Panas, keringat, dan tanah. Hal itulah yang mewarnai kegiatan berkebun Vina di akhir pekan dengan Bundanya. Mawar, melati, dan bougenvil adalah bunga favorit Vina. Hampir seluruh bagian kebun Vina ditanami ketiga jenis bunga tersebut.
“Vina, tolong ambilkan skop Bunda di gudang,” pinta Bunda kepada Vina. “Ok, tunggu bentar ya Bun,” dengan segera Vina menuju ke gudang rumah. “Ini Bun skopnya,” kata Vina sambil memberikan skop tersebut. “Terima kasih ya,” kata Bunda sambil tersenyum manis. “Bunda mau nanem apa?” tanya Vina penasaran. “Ini, Bunda mau nanem mawar pemberian kakekmu kemarin,” jawab Bunda sambil menggali tanah. “Oh, mawar kemarin. Sini Bun Vina bantu,” Vina langsung ikut menggali tanah.
Sudah sekitar 1 jam Vina dan Bunda berkebun. Mereka pun berberes dan segera masuk ke rumah untuk istirahat. Tiba-tiba Bunda batuk dengan sangat keras. Vina langsung kaget melihat Bunda yang batuk sekeras itu. “Loh, Bunda gak papa?” tanya Vina ketakutan. “Ehem, Bunda gak papa. Mungkin Bunda kecapekan,” jawab Bunda meyakinkan Vina. “Ya sudah, lebih baik Bunda istirahat di kamar ya,” ajak Vina sambil menuntun Bundanya menuju kamar.
Satu minggu telah berlalu. Dan kondisi Bunda semakin menurun seiring bertambahnya hari. Hari ini Vina dan Ayahnya akan membawa Bunda ke rumah sakit untuk diperiksa. Akhirnya sampai juga Vina di rumah sakit. Dengan segera Ayah menuju meja receptionist untuk mendaftarkan bunda. Dan sampai akhirnya Bunda mendapat nomor antrean 30. Hmm… nomor yang cukup banyak.
“Bunda sabar ya, habis ini kita periksa kok,” kata Vina menenangkan Bunda. “Uhuk… uhuk…, iya Vina. Sebenarnya gak usah lah bawa Bunda ke rumah sakit. Bunda Cuma sakit batuk biasa aja. Uhuk…uhuk,” kata Bunda sambil menahan batuknya. “Bunda nggak boleh gitu, ini untuk kesehatan Bunda kedepan,” sahut Ayah.
Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya tiba giliran Bunda diperiksa. Ayah dan Vina harus menunggu di ruang tunggu rumah sakit sampai pemeriksaan Bunda selesai. “Keluarga dari Ny. Indah,” panggil dokter. “Iya dok, saya suaminya,” jawab Ayah dengan cepat. “Bisa ikut saya Pak?” sambung dokter.
Ayah langsung masuk ke ruang dokter tersebut. Vina yang ditinggal Ayah di ruang tunggu bergegas masuk ke ruang pemeriksaan untuk menemui Bunda. Tanpa berpikir panjang, Vina langsung duduk di samping Bunda dan mengajak Bunda ngobrol sambil menunggu Ayah. Tak lama kemudian Ayah masuk dengan wajah yang masam.
“Gimana hasil pemeriksaan Bunda, Ayah?” tanya Vina tak sabaran. “Bu… Bunda…,” jawab Ayah terbata-bata. “Bunda kenapa yah?” Vina semakin ketakutan. “Bunda…, terkena leukimia,” sambung Ayah. “Apaaa??, Jadi, Bunda terkena Kanker?” kata Vina kaget. “Kanker kata Ayah?” sahut Bunda seakan tak percaya. “Iya, dan Bunda harus diopname sampai benar-benar pulih,” lanjut Ayah.
Vina yang tak percaya dengan hal tersebut langsung memeluk Bunda dengan erat. Satu per satu tetesan air mata Vina jatuh membasahi pakaian Bunda. Namun Ayah dan Bunda berusaha menenangkan Vina. Setelah Vina mulai tenang, Ayah mengajak Vina untuk pulang. Dan besok Vina akan kembali ke rumah sakit untuk menemani Bunda selagi Ayah bekerja.
Keesokan harinya… Vina yang akan menuju ke rumah sakit sedang menyiapkan pakaian ganti. Namun sebelum berangkat ke rumah sakit, Vina meyempatkan diri menengok kebunnya. Ternyata mawar yang ia tanam bersama Bunda sudah ada 3 yang mekar. Warnanya merah merekah. Mahkota bunganya terlihat segar sekali. Terbesit ide untuk membawa satu bunga itu ke rumah sakit. Vina memetik mawar itu dengan sangat hati-hati.
Sehabis memetik bunga, dan dirasa semuanya sudah siap, Vina langsung memesan ojek online ke rumah sakit. Setelah 30 menit perjalanan, Vina sampai di rumah sakit. Dengan segera Vina masuk ke Ruang Mawar 03 tempat Bunda dirawat. “Bunda!!!” sapa Vina dengan semangat. “Halo sayang, wah bawa apa kamu itu?” tanya Bunda dengan menunjuk mawar yang dibawa Vina. “Ini Vina bawa mawar yang kita tanam waktu itu. Mawar dari kakek itu loh,” jawab Vina sambil meletakkan bunga itu di vas milik rumah sakit. “Bunganya sudah mekar? Cepat sekali” kata Bunda dengan sedikit tersenyum. “Ngomong-ngomong, hari ini Bunda jadi kemoterapi?” tanya Vina memastikan. “Iya dong, biar nanti Bunda bisa cepet sembuh,” jawab Bunda.
Jam menunjukkan pukul 1 siang. Ini waktu Bunda menjalani kemoterapi yang pertama. Vina hanya bisa menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Sudah sekitar 1 jam berlalu. Bunda keluar dari ruang kemo dengan tidak sadarkan diri dan kembali ke kamar inap tadi. Vina langsung menghubungi Ayah agar segera ke rumah sakit.
Ayah pun sampai di rumah sakit sekitar pukul 5 sore. Vina menyambut kedatangan Ayah dengan gembira. “Ayah sudah datang!” sambut Vina. “Gimana keadaan Bunda?” tanya Ayah kepada Vina. “Tadi sudah dikemo, tapi sekarang belum sadarkan diri,” jawab Vina dengan suara yang pelan. “Permisi, bisa bicara dengan keluarga Ny. Indah?” kata seorang suster yang tiba-tiba masuk ke kamar Bunda.
Tanpa berpikir panjang Ayah langsung mengikuti suster tersebut. Lagi-lagi Vina ditinggal sendirian bersama Bunda yang tidak sadarkan diri. Namun, Ayah kembali dengan cepat. Alih-alih membawa berita gembira, ternyata Ayah membawa kabar kalau hasil kemoterapi Bunda tidak memberikan kemajuan. Dan 2 hari kedepan Bunda akan dirawat dengan ekstra. “Bunda, Vina pulang dulu ya. Besok Vina janji kalau Vina akan kembali menemani Bunda di sini. Dan pasti Vina akan bawakan Bunda bunga mawar yang paling cantik,” kata Vina kepada Bunda dalam kondisi tertidur.
Haripun berganti. Sekarang adalah kemoterapi Bunda yang ke 2. Kali ini Vina akan berangkat ke rumah sakit dengan Ayah karena Ayah sedang libur kerja. Tapi sebelum berangkat ke rumah sakit, tak lupa Vina memetik bunga mawar dari kebun. Setelah semuanya siap, Vina dan Ayah menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Ayah dan Vina menunggu di ruang tunggu karena Bunda sedang melaksanakan kemoterapi.
Bunda pun keluar dan masuk ke kamar inap. Tak lupa Vina meletakkan mawar yang ia petik di vas milik rumah sakit. Tiba-tiba dokter masuk ke kamar inap Bunda. “Saya di sini ingin memberitahukan bahwa kondisi Ny. Indah semakin menurun. Kami rasa kemoterapi ini tidak memberi efek. Kami sarankan agar Ny. Indah menjalankan operasi pengangkatan sel kanker saja,” kata dokter tersebut. “Lakukan saja dok, apapun caranya agar Bunda bisa sembuh!” sahut Vina tanpa berfikir panjang. “Iya dok, lakukan saja,” kata Ayah. “Baiklah kalau begitu, besok pukul 7 pagi Ny. Indah akan menjalankan operasi,” sambung dokter tersebut.
Vina langsung mendekat ke arah Bunda, begitupun Ayah. Vina memeluk erat Bunda sambil menangis. “Bunda, besok Bunda mau dioperasi. Pokoknya Bunda harus sembuh biar kita bisa kumpul bareng lagi, bisa berkebun bareng, bisa masak bareng. Yang penting Bunda harus sembuh,”
Setelah berberes, Vina dan Ayah kembali ke rumah. Di rumah Vina berdoa agar Bunda bisa sembuh total. Dan ia juga berdoa agar besok operasi pengangkatan sel kanker Bunda dapat berjalan lancar. Keesokan harinya Vina terlambat bangun. Ia bangun pukul 8 sedangkan operasi Bunda dimulai pukul 7. Dengan tergesa-gesa Vina menyiapkan pakaian dan langsung menuju rumah sakit. Dan ternyata Vina lupa memetik bunga mawar dari kebun.
Sesampainya di rumah sakit Vina dan Ayah segera menuju ruang tunggu. Operasi berjalan sangat lama. Hampir 2 jam Vina dan Ayah menunggu. Hingga akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. “Dok, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Ayah dengan nafas tak beraturan. “Iya dok, gimana keadaan Bunda?” sahut Vina. “Mohon maaf pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Tuhan berkehendak lain,” jawab dokter dengan suara yang lirih. “Apa maksud dokter?” sahut Vina memastikan. “Ny. Indah telah tiada,” sambung dokter. “Jadi, maksud dokter istri saya meninggal?” tanya Ayah kembali.
Dokter hanya mengangguk. Vina kaget dan seakan tak percaya akan hal ini. Vina dan Ayah langsung masuk ke ruang operasi. Di sana Vina menangis dengan kencang seakan tak bisa menerima kenyataan ini.
Jenazah Bunda segera dibersihkan dan dibawa ke rumah. Sesampainya di rumah, Vina masih menangis di samping jenazah sang Ibunda. Tetangga Vina pun berusaha menenangkan Vina. Setelah dirasa semua sudah siap, jenazah Bunda dibawa ke tempat pemakaman. Namun, bukannya ikut ke pemakaman, Vina malah pergi ke kebun. Di sana ia memetik mawar pemberian kakek yang kebetulan tinggal 1. Setelah memetik mawar, Vina berlari menuju tempat pemakaman.
Di sana ia melihat kalau jenazah Bunda sudah masuk ke liang lahat. Vina bergegas mendekat dan melihat jenazah Bunda untuk terakhir kalinya. Akhirnya, liang lahat Bunda mulai dipenuhi tanah. Vina yang melihat proses pemakaman itu hanya bisa menangis dan bersabar. Hingga akhirnya liang lahat Bunda sudah berupa gundukan tanah yang dihiasi taburan bunga. Vina berlutut di samping makam tersebut.
“Bunda, kenapa Bunda meninggalkan Vina? Vina masih ingin berkebun bersama Bunda. Bunga-bunga di kebun kita sudah banyak yang mekar loh. Seharusnya kita petik bunga-bunga itu bersama. Tapi, Bunda malah pergi duluan. Namun, Vina ikhlas kok Bun. Dan ini, ini adalah mawar yang kita tanam bersama waktu itu. Mawarnya cantik kan? Cantik lah, kan Bunda yang tanam. Dan ini mawar terakhir untuk bunda. Terima kasih ya Bun, sudah mau jadi Bunda terbaik untuk Vina,” kata Vina sambil meletakkan mawar itu di dekat nisan Bunda. Vina pun memeluk erat nisan Bunda sambil menangis. Dan mawar tersebut menjadi mawar terakhir yang diberikan Vina kepada Bunda.
Cerpen Karangan: Firnanda Bagoes Septiawan Putra Blog / Facebook: Firnanda Bagoes Firnanda Bagoes Septiawan Putra Kelas VIII A SMPN 1 Puri