Lantunan piano yang sejak tadi terdengar laras dengan serentak mengalun pelan hingga perlahan menghilang dari indra pendengaran. Ada seorang gadis di dalam ruangan itu yang tampak tidak tertarik dengan pembicaraan di sana.
“Altarayn Utara.” “Efata Arua.” “Dan Aram Temaram.” “Silakan maju ke depan.” Bibi Meridian guru les piano di tempat itu berakhir menjatuhkan tatapannya kepada gadis di sudut ruangan. Aram panggilan gadis itu. Baiklah, bahkan ia dapat merasakan sekat tinggi di antara ketiganya saat Bibi Meridian terakhir melantunkan namanya.
Setiap tahun di masa kecil Aram, ia benar-benar meringkuk dalam ketakutan agar kejadian hari ini tidak pernah terjadi. Sembari memanjatkan begitu banyak doa yang entah tersampir di lintas langit mana, berharap kehidupan memberinya secuil kebahagiaan. Suam-suam kuku Aram yang kini tampak memucat dipacu lebih cepat agar latah menari di atas lantunan instrumen.
Ia tidak pernah berpikir bahwa di bawah pijakannya sendiri ia tidak bebas mengatur kemana langkah kakinya pergi. Jika diberi pilihan Aram akan memilih tanggal tercantik sebagai hari kematiannya. Cukup konyol jika kau berada dalam suasana itu.
Di bawah teduhnya langit sore Aram tampak termenung, kata-kata Rua siang tadi terdengar menyayat. Ia berniat menghampiri keduanya untuk bergabung bersama ke ruangan musik namun keberadaannya di sana hanya membawa kenyataan pahit. Aram benar-benar tergugu kenyataan yang baru saja didengarnya teramat memilukan bahkan saat ia belum siap meringkuk dari masalah sebelumnya.
“Aku tau Tera yang menyukaiku bukan Aram! Tolonglah…” “Iya lalu bagaimana? Kau akan menjadikan kepribadian lain dari Aram kekasihmu? Begitu? Kau hanya menyebabkan kekacauan Rayn! Katakan saja kebenarannya. Bahwa Altar tidak pernah ada! Itu hanya imajinasi bodoh yang dibentuk karena kelainan dirinya. Rayn… Aram hanya membawa masalah dalam hubungan ini. Putuskan hari ini juga atau kau kehilangan aku!”
Kekonyolan takdir bagian berapa ini? Ia kehabisan akal. Kapan terakhir kali Aram menyadari kehidupannya? Detik ini dan saat gadis kecil itu berada di rumah sakit jiwa. Ya, itu sebagian kecil perbuatan ayahnya karena menganggapnya gila, mungkin? Lalu bagaimana dengan sebagian besarnya? Aram yang menjadi korban rumah tangga orangtuanya, trauma, perselingkuhan kedua orangtuanya, pernikahan kedua ayahnya, pertemanan, sampai penolakan lingkungan akan kehadirannya, mendorong Aram jauh hingga ke pengasingan.
Entahlah semuanya hanya tampak palsu. Bukan Aram tapi… Tera yang menyukai musik. Tera yang selalu riang. Tera yang menyukai Altar. Dan… Tera yang membuat semua kekacauan ini. Hingga Aram yang harus menanggung segalanya.
Sebenernya ia sudah lama menemukan bukti diagnosis kepribadian ganda yang disembunyikan kedua orangtuanya, atas nama dirinya namun ia tidak percaya hingga hal itu terlupakan. Air mata yang kini luruh terasa perih saat angin bertiup kencang. Aram terkekeh sumbang teringat bahwa Tera menyukai karya Tulis. Betapa bodoh Aram ia baru tersadar saat seiisi kamarnya dipenuhi dengan banyak cetakan novel keluaran terbaru di sana, Ternyata Tera lebih menguasai dirinya hingga beranjak sejauh ini menimbulkan kekacauan.
Situasi kalut di dalam ruangan tadi membawa Aram berdiri di atas dinding pembatas rendah dari bangunan yang menjulang tinggi. Berpikir keras bagaimana cara menghentikan kekacauan yang Tera lakukan. Ia mengingat bagaimana perubahan nyata Rayn, dan Rua yang sama sekali menjaga jarak. Baiklah terdengar menyakitkan. Saat ini Aram tak memikirkan lagi seperti apa uluran takdir menuntunnya besok.
Ia hanya sebentar mengosongkan pikirannya di sini sekedar menyatu bersama angannya dan riuh rendah bising peradaban di bawah sana yang menambah pengap situasi sekitar. Sampai katup terakhir matanya berkedip ia lebih awal menyudahi sebelum takdir beranjak. Mengayun rendah dalam genggaman udara lepas hingga suara-suara itu hilang sekejap saat ia terhempas jatuh ke bawah.
02 Juni 2022 ia kembali, Pemuda itu menatap kosong kedepan setelah pelarian panjangnya. Ia kembali ke tempat di mana gadis kesayangannya menyudahi segalanya. Membiarkan air mata yang tergenang mengalir deras bersama hujan yang turun membasuh di kala langit sore berwarna sendu. Ia merasakan kesedihan mendalam yang tidak pernah lekang.
Sebuah buku yang baru saja dibelinya dibiarkan tergeletak di samping dibasahi air hujan. Jejak Langkah Temaram, karya gadis yang pergi meninggalkan banyak luka. Jauh mengisahkan perjalanan hidup Aram dan Tera yang melebur dalam satu mencari kebahagiaannya hingga melepas genggaman pada tali abstrak yang dibuatnya. Namun, saat terlampau ke titik nadir takdir memilih menyudahi hingga tak lagi kembali. Karena kehidupan yang mencintainya tidak pernah ada untuk Aram Temaram.
TAMAT.
Cerpen Karangan: Arnoldina Leki Arnoldina Leki adalah namanya. Gadis kelahiran NTT ini berumur 19 tahun saat ini. Ia menjadi tertarik pada dunia kepenulisan sejak bangku sekolah menengah. Selain membaca buku ia menambah wawasan menulis dengan membaca berbagai jenis buku pengetahuan lainnya.Apalagi manfaat yang diperoleh besar pkegunaannya.