Seorang lelaki berkulit coklat bernama Dadang duduk termangu dalam ruangan yang sangat gaduh. Ruangan itu seperti pasar yang baru menggelar dagangan dan semua penghuni berteriak mencari pelanggan. Dadang menghela nafas penuh penantian dan sesekali bola matanya melirik ke arah jam dinding yang rasanya berputar begitu lambat. “Zul, ini gurunya kemana sih?,” bertanya pada teman sebangkunya. “Sebentar lagi mungkin datang”, jawab Zul dengan santai.
Dadang menempelkan tangannya ke dagu sambil tatapan melirik ke arah teman-temannya yang dari tadi riuh membicarakan acara motor balap GP semalam. Wajahnya sudah seperti rambut yang tidak disisir satu minggu, kusut. Sesekali ia melihat lagi coretan-coretan kecil berisi nama-nama senyawa kimia di kertasnya. Membuka-buka buku di hadapannya, membaca tulisan yang sudah ditandai warna merah. Perasaan Dadang sedang galau menunggu ujian hari ini. “Dang, mukamu kusut amat?”,tanya Zul yang dari tadi memperhatikan gelagat Dadang. “Iya Zul, habis begadang semalem. Ini jadi ujian gak sih?”, Dadang malah bertanya balik. “Semoga aja gak jadi Dang, karena semalem aku belum belajar”, ujar Zul sambil cengengesan. Dadang tersenyum kecut, matanya beralih ke arah pintu. Berharap akan segera ada seorang yang datang melewati pintu itu lalu membagikan soal. Tapi sudah 10 menit tidak ada satupun sedari tadi yang melewati pintu itu. Pagi ini Dadang ingin membuktikan bahwa ia akan mendapat nilai ulangan lebih bagus dari kekasihnya. Meski Dadang tahu itu akan sulit karena kekasihnya adalah siswa teladan di sekolah.
Semalaman Dadang mempersiapkan untuk ujian pagi ini. Seusai nonton motor balap GP bergegas masuk kamar. Mulutnya sibuk komat-kamit menghafal sesuatu, matanya yang tinggal menyala 5 watt pun masih dia paksakan untuk belajar. “Selamat siang anak-anak,” sesosok guru tiba-tiba masuk ke dalam kelas itu. “Siang Pak”, sontak seluruh siswa di kelas menjawab. Dadang senang bercampur bingung. Harapannya sedari tadi menunggu orang yang datang melewati pintu dan membagikan soal itu sudah datang. Tapi kebingungannya semakin menjadi-jadi melihat guru dan soal ujian di hadapannya. “Zul, ini Pak Heru kan?”, Dadang berbisik pada Zul. “Jelas-jelas itu Pak Heru masih nanya juga kamu ini Dang”, jawab Zul Sontak jantung Dadang berdegup kencang, badannya berkeringat dan wajahnya pucat. Tangannya merogoh masuk ke dalam tas, mencari-cari kertas berwarna biru. Matanya melotot, ternyata yang dia lihat semalam adalah jadwal pelajaran untuk hari kamis. Dan hari ini masih hari rabu. “Gara-gara semalem ada motor balap GP ni. Kenapa mendadak dimajuin hari Selasa sih? Biasanya acaranya kan hari rabu malam kamis. Jadinya kan aku pikir hari ini Kamis”, gumam Dadang sambil menggerutu. “Zul, aku berharap ujian matematika ini tidak jadi hari ini,” bisik Dadang pada Zul “Loh, tadi kan yang kamu yang paling semangat buat ujian Dang”, jawab Zul “Kirain hari ini kamis gara-gara biasanya aku nonton GP tiap malam kamis. Jadi aku belajarnya kimia bukan matematematika” jawab Dadang sambil tersenyum kecut.
Cerpen Karangan: Dina Istiqomah Facebook: Dina Az Zakie