Hari ini pengumuman SNMPTN. Wajar jika hati ini ketar-ketir. “udahlah kamu pasti keterima. nilaimu lo bagus” kata septi. Aku hanya tersenyum, tapi hati ini masih tak karuan. Fikiranku melayang – ada fikiran. Ada kok kakak kelasku dulu yang pintar, nilai bagus tapi dia tidak diterima.
Sore tepat pukul 17.00 wib aku ke rumah guruku bersama teman-teman rencannya mau melihat hasil SNMPTN. “Bismillah” ku ketik nomor pendaftaran dan tanggal lahirku. Tertulis ‘Maaf’ bewarna merah. Tak kulanjutan lagi. Kata itu sudah menggambarkan jelas bahwa aku tidak lolos. Tubuh ini terasa lemas. Tapi aku berusaha tegar di depan teman-teman. “gimana? diterima?” tanya guruku. Aku hanya menggelengkan kepala. “ya udah gapapa, belum rejekinya” kata pak Reno “Iya pak” kataku. “sholat maghrib aja dulu cah,” suruh pak reno kepada kami “iya pak” jawab kami bersamaan. Sesudah sholat kupanjatkan doa kepada Tuhan, tak terasa air mata ini membasahi pipiku. Tak kuasa lagi kubendung air mata ini.
Hari telah malam, kami semua pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, kedua orang tuaku telah menanti “gimana? lolos?” aku hanya menggelengkan kepala. Akupun langsung ke kamar. “ayah, ibu, maaf aku telah mengecewakan kalian” sambil kuteteskan air mata.
Dua hari ini aku masih seperti malam itu, kalau teringat lagi rasanya pengen nangis. “stop, jangan biarkan keadaan ini semakin berlarut. Hidup harus diperjuangkan bukan tuk disesali, keadaanmu takkan berubah hanya dengan disesali” tiba-tiba kata kata itu keluar dari muluku. Ya, memang benar hidup harus diperjungkan, termasuk memperjuangkan agar masuk PTN. Sekarang akupun fokus untuk mengikuti SBMPTN. Soal-soal SBMPTN beberapa tahun yang lalaupun mulai ku kerjakan. Setiap kali tubuh ini mulai terjangkit rasa malas, aku selalu berkata hidup ini harus diperjuangkan, ayo kamu pasti bisa, kalau mereka bisa kamu juga harus bisa.
Dua hari sebelum SBMPTN aku berangkat bersama teman-teman ke Malang naik kereta api. “ibu, mohon doa restunya, semoga saya bisa mengerjakan soalnya dengan benar” kataku sambil mencium tangan ibuku “iya, ibu doakan kamu supaya berhasil” jawab ibuku. Aku bersama teman-temanpun mulai menaiki kereta kami. Terlihat dari kaca ibuku memandangiku dengan penuh rasa harap.
Tepat pukul 16.25 wib kami tiba di kota malang. “Selamat sore malang…” ucapku lirih. Kami menunggu angkot sepi yang lewat. Maklum karena kami ada 12 orang jadi harus nunggu angkot sepi. Tak lama kemudian tiba angkotnya. Kami masuk. Setibanya di kost-kostan kamipun langsung ambruk ke kasur yang ada “capek yaa” kata fina “iya,” jawabku. “eh, sholat dulu, nanti keburu magrib” kataku “iya, kamu dulu aja yang wudhu, lalu aku” kata fina “iya” jawabku. Akupun langsung menuju kamar mandi. Ambil air wudhu kemudian sholat. “laper nih, gimana kalo cari makan” kata fika “iya laper juga nih” kata vila “yuk yuk” sahutku bersama kawn-kawan. Kamipun keluar dari tempat kost, di depan terlihat temen-temen cowok “mau cari makan ya?” tanya lio “iya, bareng-bareng aja lek gitu” jawabku. Teman temanpun setuju. Kami berjalan menyusuri jalan. Di sekeliling banyak warung warung. Kamipun memilih warung ‘sederhana’ tuk makan.
Hari ini merupakan hari perjuangan. Hari perjuangan tuk menaklukan soal soal SBMPTN. Tepat pukul 6.30 WIB. aku, fika, fela dan rio berangkat menuju UIN Malang naik angkot. Sebab jarak UIN dari kostan kami agak jauh. Sesampainya disana sudah banyak orang yang datang. “ya Allah, berilah kemampuan bagi hamba agar hamba bisa mengerjakan soal soal nanti dengan benar, amiin” doaku sebelum aku masuk UIN.
Pengawas meminta kami masuk ruangan. Soal TPA telah aku selesaikan, walaupun tak semuanya, paling nggak aku sudah ngerjain lebih dari separuh. Soal kedua TKDU. “aku harus ngerjain soal ini minimal separo dari soal yang ada” kataku lirih. Akupun mulai membuka lembar lembar soal. Ya Allah soalnya, luar biasa aku nggak ngerti… ini mana yang mau aku kerjakan. Akhirnya aku ngerjain matematika dulu, aku pilih pilih soal yang kira kira waktu garapnya tak lama. beberapa soal telah usai. Waktu tinggal 40 menit bahasa indonesia dan bahasa inggris belum tersentuh. ada rasa mulai panik. Bacaan pertama bahasa indonesia telah kubaca tapi gak mudeng – efek panik. mulai ku konsentrasikan fikiran “hayo, konsen-konsen” terucap kata itu ari mulutku. Soal bahasa inggrispun mulai kupilih pilih. Waktupun terus berjalan. mulai kuisi jawaban demi jawaban soal. tak terasa waktu tinggal menit, kucek nama, kode dan tanggal lahir – sudah. Tak lama kemudian pengawas meminta kami tuk keluar ruangan. “gimana?” tanya bimsa-teman yang baru ku kenal pagi ini. Aku hanya tersenyum. Bingung mau jawab apa.
Aku, fika, fela dan riopun bertemu di depan gedung B. kami berjalan menuju gerbang. “tadi gimana?” tanyaku “susah” jawab fika. “sama kalo gitu” jawabku. kamipun berjalan menuju gerbng disertai bincang-bincang tentang soal-soal tadi. Di depan sudah banyak orang yang mengantri. Sudah 15 menit kami menunggu angkot. Angkot yang menuju tempat kost kami semuanya penuh. “gimana? jadi naik angkot atau jalan kaki ni?” tanyaku “jalan ae yaa, nunggu nanti yo lama, penuh semua” kata rio “yo lek gitu” jawab fika. Kamipun berjalan menyusuri jalan. Sekitar separuh perjalanan rasa haus mulai datang. “ch ra enek bakules ye?” tany rio “nggak tau, di depan mungkin” jawab fela. Akupun juga merasa haus. Siang siang jalan kaki myusuri jalan, kudu semangat biar bisa sampai kost. Akhirnya di depan ada penjual jus. “cah, itu da penjual jus, mampir ya?” tanya rio “yo” jawab kami bersamaan. Juspun telah kami terima. “itu angkote kosong” kataku sambil menunjuk sebuah mobil biru. “iya,” jawab fika. Kamipun segera berlari menuju angkot tadi. “alhamdulillah, dapet angkot” kataku. Teman teman hanya tersenyum.
Tes hari kedua berjalan lebih luar biasa dari kemarin. Banyak soal yang tak aku mengerti. Sekeluar dari ruangan aku hanya terdiam, berjalan menuju gerbang. “ya allah, gimana ini? soal tadi sulit, mungkinkah jika hamba bisa lolos?” kataku dalam hati. Sesampainya di gerbang kami menunggu angkot lagi. seperti kemarin, kamipun harus pulang jalan kaki, dan hari ini kami malah harus pulang sampai kost jalan kaki. “cah, laper?” kataku “iya nih laper” kata rio. kamipun menuju warung dekat kost dn memesan makanan.
Sesampainya di kostan aku meletakkan kepalaku di atas bantal. Riva menghampiri kamar kami “kok baru pulang” tanya riva “iya, baru olahraga” jawabku. ia bingung. “jalan kaki dari UIN,” kataku “apa? Jalan kaki..” kata riva “iya” jawab fika. “ya udah istirahat dulu” kata riva. aku hanya tersenyum. Tak lama kemudian aku pergi menuju kamar mandi. Kemudian ku ambil air wudhu dan sholat dhuhur. Selesai sholat ku sampaikan semua rasaku kepada Allah. “ya Allah, hamba mohon kepadamu, berikanlah pertolonganMu kepada hamba, agar hamba bisa diterima, ya Allah hamba mohon hanya Engkau yang bisa membantu hamba, hamba tidak ingin mengecewakan kedua orang tua hamba lagi” tak terasa air mataku kini telah membasahi pipiku.
Hari ini kami pulang ke Tulungagug. “gimana soalnya?” tanya ibuku. Ku tak ingin membuat ibuku khawatir “ya yang saya bisa, saya kerjakan” jawabku. “sulit?” tambah ibu. Aku hanya tertunduk. Hari hari berjalan. Aku khawatir hasil Seleksi. “jangan terlalu dikhawtirkan, kalau memang rejeki ya diterima, kalau belum rejeki, mungkin ada jalan lain yang Tuhan pilihkan untukmu,” kata ayah. aku terdiam. Memang benar ucapan ayah. tapi aku ingin kuliah, dan diterima di universitas yang kupilih.
Sudah beberapa hari aku terdiam. Memikirkan seleksi. Rasa khawatir selalu mencul. Aku berharap aku bisa diterima. Setiap ku selesai sholat, aku selalu berdoa kepada Allah agar bisa diterima di universitas yang aku pilih.
Hari ini hari pengumuman hasil seleksi. Ku ambil lepiku dan kupasang modem. “hari ini pengumuman ya?” tanya ibu. Aku mengangguk “bismillahhirrohmannirrohim, semoga hasilnya sesuai dengan harapan, amiin” kataku lirih. Ku pilih lihat hasil. Tulisannya. ‘selamat, anda diterima di..’ tak kulanjutkan membaca. “ibu, aku diterima” kataku. Aku memeluk ibuku. Ibuku tersenyum, ia melihat lepiku. Aku pun kemudian bersujud. “ya Allah terima kasih, Engkau telah membantu hamba, hingga hamba bisa diterima, ya Allah terima kasih”
Tak ada yang tak mungkin selagi kita mau berusaha dan berikhtiyar Tuhan akan selalu membantu hambanya yag mau berusaha dan berdoa
Cerpen Karangan: Ievfa Facebook: fariedha ievfa