Saat turun dari masjid aku melihat kucing kecil yang lucu. Ia terlihat bersih berbeda dengan kucing liar lainnya. Aku juga melihat ia mengenakan kalung nama. Nampaknya ia kucing yang dibuang oleh pemiliknya, aku mendatanginya dan bermain bersama kucing itu sebentar sebelum pulang.
Saat perjalanan pulang aku mendengar suara kucing itu lagi dibelakangku Meooww… Aku sontak menoleh kebelakang dan melihat kucing itu mengikutiku, aku berhenti dan berkata.. “Haii kucing kecil jangan mengikutiku ya, nanti aku datang ke masjid lagi dan bermain bersamamu”
Aku melanjutkan perjalanan pulang namun kucing itu terus mengikutiku sampai depan rumah. “Kucing kecil kamu disini dulu yaa.. aku mau meminta izin kepada ibu untuk merawatmu” kataku sambil menuangkan sedikit snack kucing Kebetulan aku mempunyai snack sisa kucingku dulu. Ia sudah meninggal 1 bulan yang lalu. 3 hari setelah kucingku meninggal nenek juga meninggalkanku, jadi aku harap ibu mengizinkan aku untuk merawat kucing kecil ini.
“Assalamualaikum” Aku masuk dan mencari ibuku tanpa melepas mukena yang ku kenakan. Setelah merayu ibu akhirnya aku diizinkan untuk merawatnya, aku langsung berlari keluar rumah untuk mendatangi kucing itu “Ciyaaa.. dilepas dulu mukenanyaa” teriak ibu
Aku langsung menggendong kucing itu dan berkata “Haii kucing kecil ibu sudah mengizinkanku untuk merawatmu jadi sekarang kamu tidak sendirian lagi dan dapat bermain bersamaku setiap saat, mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan nama MILO”
Keesokan harinya setelah pulang sekolah, aku mencari Milo di dalam rumah namun tidak menemukannya “Ibuuu apa kau melihat Milo?” tanyaku kepada ibu “Oh Milo keluar mungkin ia ingin bermain sebentar, sudah biarkan saja” jawab ibu dengan santai Kemudian aku masuk kamar dan bermain handphone. Namun disisi lain aku gelisah dan khawatir memikirkan Milo. Secara bulan lalu aku sudah kehilangan banyak hal dalam hidupku. Syukurlah pukul 5 sore Milo pulang, aku sangat senang dan langsung memberinya makan.
Hari terus berjalan, sekarang Milo tidak lagi menjadi kucing kecil yang dulu. Ia semakin gemuk dan pintar. Kini aku tidak lagi khawatir membiarkannya bermain diluar rumah.
Suatu hari Milo pulang dan langsung masuk ke kamarku “Tumben banget kaga minta makan” ucapku lirih Saat kudatangi Milo Nampak marah dan kesal. Kusentuh pun ia marah dan langsung pergi. Badannya bergetar dan ia terus menggeram. Aku memberi tau ibu tentang ini, saat ibu cek ternyata Milo mempunyai luka di badannya. Kata ibu cukup diberi salep saja sudah cukup karena ini hanya luka ringan.
Dua hari kemudian setelah aku pulang sekolah aku melihat ibu di depan keranjang Milo, aku mendatanginya dan bertanya “Eh ibu, ngapain disini?” “Ini lo luka Milo semakin besar ibu takut Milo kenapa-kenapa” jawab ibu Aku kaget dan langsung mengajak ibu untuk membawa Milo ke dokter hewan “Tapi kan Milo Cuma kucing biasa, masa gitu aja dibawa ke dokter hewan” ucap ibu ragu “Sudah bu gapapa klinik hewan kan terbuka untuk umum tak peduli jenis hewannya, lagian Milo juga hewan kok” jawabku meyakinkan ibu Setelah berbincang lumayan lama akhirnya aku berhasil meyakinkan ibu.
Sesampainya di klinik hewan aku mengisi formulir pendaftaran terlebih dahulu. Untung saja antriannya tidak terlalu panjang dan Milo dapat segera masuk ke ruang periksa. Kata dokter bulu Milo harus sedikit dicukur dibagian lukanya. Milo takut dan memberontak. Tak cukup satu dokter untuk menangani Milo. Wajar saja ia bukan kucing yang berjuta-juta harganya. Ia juga baru pertama kali pergi ke klinik hewan.
Satu jam kemudian ibu keluar dengan membawa Milo di dalam keranjang. Setelah melakukan pembayaran kita langsung pulang tanpa mampir kemanapun. Banyak obat yang harus diminum Milo. Dari salep oles, sirup yang harus dimasukkan dengan alat khusus, sampai vitamin sebagai pengganti makan. Setiap hari aku berusaha agar Milo dapat meminum obat tepat waktu. Dan sebuah cakaran bukan halangan bagiku.
Dua minggu berlalu sekarang Milo sudah sembuh, bulunya juga sudah tumbuh lebat seperti dulu. Kini ia dapat bermain diluar rumah lagi
2 bulan kemudian Suatu hari Milo pergi bermain dan tak kunjung pulang “Bu, Milo kok belum pulang ya udah jam 5 sore lebih loh tumben banget ini mendung juga kayaknya mau turun hujan deras” “Udah gapapa namanya juga kucing laki-laki palingan juga lagi kencan sama kucing pak lurah” ucap ibu bergurau untuk menenangkan ku
Pukul 8 malam ada seorang pria datang ke rumah “Assalamualikum bu RT” “Waalikumussalam” jawab ibu dan aku bersamaan Aku pikir ia ada perlu dengan ibu jadi kubiarkan saja. Setelah orang itu pergi aku keluar dan bertanya kepada ibu “Ada apa bu?” “Gak ada apa-apa kok” Kemudian ibu keluar entah kemana. Aku tak peduli yang kupikirkan hanya Milo saja.
Tak lama ibu datang dan merangkulku “Yang sabar ya dek, Milo udah gaada” Aku kaget dan langsung melepas rangkulan ibu dan berkata “Ah ibu ada-ada aja, ga usah bercanda deh Milo belum pulang tau” jawabku dengan penuh harapan bahwa ibu benar-benar bergurau Ibu menarikku dan berkata “Ini beneran Ciya, tatap mata ibu!!” “Kalau kamu mau ngelihat Milo ayo ibu antar”
Aku langsung mengambil payung dan pergi mengikuti ibu. Ibu mengajakku ke suatu rumah. Di halaman rumah itu ada Milo yang terbaring beku, dan dikelilingi oleh 4 anjing. Banyak luka di tubuhnya. Aku terdiam dan membeku, aku hanya bisa menangis dan melihat Milo. Sang pemilik rumah kemudian membantuku untuk mengambil Milo.
Aku pulang dengan menggendong Milo yang berselimut kain putih. “Mengapa.. mengapa kau pergi ke rumah itu Milo” ucapku sedih “Ayo Milo bangun… ayo berjuang bersama untuk melawan sakit seperti dulu” “Apa kau tidak ingin bermain bersamaku lagi, apa kau tega meninggalkanku sendiri?!!” Aku tak berhenti menangis dan meminta maaf kepada Milo karena tak dapat menjaganya dengan baik.
Sesampainya di rumah Milo langsung dikubur oleh ibu. Banyak pelajaran yang dapat kuambil dan moment-moment menyenangkan dalam hidupku saat ada Milo. Dari sini aku belajar sepahit apapun kehidupan jika kita menjalani dengan orang-orang tersayang maka hidup akan menjadi lebih indah. Terimakasih atas kenangan yang kau berikan kepadaku. Terimakasih Milo
Cerpen Karangan: Leni Febrianti Blog / Facebook: @pebsnvrse.e