Tepat tahun 2004 18 tahun lalu saat itu aku tinggal sendirian di rumah malam itu suasana sangat mencekam, 30 menit berlalu aku tak bisa tidur malam itu. tapi entah kenapa suasana tiba tiba berubah menjadi tenang disaat hujan lebat itu, malam itu aku tertetidur pulas suasananya sangat nyaman.
Keesokannya ibuku meninggal seolah kejadian semalam seperti memberikan salam perpisahan, kulihat ayahku terduduk terdiam ia tidak menangis ekpersinya datar, aku bingung dengan kejadian hari ini bagaimana tidak aku bingung saat itu usiaku baru 5 tahun aku hanya seorang balita yang tak tahu apa apa yang hanya kuingat adalah wajah ayahku.
Malam itu perasaan sama terjadi, namun kali ini perasaan ini lebih nyaman seolah seperti dua orang memelukku, perasaanku nyaman tapi juga diantara sedih seolah aku akan kehilangan orang yang kusayangi lagi. Firasatku benar, keesokan harinya ayahku ditemukan kecelakaan seperti ibu, kejadian malam itu berarti tanda perpisahan dari mereka untuk selama lamanya.
Aku anak usia 5 tahun ditinggal mati oleh kedua orangtuaku aku ingin menangis namun aku tak bisa, aku ikut dengan pamanku Pamanku mempunyai istri dan anak. Anaknya bernama dodi, anak ini seusia denganku
Beberapa tahun berlalu sekarang aku duduk di bangku 3 sd, aku sekelas dengan dodi, dia anak yang baik, kami telah berteman sejak usia 4 tahun saat kejadian kematian kedua orangtuaku dodi membuatku melupakan kesedihanku.
Hari itu sebuah kejadian terjadi yang tak pernah kulupakan, saat kami pulang bersama dodi tertabrak dia tewas aku sangat terkejut dengan kejadian itu. Dodi pun meninggal, aku tak tahu harus bagaimana setelah ditinggal oleh kedua orangtuaku sekarang ditinggal oleh sahabatku.
Sayup sayup aku mendengarkan percakapan bibi dengan paman bibi mengatakan aku hanyalah anak pembawa sial, paman berusaha membelaku tetapi kemarahan bibi tak bisa diredakan, aku pun berpikir mungkin iya ya aku ini anak pembawa sial aku telah membuat seorang ibu kehilangan anaknya.
Keesokan paginya aku diantar oleh pamanku menuju panti asuhan paman hanya tersenyum dan mengatakan “nggak papa ini bukan salahmu ini salah paman”. Aku mengatakan dalam hatiku ‘jangan mengatakan itu paman jangan berusaha menghiburku ini semua salahku’ ku mengatakan itu sambil menahan tangis.
Sampainya aku di panti asuhan aku bertemu dengan ibu pengasuh dia sangat ramah dia mengingatkanku sebuah kasih sayang lagi yang tak pernah lagi kurasakan selama bertahun tahun
Hidupku bahagia di panti asuhan, hari hariku dipenuhi dengan canda tawa dengan teman temanku di panti. Hari pun berlalu tahun pun berlalu sekarang aku sudah remaja aku bersekolah di smp 1 sekolah yang menyenangkan disini aku bertemu dengan banyak orang orang yang ramah guru disini juga ramah.
Hari itu tanggal 30 aku keluar dari panti asuhan karna aku akan diasuh oleh orangtua baru, rasanya sedih harus meninggalkan panti asuhan yang penuh cerita itu namun aku harus meninggalkan mereka
Sekarang aku telah sma, aku berkenalan dengan temanku yang bernama adi, seharusnya aku tak mengenalnya, adi dikenal Bandel disekolah Dia banyak memperkenalkanku pada gelapnya dunia dimana semua cara dihalalkan asalkan mendapatkan uang, disini juga aku putus sekolah setelah aku mengenal adi, orangtua angkatku mengusirku dari rumah, yah memang sedih tapi bagaimana lagi aku menyewa rumah dari hasil kerjaku.
Malam itu hujan lebat. dikala seperti ini aku mengingat kedua orangtuaku, saat aku memikirkan orangtuaku tiba tiba ada yang mengetuk pintu rumahku Siapa ya pikirku ditengah malam begini, kubuka pintu tapi tak ada siapa siapa, mungkin kupikir hanya imajinasiku saja
Malam itu juga aku keluar untuk mencari makanan, sayup sayup di tengah jalan aku mendengar suara suami istri yang bertengkar aku hanya menghiraukannya. Lama lama pertengkeran itu semakin terdengar kuat, setelah beberapa lama aku mendengar suara orang meminta tolong, aku pun berlari menghampiri suara itu namun tak ada siapa siapa hanya heningnya malam yang terdengar setelah itu
Paginya aku bertanya pada warga setempat soal malam itu, warga itu mengatakan ia tidak mendengar suara apa pun mungkin aku berpikir itu hanyalah halusinasiku
Malamnya lagi aku mendengar ketukan lagi aku pun keluar pas sekali saat itu aku sedang lapar aku pun keluar mencari makan seperti semalam malam itu aku melihat mobil yang berhenti. Aku melihat di dalam seperti ada seorang yang menelepon, di dalam ia berteriak teriak lalu setelah lama ia pun menangis, aku ingin menghampirinya namun badan kaku seolah aku hanya disuruh untuk melihat, setelah sekian lama pria itu menghantukkan kepalanya di setir lalu ia pun menabrak pohon aku ingin menolongnya namun aku tak bisa
Pria itu melihatku, aku pun terkejut, pria itu mengatakan “nggak papa nak ayah akan pulang kok” entah kenapa aku menangis, air mataku tak bisa berhenti keluar Secara tak sadar aku mengatakan ayah sambil berlari namun aku terlambat mobil itu meledak aku terhempas disitu, aku hanya bisa menangis melihat tubuh ayahku hangus oleh kobaran api.
Perlahan mobil itu menghilang, aku pun terbangun namun saat itu aku tak mengingat apa apa yang kuingat malam itu, aku keluar untuk mencari makan, anehnya lagi aku terbangun di depan pintu.
Paginya aku pergi ke dokter untuk menanyakan hal ini, dokter mengatakan “kau hanya tidur sambil berjalan mungkin karena kau lelah atau semacamnya”.
Aku menceritakan kejadian ini pada adi, adi lalu mengajakku ke tempat orang pintar disana, mbah itu menyuruhku untuk mendatangi rumah lamaku. Aku menuruti kata mbah itu aku pun mendatangi rumah lamaku.
Setelah masuk kedalam tanpa sadar aku menangis, aku terus melihat kedalam namun aku tak menemukan apa apa yang hanya kuingat adalah disaat aku menangis orangtuaku kembali membuatku tertawa. Disaat air mataku tak bisa berhenti keluar perlahan lahan entah mengapa aku merasakan pelukan hangat yang membuatku tenang seolah orangtuaku berada di sampingku. Aku berjalan masuk lebih dalam semakin aku masuk kedalam perasaanku semakin tak karuan namun disana aku tak menemukan apa apa.
Keesokannya adi menyuruhku untuk membunuh pamanku beserta istrinya, jelas sekali aku menolak namun ia mengancam jika aku tak melakukannya ia akan membakar tempat panti asuhanku dulu, lalu membunuhku.
Ia mengatakan “mengapa kau begitu sayang paman dan bibimu yang telah mencampakkanmu?” aku mengatakan “mereka masih keluargaku” adi berkata “jika kau ingin mati terserah mu” katanya.
Dengan sedih dan terpaksa aku mendatangi rumah pamanku. Sambil membawa minyak dan korek aku menuangkan minyak, rumah pamanku pun terbakar, disana aku menangis sejadi jadinya.
Pulang nya dari rumah aku melihat berita tentang panti yang dibakar, perasaanku benar benar campur aduk, aku marah sedih dan merasa bersalah, aku pun mendatangi adi tanpa basa basi aku langsung memukul wajahnya, adi berteriak “keluargamu itu punya hutang pada keluargaku asal kau tahu jadi kau harus mendengar semua apa yang kukatakan!” seolah waktu seperti berhenti aku melihat ayah dan ibuku yang meminjam uang namun mereka tertipu.
Pulangnya dari tempat itu ayah dan ibuku bertengkar ayahku khilaf ia memukul ibuku hingga ibuku tewas Itu lah sebab mengapa ayahku pulang dengan wajah datar, malamnya setelah ibu meninggal ayahku keluar untuk bekerja, ditengah jalan ia berhenti untuk mengangkat telepon, disitu ayah adi mengancam jika ayah tak membayar hutangnya ia akan membunuhku.
Ayah ku stress, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, ia menabrakkan mobilnya ke pohon. Waktu pun kembali.
Ssetelah melihat kejadian itu aku pun keluar meninggalkan adi tanpa berkata sepatah kata pun, aku mengambil minyak dan korek lalu aku membakar tempat itu, polisi lalu mengepung tempat itu.
Keesokannya aku diadili aku dijatuhkan hukuman mati, dipenjara aku merasakan suasanya nyaman untuk terakhir kalinya, aku melihat kedua orangtuaku paman bibi dodi dan teman temanku di panti mengajakku untuk ikut. Dan malam itu aku menulis surat wasiatku tentang kisahku ku berharap seorang melihatnya dan mengingatku selama lamanya.
Cerpen Karangan: Akbar