Hai perkenal namaku Hayako Ririmi umurku 15 tahun aku masih duduk di kelas 9 SMP dan aku punya satu sahabat yang aku sayang dia sangat baik namanya Yuko Ayame.
Kemarin sesudahnya pembagian kelas seperti biasa aku dan Yuko pagi-pagi berangkat ke Sekolah saat aku membuka pintu kelas baruku dan ketika aku dan Yuko masuk anak-anak yang ada di kelas langsung melihatku dengan tatapan ingin memberikan senyuman pada kami. Aku dan Yuko memilih duduk di depan dan bersebelahan di kelas delapan dulu aku selalu ingin di luar kelas tapi saat ini aku malas untuk keluar kelas dari pada aku diam dan tidak melakukan apa-apa aku berniat membaca novel. Ketika aku sedang asik membaca tiba-tiba Yuko berdiri dan berjalan menuju pintu kelas, “Tunggu!, Yuko kamu mau kemana?” tanyaku. “aku mau ke kantin” jawabnya sambil membuka pintu dan ia pun langsung pergi. Mungkin Yuko mengerti kalau aku sedang serius dan tidak ingin keluar.
Di kelas baruku suasananya sepi maklum masih belum ada yang mengenal satu sama lain. Aku melihat sekelilingku aku merasakan aku akan nyaman di kelas ini. Aku mencoba menoleh ke belakang dan terdengar suara pintu yang terbuka aku langsung melihat ke arah pintu kukira Yuko yang datang dari kantin ternyata dua anak laki-laki dan di susul Yuko yang ada di belakang mereka karena hari pertama kelas sembilan jam pelajaran jadi kosong di kelas sembilan ini aku dan Yuko mencoba berkenalan dengan mereka semua yang ada di kelas. Aku dan Yuko mendekati mereka dan berjabat tangan sebagai tanda perkenalan di kelas nama–nama teman baruku bagus-bagus dan mudah di ingat ada yang namanya Hazuki Hicanna, Haruka Namae, Mayako Anami, Akio Kizuko, Kosuke Yamamura dan masih banyak yang lain. Kami pun mencoba untuk beradaptasi tiba tiba ada seorang guru laki–laki masuk ke kelas kita mugkin yang lainnya sudah tahu nama guru itu tapi aku masih pertama kali melihatnya aku bertanya kepada Yuko, tapi Yuko juga tidak mengenalnya, dan akhirnya pak guru mengenalkan diri, ternyata namanya Takahashi Watanabe biasa di panggil Takahashi.
Takahashi sensei menjadi walikelas baru kami. Saat itu juga Takahashi sensei membagi tugas di kelas dan memilih Ketua kelasnya, dan Kosuke Yamamura-lah yang menjadi ketua kelas. Setelah memilih ketua kelas, sensei Takahashi mengijinkan kami pulang dan belajar lebih giat lagi. Sampainya aku di rumah aku menceritakan semua kejadian di Sekolah kepada ibu, dan ibu terlihat senang begitu juga dengan Ayah dan kakak-kakakku.
Sorenya Yuko menelponku, katanya ia di ajak main sama teman-teman barunya, dan aku memang sudah tahu, aku bilang kepada Yuko kalau aku gak bisa ikut, selain tempat berkumpulnya jauh dari rumahku, aku juga gak akan dibolehin, ya sudah Yuko menutup teleponnya. Aku langsung menuju kamarku untuk belajar sambil mendengarkan music, “tok! tok! tok!” terdengar suara pintu, aku melihat dari pintu kamarku ketika ibu membuka pintu depan, aku tak melihat orang yang ada di luar, tak lama ibu memanggilku katanya dicari temanku. Oh itu pasti Yuko. Sambil membawa buku aku berjalan ke pintu depan ternyata itu Akio Kizuko, aku terkejut, “ada perlu apa kamu kemari?” tanyaku, “Emm… menjemputmu?” jawabnya, “emang mau kemana?” tanyaku lagi, “Kata Yuko kamu gak boleh ikut main sama ibumu, jadi aku menjemputmu?” jawabnya dengan tersenyum, “Ohh… baiklah aku bilang keibuku dulu, tunggu ya” jawabku dengan senang.
Aku diizinkan ibuku untuk pergi, aku pun pergi ke Taman Kota dengan Akio, sambil berjalan kami sempat beristirahat karena tempatnya jauh, kami hanya duduk-duduk sebentar dan melanjutkan berjalan ke Taman Kota, sampainya disana Yuko, Hazuki, Haruka, Mayako, dan Kosuke sudah menunggu, Yuko pun langsung memanggil namaku dengan gembira, aku pun berlari menghampiri Yuko. “loh kenapa kamu datang bersama Akio?” Tanya Yuko, “dia menjemputku tadi?” jawabku dengan santai. Yuko hanya tertawa, “YEE…!!!” teriak Yuko, “Yuko!! mengagetkanku saja,” kagetku. Setelah semuanya berkumpul Hazuki mengajak kami ke Restoran milik ayahnya, baiklah kami berjalan sambil bergurau dan kami pun semakin akrab, sampainya di Restoran, kami berbincang-bincang tentang suasana di kelas tadi pagi, ketika aku melihat arlojiku, ternyata sudah jam 04.30. aku bilang ke teman-temanku kalau aku mau pulang. Ketika aku berdiri Akio juga berdiri, “Aku juga pulang,” kata Akio, baiklah setelah berpamitam aku dan Akio berjalan keluar dan lagsung pulang, setelah sore hari aku berkumpul teman-teman, aku lelah sekali, aku cuci muka, kaki dan langsung tidur.
Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah dengan Yuko ketika aku memasuki kelas mereka semua menyapaku dan menyapa Yuko juga. Bel masuk berbunyi aku dan teman-teman siap menerima pelajaran, dan harus semangat karena sebentar lagi ada ujian masuk SMP, Takahashi sensei masuk kelas dan mulai mengajar, dan sekarang pelajaran matematika, huhh!!! materinya semakin sulit, jujur saja aku dari dulu gak suka matematika, tapi kalau Yuko hemm dia pintar banget kalau matematika.
Seminggu kemudian kami semakin akrab dan kompak, aku, Yuko, Kosuke, dan Akio selalu berbagi cerita, mereka saling membantu satu sama lain terutama Yuko, Saat istirahat kami berempat ke kantin, di sana kami berbincang-bincang tentang pelajaran yang tadi di pelajari. Bel masuk berbunyi kami berempat segera kembali ke kelas sebelum Takahashi sensei datang. Pelajaran pun selesai, aku sangat semangat, tak sabar untuk extrakurikuler pertamaku, oh ya kami berempat mengikuti extra bola basket, nah keahlianku dan Akio ada disitu. Senang sekali saat latihan, walaupun cuacanya cukup panas tapi aku tetap semangat, karena aku sangat suka olahraga, sepulang latihan, Aku berjalan menuju rumahku yang tak jauh dari sekolah, ketika aku sedang berjalan pelan-pelan, aku melihat Akio membeli makanan dan minuman, katanya sih Akio selalu ditinggal sendiri, maksudnya orangtua Akio bekerja dan terkadang orangtuanya gak pulang, aku kasian dengannya, ia mungkin kesepian di rumahnya. Aku, Yuko, dan Kosuke menghampiri Akio, “Hai Akio?” sapaku, “Hai juga” jawabnya, wajahnya terlihat sedih. “Ada masalah apa Akio? Kenapa kamu sedih?” tanyaku, “gak ada apa kok Hayako?” jawabnya dengan wajah yang memaksa tersenyum. Saatku berbicara dengan Yuko, taklama aku menoleh ke arah Akio, dia melamun, “Akio, kalau kamu ada masalah cerita kan ke kami” Yuko berkata. Tiba-tiba ia berdiri dan langsung pulang, “Kosuke memangnya ada apa dengan Akio?” tanyaku, “Dia dari kecil serung di tinggal oleh orangtuannya, mungkin ia ingat orangtuanya” jawabnya, agak lama kemudian kami pulang.
Lima bulan kemudian, Yuko, ia menghianatiku ia sekarang menjadi sahabat Mayako, dan saat itu juga, “Hayako maaf, aku gak bisa jadi sahabatmu lagi,” Yuko berkata kepadaku, aku sangat sedih, mungkin aku punya salah padanya, tapi apa?. Akio dan Kosuke datang, “sudahlah Hayako, bersabarlah, kamu mungkin bisa mendapatkan sahabat yang lebih setia dari pada Yuko” Akio menghiburku. Aku mengusap air mataku, dan berterimakasih kepada Akio dan Kosuke karena mereka masih mau berteman denganku.
Setelah bel istirahat berbunyi, Takahashi senseimasuk dan membawa anak perempuan, anak perempuan itu anak baru, setelah ia memperkenalkan diri, namanya Nina Hanami. “Hayako tolong bantu Nina ya?” kata Takahashi sensei, “Eeh! Baik sensei” jawabku. “Hai salam kenal?” Nina berkata padaku, “Hai,” jawabku, teman-temanku sepertinya gak suka dengan Nina, semua temen sekelasku melihatnya dengan sinis ke arah Nina, “Kalau membantuk anak Nina, waktu belajar kita pasti berkurang, dan prestasi belajar juga akan menurun, semuanya bersenang-senanglah” kata Akio, “kamu pasti bercanda kan?” jawab Nina, “aku serius” jawab Akio, “wah pikiranya licik” teriak Nina. Aku dan semua anak di kelas terkejut. Setelah ia berkata begitu, kelihatannya ia menyesali dengan perkataannya barusan, ia langsung duduk di sebelahku, saat itu ia pergi ke toilet, tas yang ada di loker Nina diambil Yuko dan Mayako, “Hei teman-teman, bagaimana kalau tas Nina ini kita bakar di lapangan belakang,” teriak Yuko.
Tapi waktu itu aku gak ada di kelas, aku lagi jalan-jalan dengan Hazuki, kemudian bel masuk berbunyi, aku dan Hazuki berlari segera masuk kelas, saat pelajaran sudah dimulai Nina baru datang, “anak baru, dari mana saja kau, cepat duduk” bentak sensei, “sensei kami ingin lihat kemampuan anak baru itu” teriak salah satu anak dari kelasku, “iya sensei” teriak siswa di kelas, tapi saat itu aku hanya diam saja, “baiklah cepat Nina” perintah sensei. Saat dia mulai berjalan menuju papan tulis, terlihat Nina sangat kesulitan, dengan pelannya Nina mengambil kapur papan tulis dan sedikit menoleh kearahku, Nina seperti membutuhkanku, tapi mulutku di tutup oleh Yuko dan tanganku di pegang erat-erat oleh Mayako, akupun tak bisa membantunya. Tiba-tiba saja Kosuke mengambil kapur dan dengan cepatnya Kosuke mengerjakan soal itu, Nina Kaget, dan aku terlepas dari Yuko dan Mayako, semua murid di kelas juga kaget, “Anak baru, tiba–tiba disuruh mengerjakan soal sesulit ini, tidak fair kan” kata Kosuke, “aaah benar juga, ya sudah Nina dan Kosuke boleh duduk. Bel pulang pun berbunyi, dari belakang Nina mengagetkanku, Nina langsung ngomong ke aku kalau Kosuke itu hebat dan dia pintar, aku jelaskan saja kalau dia juara umum, dan dia juga ingin masuk SMP Gakko Seishin yang ternama itu. Setelah aku ngomong gitu ke Nina, Nina juga ingin masuk ke Sekolah itu juga, aku pun langsung menjawab dengan keras kalau Nina maksa sekali mau masuk sekolah Gakko Seishin, terus aku beritahu kalau syarat-syarat masuk SMP Gakko Seishin tuhnilai rata-rata nem nya harus lebih dari 7, kalau kurang dari 7 tak bisa masuk SMP Gakko Seishin, “Nem itu apa?” dengan santainya Nina menjawab, “Nem saja tidak tahu, aduhhh,” keluhku, “tapi mulai sekarang aku akan ingat nem dan pelajaran juga,” senmangat Nina, sambil berlari menuju rumahnya iya terlihan benar-benar semangat.
Paginya aku menunggu Nina di gerbang sekolah, datang-datang Nina terlihat semangat, “tumben semangat banget?” tanyaku, “mulai sekarang aku harus terus semangat supaya bisa masuk SMP Gakko Seishin,” jawabnya. Ketika di kelas aku dan Nina berbincang-bincang, dari belakang Nina aka Akio, “Hai Nina” Akio mengagetkan Nina, dengan senyuman yang tak biasanya Akio duduk disamping Nina, Akio terus bertanya-tanya tentang Nina. Aku seperti tak dianggap oleh Akio, aku pergi, Nina berusaha tuk mengejarku, tapi sepertinya ia terlalu sibuk dengan Akio, dan saat aku merenung di depan kelas sendirian, aku melihat akhir-akhir ini setelah Nina datang Akio sering tersenyum, dan tak biasanya sebelum Nina datang Akio sering tersenyum, ketika ku terpuruk di keheningan ini, Nina datang dan duduk disampingku. Dia bertanya padaku, kenapa aku sendirian diluar, aku hanya tersenyum dan mengajak Nina kekantin, di tengah perjalanan aku bertemu Yuko, memang sifat Yuko berubah setelah Yuko mengenal Mayako.
Aku coba tuk sapa dia, tapi dia tak balas sapaanku sama sekali, ya sudahlah mungkin dia sudah menganggapku musuh atau yang lainnya, ketika aku kembali kekelas Nina ingin ikut bimbingan belajar, baiklah tapi aku agak gak yakin apa dia bisa masuk bimbingan belajar itu, aku tunjukkan soal matematika tahun kemarin pada Nina, “sesulit ini?” keluh Nina,” yah lumayan sulit sih?” jawabku, pulang sekolah aku, Nina, Akio, dan Kosuke ikut bimbingan belajar yang pertama, yang didapat dari bimbingan belajar yang pertama hanya pemberitahuan bahwa minggu depan akan ada ujian masuk SMP.
Sekarang waktunya olahraga, dan kebetulan olahraganya basket, ketika guru olahragaku mencoba mengadu kemampuan kami, baiklah aku semangat sekali, aku menjadi lawan Nina, pertandingan dimulai, sulit sekali menjadi lawan Nina, tak ku sangka Nina juga hebat di bidang olahraga, aku merasa terkalahkan, hemm tapi tak apalah namanya juga teman, setelah capek berolahraga, “kamu suka olahraga juga ya” tanyaku, “yah! tadi terlalu bersemangat,” jawabnya, aku terus merasa terkalahkan oleh Nina, dia memang sangat hebat dalam olahraga, ketika aku dan Nina berjalan menuju kelas, lagi lagi Akio mengagetkan Nina lagi, aku heran dengan perasaanku, kenapa setiap aku melihat Nina dan Akio berdua aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Pulangnya aku berangkat ikut “sistem” aku meninggalkan Nina bersama Akio, saat aku keluar kelas Nina bertanya padaku, katanya ia juga pengen masuk “sistem” juga, turus ya jujur saja kalau mau ikut sistem harus ambil ujian masuk bimbingan, dan masuk sistem itu nggak mudah, soal ulangannya juga begitu sulit, setelah aku ngomong begitu Nina mengeluh kalau harus ikut ujian lagi, Nina memelukku sambil menangis dan meminta pertolongan padaku agar aku mengajarinya. Aku berikan buki sistemku ke Nina, dan aku memberitahu dari buku tulisku kira-kira soal ujiannya seperti ini, tapi ada juga yang lebih mudah dari pada yang per tama, Nina berterima kasih padaku, dan dia memelukku lagi, Nina terlalu berlebihan bagiku dan baru kali ini aku kenal orang seperti Nina. Karena Nina baru pertama kali ikut sistem, jadinya semua murid yang ikut sistem juga harus mengikuti ujian lagi, bagiku materi-materi ujian yang diberikan sistem sangat sulit, aku seminggu ini harus lebih giat belajar, biar aku gak dikeluarkan dari system.
Sepulang dari system aku harus semangat dan lebih giat belajar, sambil mandi pun aku terus belajar, pokoknya diulangan nanti aku harus lulus, nanti kalau tidak berusaha juga akan gagal, “huff… tinggal sehari, hari terakhir harus belajar sampai larut”. Aku mulai ngantuk untuk menghilangkan ngantukku aku mau minum kopi. Saat aku menuruni tangga terdengar seperti orang menonton TV, aku berlari menuju ruang keluarga, ternyata ibuku yang menonton TV,” ibu kalau ngantuk, tidur saja duluan, ini sudah jam 12 lebih,” suruhku ke ibu, “nggak apa-apa, Hayako kan lagi belajar mana boleh tidur duluan,” jawab ibuku. Aku berfikir, jangan-jangan selama seminggu ini ibu menunggu sampai aku tidur dulu, aku mengerti perasaan ibuku, tapi apa boleh buat, aku terpaksa berbohong ke ibuku, kalau aku setelah ini akan langsung tidur, aku pun menaiki tangga dan menuju kamarku, dan aku hari ini tidak boleh tidur, hari terakhir ini aku harus belajar terus.
Diam-diam aku melompat dari jendela kamarku, aku berjalan tanpa suara dan pergi mencari tempat yang ramai, aku menemukan tempat yang mungkin cocok untuk aku belajar, aku menghampiri tempat duduk, karena malam minggu, banyak sekali orangnya, tapi kenapa rasanya seperti sepi, padahal sudah aku putuskan sendiri aku harus berusaha, saat itu aku bertemu Nina, ia sendirian, aku hampiri dia “Hai Nina, sedang apa?” tanyaku, “belajar, kamu malam ini juga belajar ya” jawabnya, Mungkin nina masih ragu dengan jawaban jawabanya pada soal-soal itu, Nina terus ber tanya padaku “Apa ini benar”. Aku lihat jawabannya semuannya salah, “Nina hitunglah dengan benar” perintahku, aku lihat Nina benar-benar bersunguh-sungguh mengerjakan soal-soal itu, dan tak terasa sudah jam 06.00 pagi, sambil berlari pulang Nina menyemangatiku.
Kesokan harinya ujian dimulai soalnya bagiku tidak terlalu sulit, aku sedikit melirik kearah Nina, dia sangat serius sekali. Waktu ujian masih lama, aku masih menghitung, tak lama kemudian Nina sudah selesai, ternyata dia bisa, aku sangat senang sekali. Hasil ujian diumumkan setelah pulang sekolah nanti, seperti biasa aku menerima pelajaran, pelajaran selesai, aku dan Nina berlari menuju hasil pengumuman tersebut, saat aku dan Nina membaca hasilnya, aku lulus, tapi Nina, Nina gagal. “Nina?” kataku, “Hh, tidak bisa, sama sekali tidak lulus” jawabnya, Nina seperti menyembunyikan kesedihannya padaku, saying sekali, padahal nina sudah berusaha.
Saat itu bel berbunyi, bimbingan sudah mulai, “sampai ketemu, Nina” salamku. Paginya aku bertemu Nina, raut wajahnya sepertinya ia hampir putus asa, karena jalannya ramai aku tak bisa mengejar Nina. Di rumah aku menulis fax bertuliskan “tetaplah semangat” untuk aku kirimkan ke Nina, “Hayako terimakasih Faxmu kemaren” Ucapan Nina kepadaku, “Nina, kenapa kamu datang ke sistemG” tanyaku, “sebenarnya aku ikut bimbingan belajar yang ada di sebelah gedung. Nina memberi tahuku kalau dia sudah mendapatkan tempat kursus yang pengelolahnya sama dengan sistem G, setelah aku lihat dari bicaranya Nina pantang menyerah, bimbingan pun selesai aku pulang jam 10 malam, aku coba lihat kegedung tempat Nina kursus, ternyata Nina sudah pulang.
Keesokan harinya Nina mengajak kami ber tiga makan-makan dirumahnya, alasanya hanya untuk menghilangkan rasa capek, minggunya aku, Akio, dan Kosuke berjalan menuju rumah Nina, disana menu hidangannya lezat-lezat, aku melihat Akio dia terlihat bahagia, “pertama kali aku makan, makanan yang begitu lezat” puji Akio kepada Nina. Dan baru kali ini aku dengar Akio bilang enak, “khawatir, khawatir terus dari dulu..” aku tak sengaja bilang begitu, “waah.. Hayako, jangan-jangan kamu suka dengan Akio ya..” sindir Nina, aku sangat malu, untung saja Nina bicaranya nggak terlalu keras jadinya Akio tidak tahu, setelah makan-makan selesai aku pulang bersama Akio.
Musim panas nanti sistem G dan G clip tempat bimbingan belajarnya bergabung untuk study tour bersama jadi aku bisa study tour dengan Nina juga, ketika aku memasuki pintu rumah ibu memberitahuku kalau ada kiriman dari sistem G, aku heran kiriman apa yang dikirimkan kepadaku dari tempat kursusku, saat aku memasuki kamarku, ada 2 kardus ukuran medium dikamarkku, aku buka kerdus itu, dan ternyata 2 kardus tersebut ber isi buku-buku pelajaran, aku kaget dengan jumlah buku pelajaran yang begitu banyak, aku dan Nina berangkat dan siap menjalankan Study tour ini, di tempat study tournya dibelakang gedung ada pantai yang sangat indah, “di tempat ini, kalau prestasi kita tidak naik jangan harap bisa ikut ujian” Kosuke berkata, “kamu jangan menakut-nakuti Nina” bentak Akio, Akio dan Kosuke datang-datang sudah bertengkar. Saat itu pelajaran hampir dimulai, kami dibagikan selembar kertas yang bertulis jadwal bimbingan belajar selama satu bulan ini, “hanya tidur 4 jam saja?” bisik Nina kepadaku, “ya, ini sih ketat sekali!” jawabku, “Dilarang berbisik” bentak pengawas. Baru kali ini aku mengalami musim panas yang tidak menyenangkan, setelah aku meletakkan barang-barangku di kamar, aku berjalan dan menuju kantin untuk makan siang, makan siang pun aku harus cepat-cepat karena kalau tidak begitu aku nanti tidak dapat kursi depan, saat pelajaran dimulai aku melihat keluar jandela, di luar pemandanganya sangat indah, tapi sementara aku harus terus di dalam kamar, dan juga beberapa hari ini aku juga tidak bertemu dengan Nina, Akio dan Kosuke, tiba-tiba teman sekursusku melihat ke jendela belakang semua, aku juga mengikuti mereka, aku melihat Akio bersama pengawasnya, ternyata Akio bolos pelajaran dan main playstation di dalam kamar. “Hayako kamu tadi lihat Akio, di bawa pengawas” Tanya Nina, “eh, iya aku, lihat, dia akan dihukum tidak makan 3 kali, jadi makan siangku akan aku berikan Akio nanti” jawabku, “Hayako” jawab Nina. Karena aku takut mengantarkan makan siangku ke Akio, aku mengajak Nina menemaniku. Dan nanti malam, kalau semuanya sudah tidur, aku dan nina pelan-pelan menuju gudang, aku menemukan gudangnya, “Akio, Hayako mau memberikan ini padamu” teriak Nina, tendela luar bisa di buka, tapi jendelanya limayan tinggi, aku tak sampai menggapainya, Nina menggendongku, ternyata sampai ke jendela itu, aku membuka jendelanya, saat aku bertatapan dengan Akio, dia menyebun nama Nina, hatiku terpukul ternyata salama ini Akio menyukai Nina, “hey! Kamu bilang apa sih!! Hayako menyisakan makan siangnya untukmu,” bentak Nina kepada Akio, “sudahlah, Nina sudah di berikan” Jawabku, “Hayako”.
Saatku mulai turun ada pengawas yang mengetahui kami, aku bingung harus sembunyi kemana, tiba-tiba Kosuke dantang dan menyeret kami berdua dibalik semak-semak, “AAaa!! Ada ulaat!!” jeritku, karena salahku kami bertiga tertangkap, dan masuk gudang bersama Akio juga. Lagi pula Aku, Nina, Akio, dan kosuke sudah 10 hari belajar terus, jadi apa salahnya kami bersantai sedikit di sini, “lewat dari sini tembus ke pantai, hari ini kita sudah seharian terkurung di dalam gudang ini, kita ke pantai!” kata Kosuke, “tapi bagai mana caranya keluar dari sini” Tanyaku, di tangan Kosuke membawa tongkat, tanpa berfikir dia langsung memecahkan kaca jendela gudang, tak kusangka kenapa dia bisa jadi lugu begitu. Kami melompat melewati jendela, dan merasakan udara yang segar, “angin kencang, tapi membuat perasaan jadi enak” teriak Nina. Hatiku berbisik, mata Akio hanya terus melihat kearah Nina, “maaf.. aku kembali ke gudang” aku berlari menuju gudang, Akio mengejarku, “kenapa kamu tidak bersama Nina saja” Tanyaku kepada Akio, “Nina memaksaku untuk mengejarmu” jawabnya dengan santai. Aku tahu kalau Akio lebih suka kepada Nina, makannya dia terkadang menuruti apa kata Nina, pelajaran hampir dimulai, Nina dan Kosuke belum juga kembali, saat pelajaran dimulai aku sering melamun, dan terkadang aku jarang memperhatikan. Study tour musim panas akhirnya selesai, hari ini waktunya pengumuman hasil ujian terakhir musim panas, saat aku mencari namaku, aku menemukan namanya Nina, dia naik dua tingkat, Akio peringkat 2, dan kosuke peringkat 1, dan akhirnya aku menemukan namaku sendiri, ternyata prestasiku menurun, nilaiku turun 5 poin lagi, aku dikeluarkan dari sekolah negeri. Kenapa prestasiku jadi menurun, mungkin saat pelajaran aku memang sering melamun dan tidak memperhatikan.
Ketika aku berjalan menuju kelas, tidak sengaja aku mendengar pembicaraan Akio dan Kosuke, kalau semalam Akio kencan dengan Nina, aku kaget, mataku mulai berkaca-kaca, Nina melihatku, aku pun berlari, “tunggu Hayako!” Nina memegang tanganku, “jangan pedulikan aku!!” bentakku sambil aku melepaskan tanganku dari tangan Nina, “Jangan ajak aku bicara” kataku, Nina memanggil namaku tapi aku tetap tak memperdulikannya. Aku tahu, memang bukan Nina yang salah, tetapi aku tidak bisa akrab dengan nina seperti dulu lagi, entah kenapa tingkah lakuku jadi begini, padahal hanya masalah kemarin malam. “teeet” bel pulang berbunyi. “tolong, dengarkan aku sebentar” tiba-tiba Nina menghampiriku, aku tak peduli dia bilang apa, aku pura-pura mengajak Hazuki kembali ke kelas untuk membersihkan kelas. Aku meninggalkan Nina berdiri disitu sendiri, aku berusaha menghindari Nina karena masalah itu.
Ketika aku memasuki kelas aku melihat Akio sedang berbicara dengan Nina, aku melihat selembar kertas di atas mejaku, ketika ku mulai memegang kertas itu, aku melihat Akio berlari, “kamu kejam Nina!!, padahal Akio sungguh-sungguh mencintaimu… terlalu kejam…!” aku memarahi Nina, “Hayako Maksudku…” jawab Nina, “sudahlah aku tidak akan mengampunimu!!” bentakku lagi, aku menuju bangku mejaku, mengambil selembar kertas yang di berikan oleh Nina, dan aku merobek selembar kertas itu tanpa membacanya sedikit pun. Aku langsung berlari ke belakang kelas. Setelah kejadian barusan, badanku terasa aneh padahal aku sakit, rasanya mual sekali. Ketika di belakang kelas aku duduk dipunggir kolam ikan sendiri.
Tiga bulan lagi menghadapi ujian, Nina langsung masuk sistem G, sehabis liburan musim panas prestasiku terus menurun, padahal pada musim semi yang lalu masih di atas batas lulus, prestasiku menurun sampai batas lulus, aku harus belajar… biarpun harus belajar sampai larut malam lagi. Ketika aku berangkat sekolah aku ingat kalau sekarang hari ulang tahunnya Nina, aku mau membuka pintu kelas dan di belakangku ada Nina, dia memanggilku, tapi aku tak peduli, saat aku mulai memegang pintu mataku sedikit berkunang-kunang, aku terjatuh, buku-bukuku berantakan, “Hayako, kamu baik-baik sajakan?” Nina membantuku berdiri, “jangan pedulikan aku” bentakku, “Hayako, kamu benci aku juga taka pa– apa, tapi jagalah dirimu baik-baik” teriak Nina. Nina walau pun aku berusaha menghindarinya, tapi di tetap baik padaku, dan sekarang aku tidak bisa mengalahkan Nina.
Dua bulan lagi, aku setiap hari, belajar terus dan jarang tidur, prestasiku jatuh, akhirnya jatuh dari batas lulus Gakko Seishin, sudah tak mungkin lagi, aku tak bisa mempertahankan, aku pasti gagal menghadapi ujuan, saat itu aku pingsan dan masuk rumah sakit. Ketika aku sadar, di luar ruanganku, aku mendengar Akio berbicara dengan Nina, saat Nina membuka Pintu ruangan aku melemparkan gelasku ke pinggir pintu, “Aku tak mau bertemu dengan Nina! Cepat kau pulang” aku marah dan berteriak. Nina terlihat kecewa, “Sejak Nina datang, hidupku jadi berantakan!, kalau Nina tidak datang ke kota ini, aku tak akan jadi begini…!!” aku ungkapkan perasaanku sekarang. Nina langsung berlari keluar ruangan, aku telah menyakiti hati Nina.
Musim dingin tiba, waktu begitu cepat, aku pasti gagal untuk masuk SMP Gakko Seishin, padahal besok sudah ujian masuk SMP Gakko Seishin, aku pergi dari rumah, aku pergi ke taman kota malam-malam dan sendiri, aku melewati stasiun kereta api, dan sampai di taman, aku duduk di antara pohon dan semak-semak, aku membawa semua buku pelajaranku, aku bersembunyi, jam 23.45 aku masih di balik semak-semak, tak lama kemudian Nina datang, dia tahu dimana aku berada, dia memanggilku, “yuk cepat pulang! Jangan sampai terlambat ujian besok,” ajak Nina, “Biarkan aku! Aku sudah membatalkan ujian!” aku berlari menuruni tangga, “Hayako jangan lari, ada salju, nanti jatuh” teriak Nina, Aku tetap tidak mendengarkan kata-kata Nina. Dan aku terpeleset di salah satu anak tangga itu, “Jatuh!” kataku, Nina memelukku, tangannya terpukul banyaknya anak tangga itu, aku melihat wajah Nina yang berdarah, aku sungguh menyesal, nina memelukku lagi, “Nina, padahal besok ujian,” tanyaku, “dari pada ujian aku lebih mementingkan teman” jawabnya. iri dan dendam semuanya hancur lebur. Aku sungguh menyesal, aku meperlakukan Nina seperti ini, aku benar-benar menyesal, enam jam lagi sudah ujian, aku dan Nina pulang.
Aku sudah sampai di SMP Gakko Seishin, menunggu Nina, dan akhirnya Nina datang juga, tiba-tiba Kosuke menggeret Nina ke belakang, aku mengikuti, ketika Kosuke melihat tangan Nina, ternyata tangannya patah tulang, gara-gara kejadian enam jam yang lalu, luka parah, Akio ingin memanggil ambulan, tapi Nina menolaknya, karena Nina masih ingin ikut tes masuk Gakko Seishin, tes tulis dimulai, tak ada satupun anak yang menoleh. Setelah tes tulis tes wawancara, tapi saat istirahat aku melihat nina masih didalam ruangan, dia merasa sakit, dan akhirnya aku di panggil untu melakukan tes wawancara, juri menanyaiku, bagaimana kesanku terhadap sekolah ini, “di kelilingi pohon yang hijau, rasanya begitu nyaman,” jawabku dengan santai, “berikutnya, apa yang terpenting di sekelilingmu” pertanyaan berikutnya, “teman-teman” jawabku, “temanmu bertujuan sekolah di mana?” bertanyaan lagi, “semua masuk SMP ini” jawabku lagi, juri terlihat kaget, “kalau begitu, bukankah menjadi sainganmu?” pertanyaan, “saya tidak pernah berfikir seperti itu,” jawabanku, “kalau temanmu lulus dan kamu tidak lulus pun tak apa-apa?” pertanyaan terakhir, “ya!” jawabku lagi. Tes wawancara sudah aku lewati, berikutnya giliran Nina, tes wawancara Nina sangat singkat, dan aku melihat dari pintu, Nina pingsan, aku, Akio, dan Kozuke berlari kearah Nina.
Aku berbicara kepada juri “Nina terluka demi melindungiku, kalau mau mengurangi nilai wawancaranya, kurangilah nilaiku,” aku langsung berlari mengejar Nina yang di bawa Kosuke. kesokan harinya pengumuman lulus atau tidaknya, pengumuman hasil ujian, jam 10, saat itu juga papan pengumuman dibuka, dan akhirnya aku, Akio, dan Kosuke lulus, tapi aku belum melihat nama Nina, dan akhirnya Nina sendiri yang menemukan namanya, “Nina lulus” aku berbicara kepada Akio, “ya” jawabnya. Karena Nina terlalu senang ia menangis dan Kosuke memeluknya, Akio terlihat cemburu. Ketika aku memanggil Akio dia tersenyum padaku. Ketika aku sedang melihat lihat, tiba-tiba Nina berlari, katanya ingin ke toilet, aku dan Akio mengikutinya, ternyata Nina ingin bertemu dengan Kosuke, saat Nina menghampiri Kosuke, aku bersembunyi di balik semak-semak dengan Akio, dan aku mendengar “Nina Aku menyukaimu” Kosuke menyatakan perasaannya kepada Nina, dan Nina menerimanya, disebelahku Akio “Kosuke itu baik dan tampan, aku jadi cemburu” keluh Akio, “dari pada dia, aku lebih menyukaimu, Akio” aku mengatakan itu kepadanya, dia berterima kasih padaku, “aku bukan tipe cowok yang begitu putus cinta, langsung bisa jatuh cinta pada cewek lain, bisakah kamu bersabar menungguku Hayako?” jelas Akio kepadaku. Aku lega, ujian sudah selesai, semuanya memulai dan menyongsong hari baru.
Cerpen Karangan: Indri Triyas Merliana Facebook: https://www.facebook.com/indri.kun.9