin anak-anak ibu akan menjadi orang sukses (Memberi semangat kepada kedua anaknya sembari tersenyum) Doa yang sang ibu berikan kepada Ryan membuatnya yakin, bahwa Tuhan punya rencana baik di balik semua ini. Kerja keras meskipun tidak bermodalkan ijazah apapun tak membuatnya patah semangat, ia yakin dengan kejujuran, kepolosan, serta kerja kerasnya ia mampu membawa perubahan bagi ibu dan adiknya.
Sebulan kemudian, tepat masuknya tahun ajaran baru, hal ini berarti Tasyapun akan segera masuk sekolah dasar, mengingat umurnya sudah menginjak 7 tahun. Kerja keras yang dilakukan Ryan di bulan kemarin seakan terbayar sudah ketika melihat adiknya mengenakan seragam merah-putih
Scene III – EXT – Sekolah – Pagi – Cast : Ryan, Ibu, & Tasya Suasana sekolah baru Tasya yang begitu ramai dipadati siswa tahun ajaran baru Ryan Ini baru adik kakak. Belajar yang rajin yah dek (Dengan perasaan bangga, sambil memegang topi adiknya) Ibu Jadilah kebanggaan keluarga (Tersenyum & menangis) Tasya Pasti… Akan Tasya buktikan bahwa Tasyalah yang terbaik. Makasih ibu, makasih kak Ryan. Tasya sayang kalian (Memeluk kak Ryan dan ibu)
Dengan sekolahnya Tasya, Ryan janji akan bekerja lebih giat lagi. Ryan gak mau jadi orang yang gagal, mimpi Ryan ada di tangan Tasya. Sejak sekolah, yang menjadi semangat Tasya belajar adalah ibu dan kak Ryan, baginya Tasyalah harapan keluarga satu-satunya. Tasya harus lanjutkan mimpi kak Ryan.
Semangat belajar yang dimiliki Tasya membuatnya selalu menjadi juara kelas hingga ia lulus SD. Kini ia telah duduk di bangku SMP, prestasi yang ia tunjukkan membuat beban kakak dan ibunya sedikit berkurang, karena sebagai siswa teladan ia mendapatkan beasiswa sampai ia lulus sekolah. 3 tahun mendapat julukan sebagai juara kelas di SMP, kini Tasya lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya, hingga ia dapat masuk di sekolah unggulan manapun yang ia mau tanpa memikirkan besarnya biaya yang harus ia dan kakaknya keluarkan. Dan ia memilih SMA N 17 Makassar, salah satu SMA unggulan sesulsel dan bertaraf Internasional. Kini ia yakin mimpinya, mimpi kak Ryan, dan mimpi keluarganya ada di depan mata, di tangan Tasya.
Mungkin benar, Tuhan punya rencana baik di balik ini semua. Tasya yang kini sudah mampu membiayai sekolahnya dengan prestasi yang didapatkannya, Ryan yang kini mendapat pekerjaan layak berkat kejujuran, kepolosan, dan kerja kerasnya, dan sang ibu yang tak perlu lagi banting tulang membantu Ryan mencari nafkah.
Cerpen Karangan: M Yusuf