“Huhh.. kenapa sih nilai ulangan matematikaku selalu… saja jelek! Padahal aku kan sudah belajar?” tanya Nanda sambil berdecak kesal. “hay, Nanda? Kamu kenapa? Kok suntuk begitu sih?” tanya Nida teman Nanda. “gini, Nid. Tadi aku kan ulangan Matematika, tapi nilaiku jelek. Padahal aku sudah belajar!” kata Nanda. “m.. gini aja Nan, kamu coba belajar lebih giat lagi, dan hilangkan rasa tidak percaya diri dan tidak bisa dari dalam dirimu. Sebelumnya aku mau tanya, kamu benci gak sama pelajaran Matematika?” tanya Nida. “m.. Iya sih Nid. Aku benci… banget sama pelajaran Matematika. Soalnya, aku males… banget kalau belajar hitung-hitungan. Bikin puyeng kepala!” kata Nanda. “m.. itulah masalahnya! Kamu pasti tidak suka pelajaran itu. Makanya kamu anggap sepele dan jadinya nilaimu jelek deh. Coba kamu belajar lebih giat. Atau kamu mau belajar di rumahku?” tawar Nida. “ok, jam berapa?” tanya Nanda riang. “Jam 03.00 sampai jam 05.00” kata Nida lagi. “oh ya sudah! Dah sampai ketemu ya,” kata Nanda berlari riang keluar dari pagar sekolah. Nida hanya tersenyum sambil melambaikan tangan.
Sampai di rumah, Nanda langsung berganti baju dan makan siang. Lalu, dia melirik jam di rumahnya. Jam 14.45. ia lalu berkemas menyiapkan buku Matematikanya, dan ia pergi ke rumah Nida dengan berjalan kaki karena rumah Nida dekat dengan rumah Nanda.
Sampai di rumah Nida, Nanda dan Ninda langsung membuka buku matematika mereka. Mereka membaca buku itu dan menjawab soalnya dengan serius dan tekun. Lalu Nanda berkata “Nin, sepertinya aku mulai suka matematika deh, soalnya aku tertantang memecahkan berbagai jenis macam soal yang rumit” ucap Nanda riang. “ok, yuk kita belajar lagi semoga besok nilai kita seratus ya!” doa Nida “semoga!” kata Nanda lagi. Mereka pun berpelukan erat sekali.
Esoknya di sekolah… Nanda terduduk di kursi sekolah. Bu Sari guru matematikanya sedang asyik membagikan soal matematika pada murid-murid. Nanda berdoa dalam hati agar nilainya seratus. Sehelai kertas pun di taruh di meja Nanda. Itu adalah sehelai kertas Ulangan Matematika. Nanda langsung mengerjakan soal matematika itu. Ia begitu serius mengerjakannya. Baginya, tak ada soal yang susah. Untungnya, ia sudah belajar dengan Nida. Setelah selesai mengerjakan soal, semua murid mengumpulkan soal itu pada Bu Sari. Dengan cepat kilat, Bu Sari memeriksa semua soal yang telah di kerjakan murid-muridnya itu.
Dan saatnya Bu Sari mengumumkan yang mendapat nilai seratus. “yang dapat nilai seratus adalah Dyo, Iwan, Fita, Rara, Dyana, Nida, dan Nanda!” pekik Bu Sari. Nanda pun bersorak girang. Ia berterima kasih pada Nida. “Nida, makasih ya! Kamu udah ajarin aku. Tanpamu, nilaiku tidak mungkin bagus!” ujar Nanda riang. “ sama-sama Nan. Kamu ingat terus ya pesanku, kamu harus rajin belajar agar nilaimu bagus,” kata Ninda. “ok Nid. Masalah itu kamu gak usah khawatir. Aku gak akan lupa kok!” kata Nanda. Nida hanya tersenyum menanggapi ucapan Nanda.
Sampainya di rumah, Nanda menghampiri ibunya dan ia memberitahu ibunya bahwa ia mendapat nilai seratus. Ibu hanya tersenyum dan berkata “ibu bangga sama kamu nak! Tapi jangan cepat puas ya, terus rajin belajar!” nasihat ibu. Nanda menganggukkan kepala tanda mengerti. Ibu memeluk Nanda. Nanda juga memluk ibunya dengan riang. Hari itu bagaikan hari yang tidak dapat di lupakan Nanda.
Cerpen Karangan: Vindasya Almeira Facebook: Vindasya Almeira