Tiba tiba abangnya menyelonong masuk ke kamar Ara. “Hayo adek abang ini lagi ngapain yaa?” “Ih apaan sih bang?, orang Ara lagi balesin chatnya Faya kali” “Faya apa Fadil?” “Faya baaang. Lagian kenapa Abang masuk ke kamar Ara ga ketuk pintu dulu?” “Bodoamat, weleee. Sana mandi, bau kecut tauu” “Abaaaang”
Setelah kurang lebih 3 bulan Ara di kelas baru, ia kini semakin dekat dengan Fadil dan tentunya Faya akan selalu berusaha mendekati Fadil.
Saat sedang kerja kelompok dengan Faya, tiba-tiba Ara mendapat pesan misterius.
From: (No Name) Ara. Lagi apa? Reply (y/n)
“Kenapa Ra?, chat dari siapa itu?”, tanya faya. “Engga tau Fay, nomer hpnya asing. Bodoamat lah, paling juga anak iseng. Mending kita lanjut ngerjain tugasnya”, jawab Ara. “Eh Ra bentar, kalau boleh tau yaa, kamu kan deket nih sama Fadil, kamu punya perasaan ke Fadil ya?”, tanya Faya penuh selidik.
‘Duh kenapa harus ngebahas ini sih?’
“Araa?, ditanyain kok malah ngelamun?”, sambung Faya. “Eh iya maaf, ehm engga deh. Dia itu bawel, ngeselin, arghh wajahnya kayaknya cocok deh buat jadi sasaran emosi”, jawab Ara. “Hehehe. Kamu mah sama laki laki kok kaya benci amat. Eh tapi kamu pernah nanya engga ke dia, sebenarnya dia itu lagi suka sama siapa?”, tanya Faya lagi. “Hmmm. Engga pernah, males aku bahas masalah cinta sama dia. Pokoknya nyebelin ih”, jawab Ara. “Kalau gitu, berarti kamu dukung aku buat sama Fadil?”, Faya kembali bertanya.
Oh ya jelas tidak. Dia kan kesayangannya Ara. Eh kenapa aku bilang kaya gini ya?.
“Dukung doong, apa sih yang engga buat Faya” “Sip dehhh”
Pada saat Ara akan tidur, ia kembali mendapat pesan misterius tadi,
From: (No Name) Ara lagi apa?, udah tidur yaa? Reply (y/n) YES
From: Ara To.: (no Name) Maaf ini siapa ya?, jangan bikin Ara bingung. Send (y/n) YES
From: (no Name) Aku Fadil Ra. Hehe lupa ngasih tau nama. Udah ngantuk ya Ara? Reply (y/n) YES
Kok tumben ya si Fadil pakai kata ganti ‘aku’ bukan ‘gue’. Aneh nih anak.
From: Ara To: (no Name) Owalah Fadil. Gue Belum ngantuk sih, ada apa emang? Send (y/n) YES
From: (no Name) Ehm besok, aku mau ngajak Ara ketemuan di rumah pohon. Kira kira jam 2 deh, bisa engga? Reply (y/n) YES
Tuh kan dia jadi aneh, masa pake ‘aku’ lagi, terus besok bilangnya mau ngajak ‘ketemuan’ bukan ngajak ‘main’, aneh ih.
From: Ara To: (no Name) Okeh, besok gue usahain. Ini udah malem, gue ngantuk. Bye Send (y/n) YES
From: (no Name) Sip deh Ra, besok aku tunggu. Sweet dream Ra. Kalau bisa sih, mimpiin aku ya. Reply (y/n) YES
From: Ara To.: (No Name) Iya deh dil. Aku bakal mimpiin kamu kok, kamu juga sweet dreams yaa. Send (y/n) NO
Duh kenapa aku malah jadi ngomong kaya gitu, untung gak jadi ke kirim. Atau jangan-jangan jangan aku suka sama Fadil?, etdah jangan sampe deh suka sama tuh anak. Paling dia lagi iseng
Keesokan harinya, saat istirahat. Faya mengajak ara bermain “Ra, nanti jam 2 kita main yuk. Biasa di rumah pohon” ‘Duh, aku kan udah ada janji sama Fadil. Gimana ya?’ “Ehm maaf fay, aku ngga bisa. Aku entar mau jaga rumah. Bunda, sama abang mau pergi” “Owalah ya udah. Kapan kapan aja ya Ra”
‘Maaf Fay, aku terpaksa bohongin kamu. Kali ini akan ada hal yang lebih penting’
“Araa?, kok melamun lagi sih?. Mikirin apa hayo?” “Eh engga, akhir akhir ini aku rindu kakek Fay. Rindu sama dongengnya, rindu segalanya deh Fay” “Ululuh, kalau kamu kangen. Kirim Al Fatihah aja ra, atau kalau bisa ziarah ke makamnya” “Bener juga tuh, makasih ya Fay sarannya”
Sepulang sekolah, Ara langsung berganti baju, dan ia sempat menulis diary sejenak.
‘Dear diary, Andai aja kakek masih ada, pasti aku bisa minta saran tentang masalah ini. Kakekk, Ara kangen banget sama kakek. Kakek tenang di sisi Allah ya, amiin. Ara yang merindukan kakek.’
Ara pun melihat jam dinding kamarnya, yang ternyata telah menunjukkan pukul 13.50. Tanpa pikir panjang, ia langsung minta diantar pak Topo menuju rumah pohon. “Pak topo, anterin aku ke rumah pohon ya. Pentingg” “Baik non”
Sesampainya di rumah pohon, Ara tak melihat Batang hidung si Fadil. Namun tiba-tiba dari arah belakang, matanya ditutup oleh tangan seseorang. “Hei siapa kamu?, mau aku teriak nih?” “Kalem raa, ini aku. Fadil” “Ngapain kamu nutup mataku?” “Sabar yaa, aku mau kasih surprise” “Ya deh”
“Sekarang kamu boleh buka mata” Ara pun membuka mata “Sebenarnya aku suka sama kamu, aku mau kamu jadi pacar aku” ‘Deg!. Kan bener, selama ini Fadil suka aku’ “Ehm gimana ya?, sebenernya aku juga suka kamu dil. Tapi, maaf aku engga bisa Nerima kamu. Aku gak pantes, yang pantes itu Faya. Iya Faya, dia yang dari awal suka sama kamu dil.” “Tapi Ra, aku sukanya kamu, bukan temanmu” “Maaf dil. Engga bisa” Ara menangis. Fadil kecewa. Emosi Keduanya langsung berubuah secara drastis. Namun, tanpa mereka sadari, Faya sedang memperhatikan mereka sejak awal.
Sepulang dari rumah pohon, Ara yang sedang sedih langsung tertidur di kamar. Namun ternyata, ia bermimpi bertemu kakeknya.
‘Ara sudah besar ya?, sudah mulai mengenal cinta?, namun cinta itu justru membuat Ara menangis?, lebih baik Ara menyusul kakek saja. Di sini Ara akan selalu bahagia bersama kakek yang akan selalu mendongengimu’
Ara terbangun, dan kembali menangis. Tangisannya itu, didengar bundanya. “Aduh Ara, kenapa kamu nangis nak?” “Huwaa, bundaaa” “Coba cerita ke bunda, biar bunda ngerti” “Akhir akhir ini, Ara jadi rindu banget bun sama kakek. Ara rindu semua tentang kakek” “Sudah sudah jangan nangis dong, anak bunda kan strong. Mendingan Ara kirim doa yang banyak buat kakek. Biar kakek tenang di sana.”
Esoknya, Ara berniat bercerita tentang kakeknya itu kepada Faya. Namun kali ini, ia hilang entah kemana. Biasanya saat istirahat, mereka berdua pergi ke kantin, namun kali ini Faya langsung menghilang. Ara akhirnya mencari ke setiap lorong di sekolah, dan ia pun menemukan Faya di bangku taman belakang.
“Faya, tumben kamu di sini?, aku cariin loh” “Buat apa kamu cari aku lagi ha?” “Eh Fay, kok kamu jadi marah?, aku salah apa?” “Ga usah sok bodoh deh. Kemarin kamu habis ke rumah pohon kan?, buat ketemuan sama Fadil kan?” “Ehh engga. Kamu salah liat kali” “Gak mungkin aku salah. Terus kamu habis ditembak sama Fadil kan?, dan secara bodohnya kamu nolak dia?, padahal dia suka kamu, dan kamu juga suka dia.” “Ta.. tapi ini semua buat kebaikan kamu Fay, aku mau lihat kamu bahagia” “Tapi ini gak adil Ra!. Kalau kamu emang suka sama Fadil, kenapa dari dulu kamu enggak jujur aja ke aku?, kan entar aku bisa ngalah buat kamu. Terus, kalau caranya kamu nolak Fadil, kamu justru bikin orang yang aku sayang sedih. AKU KECEWA SAMA KAMU RA!” Faya pergi dengan menangis “Faya.. tunguuu” Namun Faya terus berlari, entah ke mana. Ia hilang, dihanyutkan oleh banjir air matanya.
Setelah kemarin terjadi kejadian tangis menangis, kini pupus sudah persahabatan antara Ara, Faya dan Fadil. Mereka semua menangis hanya karena cinta, terlebih lagi Ara, ia sangat kecewa dengan pilihannya sendiri. Namun siapa sangka, karena kejadian kemarin, kini Ara menjadi down, ia sakit, wajahnya pucat, mungkin terlalu memikirkan persahabatan yang sudah pupus itu.
“Sayang, sekarang Ara makan dulu ya?, biar cepet sembuh, nanti bisa kembali ke sekolah”, ucap Bunda. “Iya buun”, jawab Ara lemas. Setelah Ara makan siang dengan suapi bundanya, ia memutuskan untuk menulis sesuatu di buku diary, sebelum tidur siang.
Faya yang merasa bersalah karena telah membuat Ara menangis, ia pikir Ara sakit adalah karena Faya. Akhirnya ia memutuskan untuk meminta maaf kepada Ara secara langsung -menuju rumah Ara-. Namun sayang, Ara sedang tertidur pulas saat Faya ke rumahnya.
“Assalamu’alaikum, bang Ara nya ada?’, tanya Faya. “Wa’alaikumsalam, ada. Entar dulu yaa, dia lagi tidur. Aku mau bangunin nih”, jawab abangnya.
Lalu abangnya Ara memasukki kamar Ara, didapatnya Ara sedang tertidur sambil memeluk buku diary.
Aduh, adek abang ini suka sekali nulis di buku diary deh.
“Ara bangun, ada Faya loh, dia mau minta maaf”, ucap Abangnya membangunkan Ara. Namun Ara tak kunjung bangun pula, akhirnya abangnya mengecek tangan mungil Ara, didapatinya tangan mungil itu sudah tak ada nadi bergetar.
“Bundaaaaaa”, teriak abangnya. Lalu seisi rumah bingung, tak terkecuali Faya, semuanya langsung masuk ke kamar Ara. Dan, didapatnya abang sedang menangis sambil memeluk Ara. “Bang, adek kenapa bang?”, tanya bunda. “Adek udah nyusul kakek bun”, jawab abangnya sedih. “Innalilahi wa inna ilaihi raji’un”. “Ini pasti bohong kan bang?, Ara cuma ketiduran kann?”, tanya Faya tak percaya. Seisi rumah menangis, sedih dan sedih. Faya membuka buku diary milik Ara, dan membaca tulisan di hari itu:
Dear orang yang Ara sayangi; Ayah, bunda, abang, Faya, Fadil, dll.
Maafin kesalahan Ara selama ini yaa. Ara mau pergi, jauuh banget perginya. Ara mau nebus kerinduan pada kakek, Ya, Ara mau ketemu kakek. Kalian mau titip salam engga buat kakek?, entar Ara sampein kok.
Oh iya, untuk Ayah. Jangan kelamaan pulang ya, kalau bisa ayah pulang sebelum Ara pergi.
Untuk bunda, Terimakasih bun, atas kasih sayang bunda selama ini. Maafin kalau Ara nakal, maafin ya bun.
Untuk abang gantengku, Jangan jadi tukang tidur ya bang, entar siapa yang jagaain bunda kalau abang tidur terus? Jangan jahil ya bang.
Untuk Faya, aku minta maaf. Aku engga pernah jujur ke kamu Fay, tapi aku harap kamu bisa bahagia sama Fadil setelah aku pergi.
Untuk Fadil, Ara suka sama kamu. Tapi Ara mengalah, Ara pengin lihat Faya bahagia. Jadi, berbahagialah sama Faya. Jaga Faya ya dil
ARA SAYANG SAMA SEMUANYA. JANGAN NANGIS YAA. UDAH DULU, ARA MAU PERGII. -SELAMANYA-
TAMAT
Cerpen Karangan: Nabila Nisrina Agvie Blog: Nabilanisrinaagvie.blogspot.com Cerpen ketiga saya yg diunggah ke Cerpenmu.com I hope u like it. Kunjungi blog saya yaa di nabilanisrinaagvie.blogspot.com Follow IG @nabilanisrina20