Dunia seakan berhenti berputar saat malam itu terjadi, saat dimana Emak terjatuh di kamar mandi. Wajahnya pucat… Aku takut, aku benar benar takut kehilangan Emak malam itu…
“wiyuuuuu wiyuuuuu…” sirine ambulance berbunyi saat membawa tubuh Emak menuju rumah sakit saat itu…
“Emak bangun mak, jangan seperti ini, bangun emak, bapak butuh Emak di samping bapak” terdengar suara bapak menggerutu dan berucap takut kehilangan emak malam itu, tak kalah kesedihan yang aku alami,
“Astaghfirullah’aladzim, Astaghfirullah’aladzim, la ilaha illallah, la ilaha illallah” suara kakak berdzikir di samping telinga Emak… Sedang aku hanya menangis sambil bersandar dipinggiran jendela ambulance malam itu…
Suara ambulance kian cepat, gemuruh kaki kaki perawat di rumah sakit mulai terdengar…
“permisi, permisi, maaf pasien mau di angkat” kata seorang perawat dengan paniknya…
“Emaaakkk, bangun maaakkk” kataku histeris Saat tubuh emak di angkat oleh perawat dari ambulance, sampai-sampai aku tersadar aku terbaring di antara keluarga yang ikut menunggu emak malam itu!!!
“maaf, keluarga pasien yang mana? Saya ingin berbicara” seorang dokter keluar dari ruang periksa…
Kakak tertua dan Abang iparku yang menemui dokter tersebut, saat mereka keluar dengan lesu
“ternyata kadar gula emak naik dan sangat tinggi pak, dek jadi harus di rawat inap sampai kondisi emak pulih” kata abang iparku Hari-haripun kami lalui di rumah sakit, silih berganti kami bergantian berjaga di ruang inap itu. Selama 7 hari emak di rawat dan akhirnya bisa pulang!!!
Senang rasanya bisa berada di rumah, dan berkumpul lagi dengan Emak, tapi kebahagiaan itu sebentar saja hanya seminggu emak di rumah. Dan saat bangun pagi ku dapati Bibir Emak sedikit miring, dan tangannya sudah tidak dapat digerakkan lagi… oh Tuhan besit bapak.
Ternyata Emak terkena Stroke. Duniaku benar-benar terasa berhenti berputar saat itu, dan pada akhirnya kami harus menginap lagi di rumah sakit.
Emakku terkena Stroek dan kehidupan ku berubah 180 derajat, aku harus berjuang melanjutkan sekolahku lagi.
Tepat bulan November hendak melaksanakan ujian semester aku mendapat surat panggilan karena sudah lima bulan menunggak uang sekolah!!!
“bapak, apakah aku harus berhenti sekolah untuk ini? aku masih ingin melanjutkan sekolah hingga ke Perguruan Tinggi” kataku bercerita pada bapak
Bapak hanya menatapku dengan mata yang nanar. Hingga akhirnya sekolah berbaik hati memberi aku bantuan biaya sampai selesai sekolahku nanti.
“dek, hari ini emak bisa pulang, bagaimana menururt mu” Tanya kakakku yang kedua
“Ya sudah kita bawa pulang emak, aku juga sudah rindu dengan rumah” kataku Saat itu kami pulang, kondisi emak berubah, ia seperti kanak-kanak. terkadang aku bersedih melihatnya, aku juga merasa lelah.
“Nakku, hidup ini pasti berubah. Jangan pernah tangisi hidup. Lakukan yang terbaik nak! Do’akan Emak” terdengar kalimat itu dengan terbata-bata dari mulut emak saat kami hendak tidur.
aku hanya bisa memeluk Emak dan berusaha menyembunyikan tangisanku. Hanya selang beberapa bulan kami berada di rumah dengan merawat Emak, dan pada suatu hari Bapak kembali jatuh sakit.
Yang mengharuskan kami rawat inap lagi, tapi tidak mungkin! Bagaimana dengan Emak siapa yang merawat dia? Terpaksa aku Cuti sekolah untuk merawat bapak di rumah sakit sambil bergantian dengan Abang iparku.
Duniaku sedang berada di bawah semua duka menghempit, tapi elok dan sakitnya dunia hanya sesaat. 10 bulan sudah ku merawat Emak dan bapak yang kian renta di bawah penyakit yang mendera.
Suatu sore nan indah kurasa, kondisi emak kian membaik walau emak tak pernah lagi melakukan terapi karena himpitan ekonomi yang kami alami. Ku elus wajah emak seakan ingin melihatnya selama mungkin, ku pengang erat sambil ku pijat ringan jemari emak yang sudah lama tak bergerak itu.
“Emaak” kataku Emak mengelus wajah ku, dan menarik kepalaku untuk memeluknya.
“Emak apa kelak aku dapat melanjutkan hingga keperguruan tinggi” tanyaku, karena aku begitu berharap emak bisa sembuh dan mendampingiku saat Di wisuda kelak.
Wajah emak tampak haru menatapku, tangannya tak henti membelai rambutku yang ikal. “nak emak ingin melihat mu wisuda nak” suara emak begitu lembut ditelingaku
“Emak cepat sembuh, tika mau nanti saat di wisuda emak dan bapak mendapingiku untuk berpoto di papan bunga yang indah” aku mulai bercerita dengan suara riang pada emak.
“Nakku, sekarang anak Emak sudah kelas 3 SMK memang, bentar lagi selesai, dan akan melanjutkan keperguruan tinggi nak. Apapun yang terjadi Emak ingin lihat anak Emak Di wisuda, ada atau tiada Emak itu sudah ditakdirkan sama Allah nak”.
Haru sekali sore itu rasanya saat itu sangat indah, bagai masa yang enggan tuk ku berlalu didalamnya. Emak begitu lembut sebagai tonggak motivasi untukku. Emak aku ingin di wisuda, ingin engkau dampingi lagi. Tetapi, tanggal 20 agustus, selang 3 hari dari sore yang begitu indah itu kehendak illahi berbicara saat aku sedang bermain. Abang ipar menjemputku untuk segera pulang.
Sampai di depan pintu, kulihat tubuh emak terbaring, suara napas nya menderu “Emak sedang sakaratul maut” besitku.
Illahi, kupasrahkan semua untukmu, ku letakkan takdir ku ditanganmu. Aku melemah, duniaku menghitam, secepat mungkin kami bawa emak ke rumah sakit, walau aku tau Emak sedang di ujung waktunya, tapi usaha tak henti kami lakukan.
“allahu akbar, Allahu akabar”… suara adzan maghrib terdengar, seraya aku mendengar desisan nafas terakhir emak di dalam mobil itu. Dadaku penuh sesak, aku kehilangan arah, sedang mobil masih melaju kencang berusaha secepat mungkin membawa Emak untuk menolong nyawa emak. gemuruh kaki kaki perawat di rumah sakit mulai terdengar menghampiri mobil yang kami tumpangi…
“permisi, permisi, maaf pasien mau di angkat” kata seorang perawat dengan paniknya…
Hanya hitungan menit emak di dalam dan dokter keluar “Maaf Emak telah tiada”
“Innalillahi wainna ilahi roji’un” kata orang-orang yang mendengar kabar itu.
“Emaaaaaak, emaaaaaak, emaaaaakk” jeritku histeris
“Iyooh Emak, tadingkenndu aku (EMAK tinggalkanmu aku)” kata bapak. Semua hampir tak sadarkan diri, histeris seakan tak percaya Emak telah tiada.
Setahun berlalu tanpa Emak, ku ingat janji emak untuk tetap melanjutkan sekolah hingga keperguruan tinggi. Aku tak ingin emak kecewa.
—
“tika bagaimana kuliahnya sudah selesai ya?, sielah yang sudah mau di wisuda ini loh makin saja dia” ledek seorang temanku. Ya, sudah 5 tahun sepeninggal Emak, dan aku hendak menyelesaikan Kuliahku, aku hendak di wisuda. Aku ingat emak, yang hendak menyaksikanku saat aku di wisuda. Derai tangis pilu yang kurasa, emak tiada tapi bersyukur bapak mendapingiku saat-saat bahagiaku.
Emak, lihatlah aku anakmu!!! Emak, aku telah di wisuda, ini buah hidupmu, ini adalah sesosok remaja yang kau beri motivasi dahulu. Emak ku persembahkan gelar S.PdI ku untuk mu. Emak yang tercinta.
The End
Cerpen Karangan: Hestika Facebook: Hestika Dewi