Aku Rani, kadang aku berfikir hidup ini sangat membosankan. Kenapa?, karena aku kesepian, tak seorang pun peduli padaku, apakah mungkin aku memang ditakdirkan selamanya seperti ini?, hidup yang penuh dengan penderitaan. Ini kisahku…
“Rani, ayo makan sayang, nanti kalau kamu sakit bagaimana?”. Kalimat itu adalah kalimat terakhir yang aku dengar dari ibuku, setelah kepergian ibu untuk selamanya aku sendiri, lalu ayah?, semenjak ibuku meninggal, ayah pergi entah ke mana, dan sekarang aku hanya seorang diri yang setiap hari meratapi kepergian ibuku.
Hingga suatu hari, aku bertemu seorang remaja perempuan yang seumuran denganku, dia mengajarkan aku menjalani kehidupan yang penuh lika-liku ini. “Rani, kamu tahu tidak, hidup ini bagaikan roda yang berputar, kadang kamu di atas dan kadang kamu di bawah, dan yang paling penting jangan pernah berputus asa terhadap sesuatu yang menimpa dirimu” Olive, ya itulah sebutan nama orang yang paling peduli padaku sepeninggal ibu. “Olive, aku sudah lelah menjalani kehidupan ini, apa lebih baik aku mati saja, daripada terus-menerus tersiksa seperti ini?” butiran kristal air mataku tak terbendung saat harus kukatakan itu pada Olive. “Tidak Rani, kamu tidak pantas mengatakan hal seperti itu, seharusnya kamu bersyukur masih diberikan kesempatan untuk hidup, dibanding orang di luar sana yang ingin hidup namun tuhan tak mengizinkan”. Saat itu aku sadar akan satu hal, hidup ini untuk dijalani bukan untuk dikeluhkan.
Saat hariku kembali normal, hal yang tak kusangka terjadi padaku, aku mengidap kanker ganas, yang membuat umurku tak lama lagi. “Rani kesabaran akan menolongmu, aku yakin itu”. Mungkin itu adalah kalimat Olive untuk terakhir kalinya, saat senja berlabuh, saat dimana untuk terakhir kalinya aku menatap dunia, menyesali semua kehidupan yang kujalani untuk selamanya.
Cerpen Karangan: Arifah Mutawaffika Blog / Facebook: Arifah Mutawaffika