Selama liburan musim panas, aku menginap di rumah nenekku. Karena, nenek hanya tinggal sendiri di sana.
“Fika, ini rotinya!” nenek memberikanku sebuah roti berselai cokelat. “Terimakasih nek!” kami pun makan pagi bersama.
Saat itu, cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan turun dengan deras ditambah dengan suara petir. Aku hanya bisa berdiam diri di kamar sambil menulis diary. Sedangkan, nenek sedang menjahit.
“Nenek, sebentar lagi Fika udah pulang lho, balik ke kota lagi deh!” kataku saat makan malam. “Iya Fika, nenek kesepian lagi nih” jawab nenek dengan suara yang serak. Maklum, nenekku ini sudah berumur 83 tahun. Kami pun melanjutkan makan malam.
Jam menunjukan pukul 8 pagi. Aku sudah dijemput oleh kedua orangtua dan adikku yang bernama Fia. Umurnya masih 4 setengah tahun. “Fika, ini untukmu. Sebuah sweater untuk musim dingin besok” nenek memberikan ku sebuah sweater jahitannya sendiri. Sungguh bagus sweater tersebut. Warnanya biru, dan terasa hangat jika dipakai. “Wah, makasih ya nek!” aku memeluk nenek. “Dada nekkk!!! maaf ya, Fika udah ngerepotin nenek. Kalau liburan, pasti Fika ke sini lagi” aku melambaikan tangan dari kaca mobil. “Iya, sama sama cucuku!”
Ketika musim dingin, aku selalu mengenakan sweater pemberian nenekku. Nyaman dan hangat.
“Hikss.. hiksss” aku mendengar suara isakan tangis. Aku pergi ke kamar mama. “Mama kenapa nangis?” aku panik. “Nenek meninggal!!!” “APA?!” aku ikut menangis.
Di kamar nenek, aku melihat tubuh nenek yang terbujur kaku. “Nenekkkk!!!” aku memeluknya. Jasad nenek memancarkan senyuman hangat.
“Terimakasih ya nek” bisikku
Malam harinya, aku bermimpi melihat nenek dengan senyuman yang terpancar. “Jadi anak yang baik ya, Fika” lalu menghilang begitu saja.
Cerpen Karangan: Yacinta Artha Prasanti Blog / Facebook: santi artha